Bicara, Percaya, Merasa

Minggu, 24 Oktober 2021

Baca: Roma 8:14-21

8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.

8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!”

8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.

8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.

8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,

8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.

Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi. —Roma 8:15

“Jangan bicara, jangan percaya, jangan merasa adalah aturan yang harus kami taati, dan celakalah orang yang melanggarnya,” kata Frederick Buechner dalam memoarnya yang luar biasa, Telling Secrets. Buechner sedang menerangkan pengalaman pribadinya tentang apa yang disebutnya sebagai “aturan tak tertulis dalam keluarga yang karena satu dan lain hal menjadi kacau balau.” Dalam keluarganya sendiri, “aturan” seperti itu membuat Buechner tidak boleh membicarakan atau menangisi ayahnya yang meninggal karena bunuh diri, sehingga tidak ada seorang pun yang menjadi tempat baginya berbagi derita.

Apakah kamu mengalami hal serupa? Banyak di antara kita telah menjalani hidup dengan meyakini suatu kasih yang menyimpang, yaitu kasih yang menuntut kita untuk bersikap tidak jujur terhadap perasaan kita sendiri atau mendiamkan saja apa yang melukai kita. Jenis “kasih” seperti itu memanfaatkan rasa takut untuk mengendalikan kita—dan merupakan sejenis perbudakan. 

Kita tidak boleh melupakan betapa jauh berbedanya ajakan Yesus untuk mengasihi dengan kasih bersyarat yang sering kita alami. Kita sering ragu kasih ilahi itu akan selalu tersedia bagi kita. Akan tetapi, Rasul Paulus menjelaskan, hanya oleh kasih Kristus, akhirnya kita dapat memahami seperti apa hidup tanpa ketakutan (Rm. 8:15) dan mulai mengerti tentang kemerdekaan mulia (ay.21) yang dapat kita alami ketika kita yakin kita sangat dan sungguh-sungguh dikasihi apa adanya. Kita pun kembali bebas berbicara, percaya, dan merasa—belajar untuk hidup tanpa rasa takut.  —Monica La Rose

WAWASAN
Roma 7 berurusan dengan konflik yang kita hadapi dengan dosa dan diakhiri oleh Paulus yang mengatakan, “Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa” (ay. 26). Kontrasnya, Roma 8 mulai dengan keteguhan yang luar biasa: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus (ay. 1). Orang-orang yang percaya kepada Yesus sekarang bebas bersukacita menjalani hidup yang penuh kemenangan yang ditemukan ketika mengikut Dia. Ayat 5 memberikan kuncinya: “Mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.” Karya Roh Kudus di dalam hidup kita sangat krusial. Demikianlah ayat 14 dengan tepat menyatakan, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.” Roh Kuduslah yang “bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (ay. 16). —Tim Gustafson

Bicara, Percaya, Merasa

Adakah “aturan-aturan” tidak tertulis yang kamu terima sebagai syarat supaya kamu diterima dan dikasihi? Apa yang berbeda dari hidup kamu jika kamu yakin tidak perlu mengikuti aturan-aturan tersebut supaya kamu dikasihi? 

Allah yang penuh kasih, terkadang aku takut bersikap jujur kepada diriku sendiri dan orang lain—karena aku mengira dengan begitu aku tidak akan dikasihi lagi. Pulihkanlah hatiku, dan tolonglah aku untuk mempercayai dan menghidupi kemuliaan, kemerdekaan, dan sukacita yang dapat kunikmati hanya oleh kasih-Mu.  

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 3–5; 1 Timotius 4

Bagikan Konten Ini
25 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan. serta tolong kami, sembuhkan juga orang- orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerah kan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja ya Tuhan, biarlah kehengakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya , amin

  2. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang di sorga,
    Dikuduskanlah nama-Mu,
    datanglah Kerajaan-Mu,
    jadilah kehendak-Mu
    di bumi seperti di sorga.
    Berikanlah kami pada hari ini
    makanan kami yang secukupnya
    dan ampunilah kami akan kesalahan
    kami, seperti kami juga mengampuni
    orang yang bersalah kepada kami;
    dan janganlah membawa kami ke
    dalam pencobaan,
    tetapi lepaskanlah kami dari pada
    yang jahat.
    Karena Engkaulah yang empunya
    Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    sampai selama-lamanya.
    Amin.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *