Seorang Pendoa
Sabtu, 4 September 2021
Baca: Matius 6:9-13
6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,
6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. —1 Tesalonika 5:17-18
Keluarga kami mengenang kakek saya sebagai seorang yang teguh beriman dan tekun berdoa. Namun, itu baru terjadi setelah beliau mengalami perubahan dalam hidupnya. Bibi saya ingat saat ayahnya pertama kali berkata kepada seluruh keluarga, “Mulai sekarang kita akan berdoa dahulu sebelum makan.” Doa pertamanya diucapkan dengan terbata-bata, tetapi beliau tekun berdoa setiap hari hingga akhir hidupnya lima puluh tahun kemudian. Ketika beliau wafat, suami saya memberikan tanaman doa (maranta) kepada nenek saya sambil berkata, “Kakek sungguh seorang pendoa yang tekun.” Keputusan kakek saya untuk mengikut Allah dan berbicara kepada-Nya setiap hari telah menjadikannya seorang pelayan Kristus yang setia.
Alkitab banyak berbicara tentang doa. Dalam Matius 6:9-13, Yesus memberikan pola doa kepada para pengikut-Nya dan mengajarkan kepada mereka untuk datang kepada Allah dengan pujian yang mengagungkan diri-Nya. Saat membawa permohonan kita kepada Allah, kita percaya Dia sanggup menyediakan “makanan [kita] yang secukupnya” (ay.11). Ketika mengakui dosa-dosa kita, kita memohon pengampunan dari-Nya dan pertolongan untuk menjauhi pencobaan (ay.12-13).
Namun, bukan hanya “Doa Bapa Kami” yang bisa kita panjatkan. Allah ingin kita untuk memanjatkan “segala doa dan permohonan” di “setiap waktu” (Ef. 6:18). Selain sangat penting bagi pertumbuhan iman kita, doa juga memberikan kesempatan kepada kita untuk terus-menerus bercakap-cakap dengan-Nya setiap hari (1Tes. 5:7-18).
Ketika kita datang kepada Allah dengan rendah hati dan rindu untuk berbicara dengan-Nya, kiranya Dia menolong kita untuk semakin mengenal dan mengasihi-Nya. —CINDY HESS KASPER
WAWASAN
Selain Doa Bapa Kami yang kita kenal baik, kitab-kitab Injil memuat beberapa doa Yesus yang lain. Dalam Yohanes 17, kita membaca Doa Yesus sebagai Imam Besar yang diucapkan-Nya pada malam Dia dikhianati dan ditangkap. Setelah berdoa bagi diri-Nya sendiri (ay.1-5), Yesus mendoakan murid-murid-Nya (ay.6-19) dan semua orang percaya (ay.20-26). Dia memohon Allah Bapa untuk melindungi jemaat, menguduskannya, dan membuatnya bertumbuh. Yesus juga menaikkan tiga doa singkat di atas kayu salib (Lukas 23:34; Markus 15:34; Lukas 23:46). Doa-doa Yesus yang lain termasuk doa pengucapan syukur (Yohanes 6:11), doa sebelum membangkitkan Lazarus (11:41-42), dan doa setelah memasuki Yerusalem (12:27-28). Selain itu, Yesus sering mengundurkan diri untuk menghabiskan waktu dengan Bapa-Nya dalam doa (Matius 14:23; Markus 1:35; Yohanes 6:15). Dia memberi teladan dari sikap “[berdoa] senantiasa” (1 Tesalonika 5:17 BIS). —Alyson Kieda
Bagaimana Allah memandang doa-doa yang meskipun tidak fasih tetapi dinaikkan anak-anak-Nya dengan rendah hati? Bagaimana kamu dapat membuat doa sebagai bagian hidup kamu sehari-hari?
Ya Bapa, terima kasih karena aku boleh datang kepada-Mu dan Engkau menerimaku setiap kali aku memanggil nama-Mu dalam doa.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 143–145; 1 Korintus 14:21-40
amin
amin