Pelarian Ikabod

Selasa, 28 September 2021

Pelarian Ikabod

Baca: 1 Samuel 4:12-22

4:12 Seorang dari suku Benyamin lari dari barisan pertempuran dan pada hari itu juga ia sampai ke Silo dengan pakaian terkoyak-koyak dan dengan tanah di kepalanya.

4:13 Ketika ia sampai, Eli sedang duduk di kursi di tepi jalan menunggu-nunggu, sebab hatinya berdebar-debar karena tabut Allah itu. Ketika orang itu masuk ke kota dan menceritakan kabar itu, berteriaklah seluruh kota itu.

4:14 Ketika Eli mendengar bunyi teriakan itu, bertanyalah ia: “Keributan apakah itu?” Lalu bersegeralah orang itu mendapatkan Eli dan memberitahukannya kepadanya.

4:15 Eli sudah sembilan puluh delapan tahun umurnya dan matanya sudah bular, sehingga ia tidak dapat melihat lagi.

4:16 Kata orang itu kepada Eli: “Aku datang dari medan pertempuran; baru hari ini aku melarikan diri dari medan pertempuran.” Kata Eli: “Bagaimana keadaannya, anakku?”

4:17 Jawab pembawa kabar itu: “Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas.”

4:18 Ketika disebutnya tabut Allah itu, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya. Empat puluh tahun lamanya ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel.

4:19 Adapun menantunya perempuan, isteri Pinehas, sudah hamil tua. Ketika didengarnya kabar itu, bahwa tabut Allah telah dirampas dan mertuanya laki-laki serta suaminya telah mati, duduklah ia berlutut, lalu bersalin, sebab ia kedatangan sakit beranak.

4:20 Ketika ia hampir mati, berkatalah perempuan-perempuan yang berdiri di dekatnya: “Janganlah takut, sebab engkau telah melahirkan seorang anak laki-laki.” Tetapi ia tidak menjawab dan tidak memperhatikannya.

4:21 Ia menamai anak itu Ikabod, katanya: “Telah lenyap kemuliaan dari Israel” –karena tabut Allah sudah dirampas dan karena mertuanya dan suaminya.

4:22 Katanya: “Telah lenyap kemuliaan dari Israel, sebab tabut Allah telah dirampas.”

Telah lenyap kemuliaan dari Israel, sebab tabut Allah telah dirampas. —1 Samuel 4:22

Pelarian Ikabod

Dalam cerpen berjudul Legenda di Sleepy Hollow, penulis Washington Irving bercerita tentang Ichabod Crane, seorang guru sekolah yang ingin menikahi seorang gadis cantik bernama Katrina. Kisahnya dipusatkan pada kehadiran seorang penunggang kuda tanpa kepala yang menghantui desa koloni itu. Suatu malam, Ichabod melihat penampakan mirip hantu dari penunggang kuda itu. Saking ketakutannya, ia pun melarikan diri dari daerah itu. Para pembaca tahu bahwa “penunggang kuda” itu sebenarnya adalah seorang pesaing dalam merebut hati Katrina, dan yang kemudian menikahinya.

Nama Ichabod (Ikabod) pertama kali muncul di Alkitab, dan kisahnya memiliki latar belakang yang juga suram. Ketika orang Israel berperang dengan bangsa Filistin, mereka membawa tabut perjanjian Allah ke medan perang. Sungguh perbuatan yang gegabah. Tentara Israel akhirnya terpukul kalah dan tabut Allah dirampas musuh. Dua anak imam besar Eli, Hofni dan Pinehas, tewas (1Sam. 4:17). Eli juga kemudian mati (ay.18). Ketika istri Pinehas yang sedang mengandung mendengar kabar duka itu, “tiba-tiba ia merasakan sakit beranak, lalu bersalinlah ia tak lama kemudian” (ay.19 BIS). Dalam keadaan sekarat, ia menamai anaknya Ikabod (artinya “tanpa kemuliaan”). “Telah lenyap kemuliaan dari Israel,” katanya dengan susah payah (ay.22).

Syukurlah, Allah sedang bekerja menyingkapkan kisah yang lebih besar. Pada akhirnya, kemuliaan-Nya dinyatakan dalam diri Yesus, yang mengatakan tentang murid-murid-Nya, “Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau [Bapa] berikan kepada-Ku” (Yoh. 17:22).

Tak seorang pun tahu di mana tabut Allah itu berada saat ini, tetapi itu bukan masalah. Ikabod telah pergi. Namun, melalui Yesus Kristus, Allah telah memberi kita kemuliaan-Nya sendiri!  —Tim Gustafson

WAWASAN
1 Samuel 4 mengisahkan narasi menarik tentang umat Israel yang tidak memohon pertolongan Allah pada masa kritis. Di awal pasal, “terpukullah kalah orang Israel oleh orang Filistin” (ay.2), sehingga muncul usul untuk membawa tabut perjanjian ke medan perang (ay.3), tanpa meminta pertimbangan Allah. Bukan saja para tua-tua mengusulkannya, kedua anak Imam Eli pun berada di dekat tabut perjanjian itu (ay.3-4). Sikap mereka menunjukkan bahwa mereka tidak pernah berniat mengikuti perintah Allah. Mereka membawa tabut perjanjian tanpa memohon petunjuk Allah, dan pilihan itu berujung pada kematian keduanya (ay.11). —Julie Schwab

Menurut kamu, apa artinya Allah memberikan kemuliaan-Nya kepada kita? Pernahkah kamu mengalami karya Allah ini?

Ya Bapa, terima kasih Engkau telah menyatakan kemuliaan-Mu melalui Yesus. Sadarkanlah aku akan kehadiran-Mu sepanjang hari ini.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 5–6; Efesus 1

Bagikan Konten Ini
1 reply

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *