Tangan Kosong

Jumat, 3 September 2021

Tangan Kosong

Baca: Lukas 15:17-24

15:17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.

15:18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,

15:19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.

15:20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

15:21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.

15:22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.

15:23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.

15:24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.

Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. —Lukas 15:20

Tangan Kosong

Ketika datang ke suatu pertemuan yang diselingi sarapan bersama, Robert merasa malu bukan main saat menyadari bahwa ia lupa membawa dompet. Ia begitu gelisah dan bingung memikirkan apakah ia tidak usah makan sama sekali atau sebaiknya memesan minuman saja. Setelah diyakinkan oleh temannya, akhirnya Robert bisa lebih santai. Mereka berdua sama-sama menikmati hidangan, dan si teman dengan senang hati membayar tagihannya.

Mungkin kamu sendiri pernah mengalami dilema serupa atau berada dalam situasi lain yang menempatkan kamu sebagai penerima. Keinginan untuk membayar atas sesuatu yang kita terima memang sikap yang wajar, tetapi adakalanya kita harus rendah hati menerima saja apa yang dianugerahkan kepada kita.

Si anak bungsu dalam Lukas 15:17-24 mungkin membayangkan akan menerima pembalasan yang berat atas perbuatannya. Rasanya itulah yang terbayang sambil ia memikirkan apa yang hendak ia katakan kepada ayahnya: “Aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa” (ay.19). Orang upahan? Tidak mungkin ayahnya berpikir seperti itu! Di mata sang ayah, ia anak terkasih yang telah kembali ke rumah. Oleh karena itu, ia disambut dengan rangkulan dan ciuman penuh kasih sayang dari ayahnya (ay.20). Sungguh gambaran Injil yang agung! Kita diingatkan bahwa dengan kematian-Nya, Yesus Kristus menyingkapkan pribadi Bapa penuh kasih, yang dengan tangan terbuka menyambut anak-anak-Nya yang datang kepada-Nya dengan tangan kosong. Seorang penulis kidung rohani mengungkapkannya dengan kata-kata berikut: “Tiada lain kupegang, hanya salib dan iman” (Kidung Jemaat No. 37). —ARTHUR JACKSON

WAWASAN
Kata belas kasihan di Lukas 15:20 berasal dari kata kerja bahasa Yunani, splanchnízomai. Bentuk kata bendanya mengacu kepada “usus atau isi perut”. Secara umum, ini bisa berarti organ dalam, seperti jantung, paru-paru, dan hati. Kata tersebut dipakai di Kisah Para Rasul 1:18 untuk menggambarkan kematian Yudas: “semua isi perutnya tertumpah ke luar.” Bila penyair Yunani kuno menganggap “isi perut” sebagai sumber perasaan yang lebih agresif, orang Ibrani melihatnya sebagai sumber kasih sayang, seperti kebaikan dan belas kasihan. Ketika digunakan dalam Perjanjian Baru, kata kerja tersebut mengacu kepada perasaan berbela rasa yang melahirkan tindakan kebajikan. Dalam kitab-kitab Injil, belas kasihan Yesus mendorong-Nya menyembuhkan orang sakit (Matius 14:14) dan memberi makan orang banyak (15:32). Di Lukas 15:20 rasa belas kasihan memotivasi sang ayah untuk menyambut anaknya: “Tergeraklah hati [sang ayah] oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.” —Arthur Jackson

Bagaimana perasaan kamu saat menyadari bahwa karena Yesus telah melunasi utang dosa kamu, kini kamu dapat menerima pengampunan atas segala dosa kamu? Jika kamu belum pernah menerima anugerah pengampunan dari Allah tersebut, halangan apa yang kamu hadapi?

Bapa Surgawi, tolonglah aku menerima dan mengalami pengampunan yang telah Engkau sediakan melalui Anak-Mu, Yesus Kristus.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 140–142; 1 Korintus 14:1-20

Bagikan Konten Ini
58 replies
Newer Comments »
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari , pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan, serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi Ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja ya Tuhan, biarlah KehendakMu yang terjadi, terpuji lah namaMu kekal selamanya, amin

  2. Noviana Rosaria Da Silva
    Noviana Rosaria Da Silva says:

    Shalom.
    Tuhan Yesus, Engkau sungguh Maha Pengampun, dosa ku tidak terhitung banyaknya tpi dengan belas kasih-Mu Engkau melunsidosa dosa ku dn rela di Salibkan. Saya yakin belas kasih-Mu tdk pernah terhenti atas kami, maka Tuhan anugrahkan kami untk dngn penuh kasih menerima Engkau dengan sungguh Ya Tuhan, Karena Pengorbanan-Mu melepaskan kami dri dosa dn memberikan kami pengampunan srta hidup yg baru pada kami sungguh Dahsyat Ya Tuhan. Amin🙏😇✝️

  3. Feodora Judith
    Feodora Judith says:

    Bapa Surgawi, tolonglah aku menerima dan mengalami pengampunan yang telah Engkau sediakan melalui Anak-Mu, Yesus Kristus.

  4. Novita Dida
    Novita Dida says:

    Amin😇🙏🏼
    Terima kasih Tuhan Yesus oleh karena kasih karunia Tuhan,,kami ad smpai saat ini🥰

  5. Rubi Prasetyo
    Rubi Prasetyo says:

    2021 09 03 – 23:08
    CMI

    Belas kasih Tuhan Yesus Kristus memberikan kelegaan dalam setiap keadaan sulit kehidupan

Newer Comments »

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *