Ketika Tuhan Memulihkan Keluargaku Lewat Covid-19

Oleh Mary Anita, Surabaya

Awalnya, kuharap pandemi Covid-19 yang telah terjadi lebih dari setahun ini tidak akan menimpa keluargaku. Tetapi, yang kuharapkan tak selalu sejalan dengan cara Tuhan. Ada kalanya Tuhan memakai hal yang paling tidak kita inginkan untuk mendatangkan kebaikan.

Cerita ini dimulai pada awal Mei. Seorang pendeta kenalan papa mengontak kami. Dia mengajak kami untuk berdoa puasa memohon pemulihan hubungan bagi keluarga kami. Sudah lebih dari 10 tahun kami mendoakan kakak laki-lakiku yang akrab kami panggil ‘koko’. Koko dulu begitu mencintai Tuhan, tetapi karena kecewa dalam pelayanan di gereja dan kepahitan pada papa sejak remaja, dia perlahan undur. Selama beberapa waktu, doa puasa kami berlangsung baik, tetapi kemudian tanda tanya pun menggantung. Kami tak kunjung melihat adanya pemulihan keluarga yang akan terjadi.

Bulan Juli, saat PPKM diberlakukan, rumah sakit di mana-mana membeludkan dan kabar dukacita datang silih berganti. Di momen itulah diketahui kalau empat orang dalam keluarga—termasuk koko—positif terinfeksi Covid-19, menyisakan aku dan papa saja yang negatif. Kata dokter, virus yang menjangkit ini adalah varian delta. Kami harus bergerak cepat, dari berburu tabung oksigen, menebus obat-obatan yang sudah langka di banyak apotek, hingga antre untuk mendapatkan kamar inap di rumah sakit.

Di dalam tekanan besar itu, aku tak lagi bisa berpikir jernih. Sebuah firman Tuhan yang kudapat dalam saat teduhku malam sebelumnya terlintas di pikiran:

“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41:10).

Firman itu kurenungkan berulang kali dan selalu menguatkan imanku, terutama dalam waktu-waktu genting. Tuhan menyentuh hatiku dengan kasih-Nya dan menolongku untuk menguasai diri, serta mengingatkanku untuk bersandar hanya pada-Nya, satu-satunya Pribadi yang bisa diandalkan.

Puji syukur, Tuhan perlahan menuntun jalan kami di waktu yang tepat. Kami mendapatkan kamar inap, tapi kenyataan pahit harus kami terima karena dari hasil pemeriksaan dokter, koko mengalami Pneumonia di paru-parunya. Koko membutuhkan plasma kovalesen ketika stok di PMI kosong. Aku menangis, sampai tak lagi bisa menangis karena kadar saturasi oksigennya terus turun ke angka 77 meskipun telah dibantu dengan ventilator.

Aku berdoa, “Tuhan, jujur aku belum siap untuk kehilangan koko. Aku memang memohon kesembuhan untuknya, tapi yang terpenting dari itu adalah berikan ia kesempatan untuk bertobat dan mempercayai-Mu sekali lagi, walau di akhir hidupnya.” Roh Kudus pun menolongku untuk melanjutkan doaku dan mengakhirinya dengan berserah seperti yang Yesus doakan pada Lukas 22:42, “…tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”

Ada rasa damai dan tenang dalam hatiku walaupun kami belum menemukan donor plasma. Dan, siapa sangka malam itu mukjizat terjadi. Seorang teman sepelayanan koko yang hampir satu dekade hilang kontak malahan tiba-tiba membantu memberi donor plasma. Perlahan keadaan koko mulai pulih dan dua minggu setelahnya dia dinyatakan sembuh. Tak berhenti di situ, sakit ini pun memberinya pengalaman pribadi dengan Tuhan yang kemudian membuatnya bertobat, mengampuni papa, dan kembali aktif digembalakan di gereja.

Peristiwa yang terjadi ini bak mimpi bagiku. Tuhan memulihkan kami tidak hanya melalui kesembuhan fisik, tetapi mengubah setiap pribadi kami sekeluarga untuk saling mengasihi satu sama lain, mengandalkan dan memprioritaskan Tuhan selagi hidup, dan mau menjadi perpanjangan tangan-Nya bagi orang lain sama seperti orang-orang yang telah menolong dan bermurah hati pada kami. Tuhan juga membuka mata kami bahwa semua itu terjadi semata karena kasih kemurahan Tuhan.

Kiranya kesaksian singkat ini boleh mengingatkanku selalu bahwa Tuhan selalu mendengar setiap doa dan Dia bekerja di balik layar untuk mendatangkan kebaikan bagi kita anak-anak-Nya. Amin.

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).

Baca Juga:

4 Hal Istimewa dari Kisah Yesus dan Perempuan Samaria

Pertemuan Yesus dengan seorang perempuan Samaria bukan sekadar kisah obrolan biasa, ada 4 hal menarik yang bisa kita temukan dari kisah ini.

Bagikan Konten Ini
7 replies
  1. Asri
    Asri says:

    Saya berharap keluarga saya juga dipulihkan Tuhan sama seperti kesaksian ini 🙏🙏🙏
    Semakin dikuatkan dengan membaca ini. Makasi. Gbu

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *