Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Minggu, 28 November 2021

Baca: Ayub 5:17-27

5:17 Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.

5:18 Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.

5:19 Dari enam macam kesesakan engkau diluputkan-Nya dan dalam tujuh macam engkau tidak kena malapetaka.

5:20 Pada masa kelaparan engkau dibebaskan-Nya dari maut, dan pada masa perang dari kuasa pedang.

5:21 Dari cemeti lidah engkau terlindung, dan engkau tidak usah takut, bila kemusnahan datang.

5:22 Kemusnahan dan kelaparan akan kautertawakan dan binatang liar tidak akan kautakuti.

5:23 Karena antara engkau dan batu-batu di padang akan ada perjanjian, dan binatang liar akan berdamai dengan engkau.

5:24 Engkau akan mengalami, bahwa kemahmu aman dan apabila engkau memeriksa tempat kediamanmu, engkau tidak akan kehilangan apa-apa.

5:25 Engkau akan mengalami, bahwa keturunanmu menjadi banyak dan bahwa anak cucumu seperti rumput di tanah.

5:26 Dalam usia tinggi engkau akan turun ke dalam kubur, seperti berkas gandum dibawa masuk pada waktunya.

5:27 Sesungguhnya, semuanya itu telah kami selidiki, memang demikianlah adanya; dengarkanlah dan camkanlah itu!”

 

Manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api berjolak tinggi. —Ayub 5:7

Pada zaman keemasan radio, Fred Allen (1894–1956) menggunakan lawakan bernada pesimis untuk menghibur generasi yang hidup di era depresi ekonomi dan dunia yang dilanda perang. Selera humornya lahir dari penderitaan pribadi yang dialaminya. Setelah kehilangan ibunya sebelum ia berusia tiga tahun, ia pun hidup jauh dari ayahnya yang kecanduan. Suatu kali, Fred pernah menyelamatkan nyawa seorang anak laki-laki di tengah lalu lintas kota New York yang ramai. Ia menegur anak itu dengan caranya yang khas, “Apa yang salah denganmu, Nak? Apakah kamu tidak mau tumbuh besar dan punya banyak masalah?”

Hidup Ayub juga menampilkan kenyataan pahit. Ketika ungkapan imannya yang teguh mulai memudar dan digantikan oleh keputusasaan, para sahabat Ayub justru melipatgandakan kepedihannya dengan cara menyalahkannya. Dengan argumen-argumen yang terdengar valid, mereka bersikeras bahwa seandainya saja Ayub mau mengakui kesalahannya (4:7-8) dan rela ditegur Allah, ia akan memperoleh kekuatan untuk menertawakan masalah-masalahnya (5:22). Perlakuan mereka membuat Ayub merasa seperti sudah jatuh tertimpa tangga.

Meskipun bermaksud baik dengan menghibur Ayub, para sahabat itu sebenarnya sangat keliru (1:6-12). Tentu tidak terbayangkan oleh mereka bahwa kelak mereka akan dijadikan contoh sahabat-sahabat yang buruk. Tentu tidak terbayangkan oleh mereka bagaimana Ayub rela mendoakan mereka, atau mengapa mereka butuh didoakan (42:7-9). Tentu tidak terbayangkan oleh mereka bahwa apa yang mereka perbuat kelak akan dilakukan juga oleh para penuduh Kristus, Pribadi yang menanggung begitu banyak tuduhan demi menjadi sumber sukacita kita yang terbesar.  —MART DEHAAN

WAWASAN
Kitab Ayub biasanya dikelompokkan ke dalam Literatur Hikmat bersama Kitab Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung, dan sebagian Mazmur. Kitab Amsal dan banyak mazmur Hikmat menekankan bahwa karena hikmat Allah dirajut ke dalam penciptaan semesta, maka hidup yang penuh hikmat—selaras dengan jalan Allah—lebih memungkinkan untuk manusia bertumbuh. Namun, Kitab Ayub dan Pengkhotbah memberi warna pada gambaran tersebut, dengan menekankan bahwa ketidakadilan dan penderitaan bisa menimpa diri orang-orang tak bersalah. Sepanjang Kitab Ayub, kawan-kawan Ayub menggemakan pernyataan seperti yang ditemukan dalam Literatur Hikmat yaitu Amsal dan Mazmur (contohnya, bandingkan Ayub 5:19-21 dan Mazmur 91:5-16). Kawan-kawan Ayub menolak mengakui pengecualian yang jelas terhadap prinsip-prinsip tersebut, sehingga dengan demikian mereka tidak menunjukkan belas kasihan terhadap Ayub. Pada akhirnya, Allah menegur mereka karena “tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub” (42:7). —Monica La Rose

Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
 

Pernahkah orang lain salah menilai kamu, dan bagaimana perasaan kamu? Pernahkah kamu bersikap keras terhadap orang lain yang menderita saat kamu tidak memahami masalahnya? 

Ya Bapa, seperti para sahabat Ayub, aku cenderung berasumsi bahwa orang lain pantas mendapatkan masalah yang sedang dihadapinya. Tolonglah aku untuk menjalani hidup ini dengan kuasa Roh, dan tidak menuruti perkataan dan pikiran para penuduh. 

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 33–34; 1 Petrus 5

Bagikan Konten Ini
39 replies
  1. yuris
    yuris says:

    Bapa, ajarlah kami untuk tidak mengucapkan kutuk kepada sesama yg menderita, namun berilah kami hati yang mengasihi sehingga kami dimampukan oleh kuasa kasihMu untuk menolong mereka.

  2. Rosa Rosa
    Rosa Rosa says:

    amin😇semoga kita mampu menjalankan hidup seperti Ayub walaupun di tuduh berbuat salah ia tetap mendoakan orang- orang yng menuduhnya😇 selamat hari Minggu gbu😇🖤

  3. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang di sorga,
    Dikuduskanlah nama-Mu,
    datanglah Kerajaan-Mu,
    jadilah kehendak-Mu
    di bumi seperti di sorga.
    Berikanlah kami pada hari ini
    makanan kami yang secukupnya
    dan ampunilah kami akan kesalahan
    kami, seperti kami juga mengampuni
    orang yang bersalah kepada kami;
    dan janganlah membawa kami ke
    dalam pencobaan,
    tetapi lepaskanlah kami dari pada
    yang jahat.
    Karena Engkaulah yang empunya
    Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    sampai selama-lamanya.
    Amin.

  4. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami. sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja ya Tuhan , biarlah kehendakMu yang terjadi, terpuji lah namaMu kekal selamanya, amin

  5. Yenny Indah Sari
    Yenny Indah Sari says:

    Seperti hidup ku yg selalu di fitnah sama kk ipar ku sendiri.. Tuhan kuatkan lah aku utk bisa mengampuni org yg SDH menyakiti ku.. Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *