Hotel Corona

Kamis, 9 September 2021

Hotel Corona

Baca: 2 Korintus 5:14-20

5:14 Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.

5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

5:16 Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian.

5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

5:18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.

5:19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

5:20 Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.

Kasih Kristuslah yang menguasai kami; dan kami menyadari bahwa . . . satu orang sudah mati untuk semua orang . . . Oleh karena itu, kami tidak lagi menilai orang menurut ukuran manusia. —2 Korintus 5:14,16 BIS

Hotel Corona

Pada tahun 2020, Hotel Dan di Yerusalem menjadi terkenal dengan nama lain—“Hotel Corona.” Pemerintah menetapkan hotel itu sebagai tempat penampungan bagi para pasien yang sedang menjalani pemulihan dari COVID-19. Di sana para penghuninya bersama-sama mengalami sukacita dan kesatuan hati yang langka dijumpai pada masa-masa sulit. Karena seluruh penghuni adalah pengidap, mereka bebas menyanyi, menari, dan tertawa bersama. Mereka melakukan itu semua dengan penuh semangat! Di suatu wilayah yang kerap dilanda ketegangan akibat perbedaan politik dan agama, krisis bersama itu justru menciptakan ruang bagi mereka untuk belajar menerima satu sama lain sebagai sesama manusia—bahkan sampai ke tahap persahabatan.

Memang wajar, bahkan normal, bila kita tertarik kepada orang-orang yang kita anggap mirip dengan kita, yang kita rasa memiliki pengalaman dan nilai-nilai serupa dengan kita. Namun, seperti yang sering ditekankan oleh Rasul Paulus, Injil mendobrak setiap penghalang antarmanusia yang selama ini kita anggap “normal” (2Kor. 5:15). Dengan kacamata Injil, kita melihat gambaran yang lebih besar daripada beragam perbedaan yang ada—hidup kita semua sama-sama bobrok, dan kita mempunyai kerinduan serta kebutuhan akan pemulihan yang sanggup diberikan Allah oleh kasih-Nya.

Jika kita percaya “Kristus telah mati untuk semua orang”, kita tidak bisa lagi memiliki asumsi dangkal terhadap orang lain. Sebaliknya, “kasih Kristus yang menguasai” kita (ay.14) akan menggerakkan kita untuk berbagi kasih dan pesan-Nya dengan mereka yang sangat dikasihi Allah—semua orang. —Monica La Rose

WAWASAN
Dalam 2 Korintus 5:14-20, Paulus menulis kepada orang percaya di Korintus mengenai hidup baru yang mereka terima melalui kehidupan dan kematian Kristus. Hidup baru itu, yaitu menjadi ciptaan baru (ay.17) dan hidup “untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan” (ay.15), adalah hasil pendamaian yang Yesus genapi melalui kematian-Nya di kayu salib (ay.18). Dalam ayat 18-20, Paulus menggunakan beragam bentuk kata pendamaian (mendamaikan; didamaikan) lima kali. Jelas ia ingin pembacanya memahami bahwa kita telah diperdamaikan dengan Kristus dan dipanggil untuk membawa pendamaian kepada orang lain. Yang tidak terang-terangan disebutkan di sini adalah hubungan kita yang telah rusak dengan Allah. Paulus membahas keterpisahan kita dari Dia karena dosa-dosa kita dan kebutuhan kita untuk didamaikan dengan Dia dalam kitab lain (lihat Roma 5:1-11). —J.R. Hudberg

Kapan kamu cenderung lupa pada kenyataan adanya kesamaan kamu dengan orang lain sebagai sesama manusia yang bobrok dan membutuhkan kasih Yesus? Hal apa yang telah mengingatkan kamu tentang kenyataan tersebut?

Aku bersyukur, ya Tuhan Yesus, karena dalam masa-masa sulit, aku melihat secercah keindahan luar biasa lewat kasih dan sukacita yang dihadirkan sesamaku. Tolonglah aku untuk hidup sedemikian rupa setiap hari, dengan tidak “menilai orang menurut ukuran manusia”.

Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 6–7; 2 Korintus 2

Bagikan Konten Ini
59 replies
« Older Comments
« Older Comments

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *