Memaknai Musim

Minggu, 31 Oktober 2021

Baca: Mazmur 104:10-23

104:10 Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung,

104:11 memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan;

104:12 di dekatnya diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan.

104:13 Engkau yang memberi minum gunung-gunung dari kamar-kamar loteng-Mu, bumi kenyang dari buah pekerjaan-Mu.

104:14 Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah

104:15 dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia.

104:16 Kenyang pohon-pohon TUHAN, pohon-pohon aras di Libanon yang ditanam-Nya,

104:17 di mana burung-burung bersarang, burung ranggung yang rumahnya di pohon-pohon sanobar;

104:18 gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk.

104:19 Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya.

104:20 Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka haripun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang hutan.

104:21 Singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah.

104:22 Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya;

104:23 manusiapun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang.

Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu. —Mazmur 104:19

Leisa ingin memaknai musim gugur dengan caranya sendiri. Kebanyakan dekorasi musim gugur yang dilihatnya seolah-olah merayakan kematian, terkadang dengan cara-cara yang menakutkan dan mengerikan.

Dengan tekad untuk melawan kegelapan dengan cara yang sederhana, Leisa mulai menuliskan hal-hal yang disyukurinya dengan spidol permanen pada sebuah labu besar. “Cahaya matahari” adalah hal pertama yang ia syukuri. Tak lama kemudian, para pengunjung mulai menuliskan hal-hal lain pada labu itu. Ada yang iseng seperti “bisa corat-coret”. Ada yang menulis tentang hal sehari-hari: “rumah yang hangat”; “mobil yang bisa dipakai.” Ada juga tulisan yang mengharukan, seperti nama seorang kekasih yang sudah meninggal. Rangkaian ucapan syukur perlahan-lahan memenuhi seluruh permukaan labu itu.

Mazmur 104 mencatat litani pujian kepada Allah atas berbagai hal yang sering kita abaikan. “[Allah] yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah,” puji sang pemazmur (ay.10). “Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia” (ay.14). Bahkan malam pun dipandang baik dan indah. “Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka haripun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang hutan” (ay.20). Namun kemudian, “Apabila matahari terbit, . . . manusiapun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang” (ay.22-23). Untuk semua itu, pemazmur mengakhirinya dengan berkata, “Aku hendak menyanyi bagi Tuhan selama aku hidup” (ay.33).

Di dalam dunia yang tidak tahu bagaimana menghadapi kematian, ucapan syukur yang paling sederhana sekalipun kepada Pencipta kita dapat menjadi cahaya pengharapan yang gemilang.  —Tim Gustafson

WAWASAN
Banyak mazmur merayakan kebesaran Allah sebagai Pencipta dan Penopang dunia jasmani. Mazmur-mazmur tersebut dikenal sebagai “mazmur alam” (misalnya, Mazmur 8, 19, 29, 33, 65, 95, 104, 135, 148). Mazmur 104 merayakan dan memuliakan Allah sebagai Pencipta dan Penopang seluruh ciptaan. Ayat-ayat 10-23 menggambarkan bagaimana Dia menciptakan, memelihara, mendukung, dan memperbarui ciptaan-Nya. Pemazmur juga meninggikan Allah sebagai sumber kehidupan, yang memegang kuasa atas kehidupan dan kematian setiap makhluk di bumi, dan menonjolkan pemeliharaan dan penyediaan bagi ciptaan-Nya (ay. 24-30). Dalam Khotbah di Bukit, Yesus pun berbicara mengenai Allah sebagai Penopang. Dia meminta kita melihat bagaimana Bapa memberi makan burung di langit dan mendandani rumput di ladang (Matius 6:26, 30). —K.T. Sim

Memaknai Musim

Bagaimana pandangan kamu dan orang-orang terdekat kamu terhadap kematian? Bagaimana kamu dapat membuat orang-orang di sekitar kamu ingin tahu tentang pengharapan yang kamu miliki di dalam Yesus?

Terima kasih, ya, Bapa, untuk begitu banyak kebaikan yang Engkau tempatkan di muka bumi ini. Biarlah hidupku menjadi persembahan pujian yang penuh syukur kepada-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 22–23; Titus 1

Bagikan Konten Ini
26 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang di sorga,
    Dikuduskanlah nama-Mu,
    datanglah Kerajaan-Mu,
    jadilah kehendak-Mu
    di bumi seperti di sorga.
    Berikanlah kami pada hari ini
    makanan kami yang secukupnya
    dan ampunilah kami akan kesalahan
    kami, seperti kami juga mengampuni
    orang yang bersalah kepada kami;
    dan janganlah membawa kami ke
    dalam pencobaan,
    tetapi lepaskanlah kami dari pada
    yang jahat.
    Karena Engkaulah yang empunya
    Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    sampai selama-lamanya.

    Amin.

  2. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja ya Tuhan, biarlah kehendakMu yang terjadi, terpujilah namaMu kekal selamanya, amin

  3. Hengki Sianturi
    Hengki Sianturi says:

    Terimakasih Bapa untuk segala kebaikanMu yang tak berkesudahan, yang sering kali tidak aku sadari dan syukuri. Terpujilah akan Engkau selama-lamanya. Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *