Menghadapi Perbedaan Pendapat

Kamis, 6 Januari 2022

Baca: Kolose 3:12-14

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Ampunilah seorang akan yang lain . . . sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu. —Kolose 3:13

Media sosial raksasa Twitter telah menciptakan wadah bagi orang-orang di seluruh dunia untuk mengungkapkan pendapat dalam kalimat-kalimat singkat. Namun, belakangan tujuan ini menjadi makin ruwet, karena banyak orang memanfaatkan media tersebut untuk menegur sikap dan gaya hidup orang lain yang tidak mereka setujui. Kapan pun masuk ke sana, kamu akan menemukan setidaknya nama seseorang yang sedang “trending”. Klik nama tersebut, kamu akan mendapati jutaan orang menyatakan pendapat mereka tentang kontroversi apa pun yang tengah berlangsung.

Kita telah terbiasa mengkritisi apa saja secara terbuka, mulai dari keyakinan seseorang hingga pakaian yang mereka kenakan. Namun, faktanya, sikap kritis dan tidak mengasihi tidaklah sejalan dengan kehendak Allah atas kita sebagai orang percaya. Meski adakalanya kita harus menghadapi perbedaan pendapat, Alkitab mengingatkan bahwa sebagai orang percaya, hendaknya kita selalu memiliki sikap “belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran” (Kol. 3:12). Alih-alih bersikap kritis dengan kasar, bahkan terhadap musuh kita, kita diperintahkan Allah: “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain” (ay.13).

Kita tidak hanya bersikap demikian kepada mereka yang gaya hidup dan keyakinannya kita terima. Bahkan di saat-saat yang sulit, kiranya kita menunjukkan anugerah dan kasih kepada setiap orang yang kita temui sesuai tuntunan Kristus, dengan kesadaran bahwa kita telah ditebus oleh kasih-Nya. —Kimya Loder

WAWASAN
Kasih dan kesatuan adalah tema yang terus-menerus muncul di sepanjang Perjanjian Baru, dan Rasul Paulus menyoroti kedua konsep ini dalam Kitab Kolose. Di Kolose 3:11, sang rasul menunjukkan bagaimana orang percaya menikmati kesatuan yang belum pernah ada sebelumnya. Inilah kesatuan radikal yang mengesampingkan sepenuhnya rintangan tradisi yang membeda-bedakan kelas dan etnik. Sebaliknya, “Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.” Kesatuan tersebut terwujud dengan cara yang sangat berbeda, yaitu dalam “belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran” (ay.12). Nasihat ini sangat tepat untuk kebutuhan kita hari-hari ini. Alih-alih berselisih dengan sengit, kita harus “[bersabar] seorang terhadap yang lain” (ay.13). Ini menyiratkan usaha untuk memahami orang lain dengan sabar, dan pemahaman ini tumbuh dari kesadaran bahwa kita pun tidak luput dari kesalahan. Kesadaran diri tersebut memampukan kita untuk berempati terhadap orang-orang yang berbeda pendapat dengan kita. Paulus menyimpulkan: “Di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (ay.14). —Tim Gustafson

Menghadapi Perbedaan Pendapat

Renungkan suatu peristiwa ketika kamu cepat sekali mengkritisi teman atau orang asing. Apa akibatnya? Apa yang seharusnya kamu perbuat untuk menghormati Allah dan orang tersebut?

Bapa Surgawi, aku tahu aku tidak selalu memuliakan-Mu setiap hari. Terima kasih atas kasih-Mu yang tanpa syarat. Tolong aku berjuang untuk semakin menyerupai-Mu dengan bersikap sabar dan lemah lembut kepada sesamaku.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 16-17; Matius 5:27-48

Bagikan Konten Ini
52 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *