Main Hakim Sendiri
Selasa, 21 September 2021
Baca: Keluaran 23:1-9
23:1 “Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar.
23:2 Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum.
23:3 Juga janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya.
23:4 Apabila engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kaukembalikan binatang itu.
23:5 Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar muatan keledainya.
23:6 Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya.
23:7 Haruslah kaujauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kaubunuh, sebab Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah.
23:8 Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.
23:9 Orang asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong. —Keluaran 23:1
Dalam suatu pertandingan bisbol tahun 2018, pelatih klub Chicago Cubs ingin memberikan bola kepada seorang anak laki-laki yang duduk di baris paling depan. Namun, bola yang dilemparkannya ke arah anak itu kemudian disambar oleh seorang pria dewasa. Rekaman video peristiwa itu lantas menjadi viral. Surat kabar dan media sosial memberitakan “kelancangan” pria itu. Akan tetapi, para penonton video itu tidak tahu kisah selengkapnya. Sebelum peristiwa itu terjadi, pria dewasa sudah menolong anak itu dengan menangkap sebuah bola yang keluar, dan mereka sepakat untuk berbagi bola berikutnya yang mungkin mereka tangkap. Sayangnya, cerita sebenarnya itu baru muncul dua puluh empat jam kemudian. Orang-orang sudah telanjur menyerang pria yang tidak bersalah itu dengan menghakiminya habis-habisan.
Seberapa sering kita mengira sudah tahu seluruh fakta yang ada, padahal sebenarnya hanya sebagian kecil yang kita tahu? Dalam dunia modern ini, sepenggal video dramatis dan cuitan bernada provokatif sangat mudah membuat orang menjatuhkan penghakiman sebelum mendengar kebenaran seutuhnya. Akan tetapi, Alkitab memperingatkan kita untuk tidak “menyebarkan kabar bohong” (Kel. 23:1). Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk memastikan kebenaran sebelum melontarkan tuduhan, sehingga kita tahu pasti kita tidak sedang ikut menyebarkan kebohongan. Kita harus berhati-hati agar tidak tergoda untuk main hakim sendiri, manakala emosi meluap dan prasangka buruk berkembang. Kita perlu menjaga diri agar tidak “ikut-ikutan dengan kebanyakan orang kalau mereka berbuat salah” (ay.2 BIS)
Sebagai orang percaya, kiranya kita ditolong Allah untuk tidak menyebarkan kebohongan. Kiranya Dia memampukan kita untuk bersikap bijaksana dan memastikan bahwa perkataan kita hanya berisi kebenaran. —Winn Collier
WAWASAN
Allah memberikan Dasa Titah agar umat-Nya tahu bagaimana mengasihi Allah dengan setia dan segenap hati (Keluaran 20:1-11; Matius 22:38) dan mengasihi sesama manusia seperti dirinya sendiri (Keluaran 20:12-17; Matius 22:39). Kemudian Musa menjabarkan berbagai ketetapan yang jika ditaati akan memampukan bangsa Israel untuk mengasihi sesamanya (Keluaran 21:1–23:9). “Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan” (Mazmur 11:7), Musa memerintahkan umat untuk mengejar “semata-mata keadilan” (Ulangan 16:20). Umat kepunyaan Allah dituntut untuk “berlaku adil, selalu mengamalkan cinta kasih” (Mikha 6:8 BIS). Mengasihi sesama berarti keadilan bagi setiap orang. Perikop hari ini, Keluaran 23:1-9, adalah penerapan titah kesembilan, yang menjamin keadilan yang seimbang dan tidak berat sebelah bagi semua orang: “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu” (20:16). Baik tuduhan palsu, kesaksian jahat, fitnah, maupun perilaku tidak adil karena tekanan dari luar, sikap pilih kasih, atau suap, semuanya berperan dalam penyimpangan keadilan dan penolakan untuk mengasihi sesama. —K.T. Sim
Pikirkanlah waktu ketika seseorang menjadi korban fitnah. Kerusakan apa saja yang dideritanya, dan apa yang dilakukan untuk memperbaiki kesalahan itu?
Ya Allah, karena semua berlangsung begitu cepat, sering kali sulit untuk tahu mana yang benar. Mampukan kami untuk mendengarkan, memperhatikan, dan mengucapkan apa yang benar semata-mata.
Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 7–9; 2 Korintus 13
Bagikan Komentar Kamu