Belajar dengan Sukacita

Rabu, 29 September 2021

Belajar dengan Sukacita

Baca: Roma 12:1-3

12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

12:3 Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.

 

Berubahlah oleh pembaharuan budimu. —Roma 12:2

Belajar dengan Sukacita

Di kota Mysore, India, terdapat sebuah bangunan sekolah yang terbuat dari dua gerbong kereta api yang sudah dipercantik dan tersambung satu sama lain. Para pendidik di sana bekerja sama dengan perusahaan kereta api untuk membeli dan mengalihfungsikan gerbong yang sudah tidak terpakai itu. Pada dasarnya setiap gerbong hanyalah sebuah kotak besar berbahan besi yang tidak bisa digunakan sebelum para pekerja memasang tangga, kipas angin, lampu, dan meja. Mereka juga mengecat dinding dan menghiasinya dengan lukisan aneka warna pada dinding bagian dalam dan luar. Kini, enam puluh siswa dapat menerima pendidikan di sekolah itu berkat transformasi luar biasa yang pernah terjadi.

Sesuatu yang jauh lebih luar biasa terjadi ketika kita mengikuti perintah Rasul Paulus untuk “[berubah] oleh pembaharuan budimu” (Rm. 12:2). Ketika kita mengizinkan Roh Kudus melepaskan kita dari pengaruh dunia dan segala jalannya, pikiran dan sikap kita pun mulai berubah. Kita menjadi lebih mengasihi, lebih berpengharapan, dan dipenuhi damai sejahtera di dalam hati kita (8:6).

Masih ada hal lain yang terjadi. Meskipun transformasi terus berjalan, dan sering kali menemui hambatan, proses tersebut menolong kita memahami apa yang Allah inginkan bagi hidup kita. Kita dimampukan untuk “membedakan manakah kehendak Allah” (12:2). Belajar mengenali kehendak Allah tidak selalu melibatkan hal-hal spesifik, tetapi yang pasti, kita diharuskan untuk selalu menyelaraskan diri dengan karakter Allah dan karya-Nya di dunia ini.

Nama sekolah di India itu adalah Nali Kali, yang berarti “belajar dengan sukacita.” Bagaimana kuasa perubahan yang dimiliki Allah telah membuat kamu belajar dengan sukacita untuk mengenali kehendak-Nya?  —Jennifer Benson Schuldt

WAWASAN
Dalam Perjanjian Lama, korban pendamaian dipersembahkan sebagai penghapus dosa. “Persembahan itu diperkenan [TUHAN] untuk mengadakan pendamaian baginya” (Imamat 1:4; lihat 7:7). Sedangkan korban peringatan (lihat Imamat 2–3) dipersembahkan secara sukarela “untuk memberi syukur” kepada Allah (7:12). Sebagai tanggapan atas pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib yang menebus kita dan memberi hidup baru (Roma 3:25; 6:4-10), Paulus menasihati kita untuk mempersembahkan diri sebagai korban pengucapan syukur kepada Allah. Tidak semua dari kita dipanggil untuk mati bagi Yesus, tetapi kita semua dipanggil untuk mati terhadap dosa dan diri sendiri (6:2-11; 8:12-13). Kemudian, Paulus memanggil kita untuk hidup bagi Allah dalam kehendak-Nya yang sempurna (12:2), dalam kerendahan hati (ay.3), dan dalam kesatuan (ay.4-8). “Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (2 Korintus 5:15). —K.T. Sim

Bagian mana saja dalam pemikiran kamu yang paling membutuhkan perubahan oleh kuasa Allah? Seberapa rela kamu bertindak ketika kamu memahami dengan jelas kehendak-Nya bagi hidup kamu?

Ya Allah, aku mengundang-Mu untuk mengubahku dengan memperbarui akal budiku hari ini. Aku bersyukur untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi ketika aku berserah kepada-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 7–8; Efesus 2

Bagikan Konten Ini
6 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *