Hidup dengan Baik

Sabtu, 16 Oktober 2021

Baca: Pengkhotbah 7:1-4

7:1 Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.

7:2 Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.

7:3 Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega.

7:4 Orang berhikmat senang berada di rumah duka, tetapi orang bodoh senang berada di rumah tempat bersukaria.

Di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya. —Pengkhotbah 7:2

Upacara pemakaman gratis untuk orang hidup. Jasa tersebut ditawarkan oleh sebuah lembaga di Korea Selatan. Sejak penawaran tersebut dibuka pada tahun 2012, lebih dari 25.000 orang—dari remaja hingga pensiunan—sudah ikut serta dalam acara “pemakaman orang hidup” ini. Para peserta itu berharap, dengan mempertimbangkan kematian mereka sendiri, kualitas hidup mereka akan meningkat. Pengelola jasa tersebut mengatakan, “Simulasi upacara kematian ini bertujuan memberikan kepada peserta makna sesungguhnya dari hidup mereka, membangkitkan rasa syukur, membuka ruang bagi pengampunan dan terjalinnya kembali hubungan di antara anggota keluarga dan teman.”

Kata-kata itu mengingatkan kita kepada hikmat yang diberikan oleh penulis kitab Pengkhotbah. “Karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya” (Pkh. 7:2). Kematian mengingatkan kita bahwa hidup ini singkat dan waktu yang kita miliki untuk menjalani hidup dan mengasihi sesama dengan baik sangatlah terbatas. Kita didorong untuk tidak menggenggam terlalu erat berkat-berkat Allah yang sebetulnya baik—seperti uang, hubungan dengan sesama, dan kesenangan—sehingga kita bebas untuk menikmatinya selama masih hidup, sembari mengumpulkan “harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya” (Mat. 6:20).

Dengan mengingat bahwa kematian bisa menjemput kapan saja, kita mungkin terdorong untuk tidak menunda kunjungan kepada orangtua kita, tidak menangguhkan keputusan kita untuk melayani Allah secara khusus, atau tidak melewatkan waktu bersama anak-anak dengan sibuk bekerja. Dengan pertolongan Allah, kita dapat belajar untuk hidup dengan bijak. —Poh Fang Chia

WAWASAN
Para sarjana Alkitab berdebat keras mengenai penulis Pengkhotbah. Ayat pembuka mengidentifikasi penulisnya sebagai “Pengkhotbah” (dalam bahasa Ibrani Qohelet), tetapi itu sebutan, bukan nama penulisnya. Pandangan tradisional menganggap penulisnya adalah Salomo karena pernyataan-pernyataan yang diringkas dengan baik dalam buku The Bible Knowledge Commentary: “Penulisnya juga menyatakan dirinya sebagai ‘anak Daud’ (1:1), ‘raja di Yerusalem’ (1:1), dan ‘raja atas Israel di Yerusalem’ (1;12). Terlebih lagi, dalam bagian autobiografi (1:12-2:26), ia menyatakan bahwa ia berhikmat ‘lebih dari pada semua orang yang memerintah atas Yerusalem sebelum dia’ (1:16); bahwa ia pendiri pekerjaan-pekerjaan besar (2:4-6); dan bahwa ia memiliki banyak budak (2:7), mempunyai sapi dan kambing domba melebihi siapa pun (2:7), kekayaan dan harem yang besar (2:8). Singkatnya, ia menyatakan bahwa ia lebih besar dari siapa pun yang pernah hidup di Yerusalem sebelum dia (2:9).” Pernyataan-pernyataan itu agaknya memberikan bukti lebih dari cukup untuk mendukung Salomo sebagai penulis kitab Pengkhotbah. —Bill Crowder

Hidup dengan Baik

Perubahan hidup apa yang akan kamu buat hari ini di saat kamu berpikir tentang kematian? Bagaimana kamu dapat mempunyai kesadaran lebih tentang kematian di tengah hiruk-pikuk kehidupan ini?

Allah yang penuh kasih, tolonglah aku mengingat betapa singkatnya hidup ini dan supaya aku dapat menjalani hidupku dengan baik hari ini.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 47–49; 1 Tesalonika 4

Bagikan Konten Ini
27 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan, serta tolong kami , sembuhkan juga orang -orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana , kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja ya Tuhan, biarlah kehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya , amin

  2. Gabriela Boka
    Gabriela Boka says:

    Amin.. semoga kita bisa memakai waktu yang diberikan Tuhan dengan lebih bermakna. Tuhan Yesus Memberkati 🤗

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *