Mengasihi Allah

Selasa, 25 Januari 2022

Baca: 1 Yohanes 4:10-21

4:10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.

4:11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.

4:12 Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.

4:13 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.

4:14 Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.

4:15 Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.

4:16 Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

4:17 Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.

4:18 Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.

4:19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.

4:20 Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

4:21 Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.

Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. —1 Yohanes 4:16

Seorang dosen selalu mengakhiri kelas virtualnya dengan berkata, “Sampai jumpa” atau “Selamat menikmati akhir pekan.” Beberapa mahasiswa membalasnya dengan, “Terima kasih. kamu juga!” Namun, suatu hari seorang mahasiswa menyahuti, “Aku mengasihimu.” Meski terkejut, sang dosen membalas, “Aku mengasihimu juga!” Sore itu, semua mahasiswa di kelasnya sepakat menciptakan “rantai kasih sayang” pada pertemuan berikutnya. Mereka ingin mengapresiasi sang dosen yang sebenarnya lebih suka bertatap muka tetapi masih bersedia mengajar secara virtual. Beberapa hari kemudian, selesai mengajar, ketika dosen itu berkata, “Sampai jumpa,” satu per satu mahasiswanya menjawab, “Aku mengasihimu.” Berbulan-bulan mereka melakukan kebiasaan tersebut. Sang dosen berkata bahwa kebiasaan itu menciptakan ikatan yang kuat antara dirinya dan para murid, sehingga sekarang ia merasa mereka adalah “satu keluarga”.

Dalam 1 Yohanes 4:10-21, sebagai anggota keluarga Allah, kita mempunyai sejumlah alasan untuk mengucapkan, “Aku mengasihi-Mu” kepada Allah. Allah “telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (ay.10). Dia mengaruniakan Roh-Nya untuk tinggal di dalam kita (ay.13,15). Kasih-Nya selalu dapat diandalkan (ay.16), dan kita tidak perlu takut terhadap penghakiman (ay.17). Allah memampukan kita untuk mengasihi Dia dan sesama “karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (ay.19).

Saat kamu bersekutu dengan saudara-saudari seiman, ambillah kesempatan untuk menceritakan alasan kamu mengasihi Allah. Menciptakan rantai “Aku mengasihi-Mu” untuk Allah akan memuliakan-Nya sekaligus mempererat persekutuan kamu dengan umat-Nya. —Anne Cetas

WAWASAN
Menurut para ahli, Surat 1 Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes, penulis kitab Injil keempat dalam Perjanjian Baru. Sekitar sepuluh tahun setelah menulis Injil itu, sang rasul menulis surat ini untuk mengajar orang percaya agar mereka “hidup sama seperti Kristus telah hidup” (1 Yohanes 2:6), yaitu dengan mewujudkan kasih dalam tindakan. Mirip dengan Yohanes 3:16-17, sang rasul mengingatkan kita bahwa Allah “telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia . . . sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1 Yohanes 4:9-10). Korban “pendamaian” menggambarkan apa yang telah Yesus lakukan di atas kayu salib untuk “menghapus dosa dan menyucikan orang berdosa (penebusan), dan meredakan murka Allah terhadap orang berdosa (pendamaian)” (NIV Zondervan Study Bible). —K.T. Sim

Mengasihi Allah

Mengapa kamu mengasihi Allah? Bagaimana kamu dapat menunjukkan kasih-Nya kepada sesama?

Ya Bapa, aku bersyukur dapat mengenal kasih-Mu dan menjadi salah seorang anggota keluarga-Mu. Mampukan aku menempuh cara-cara kreatif untuk mengekspresikan kasih-Mu itu.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 12-13; Matius 16

Bagikan Konten Ini
40 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan , serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan. segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan, biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah namaMu kekal selamanya, amin

  2. yayuk hehi
    yayuk hehi says:

    terima kasih .. aplikasinya sangat membantu saya dan suami saya untuk saat teduh bersama… Tuhan Yesus memberkati 😇😇😇

  3. yayuk hehi
    yayuk hehi says:

    terima kasih .. aplikasinya sangat membantu saya dan suami saya untuk saat teduh bersama… Tuhan Yesus memberkati 😇😇😇

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *