Tidak Membalas Dendam

Minggu, 22 Agustus 2021

Tidak Membalas Dendam

Baca: 1 Samuel 24:2-5,15-19

24:2 Ketika Saul pulang sesudah memburu orang Filistin itu, diberitahukanlah kepadanya, demikian: “Ketahuilah, Daud ada di padang gurun En-Gedi.”

24:3 Kemudian Saul mengambil tiga ribu orang yang terpilih dari seluruh orang Israel, lalu pergi mencari Daud dan orang-orangnya di gunung batu Kambing Hutan.

24:4 Ia sampai ke kandang-kandang domba di tepi jalan. Di sana ada gua dan Saul masuk ke dalamnya untuk membuang hajat, tetapi Daud dan orang-orangnya duduk di bagian belakang gua itu.

24:5 Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: “Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam.

24:15 Terhadap siapakah raja Israel keluar berperang? Siapakah yang kaukejar? Anjing mati! Seekor kutu saja!

24:16 Sebab itu TUHAN kiranya menjadi hakim yang memutuskan antara aku dan engkau; Dia kiranya memperhatikannya, memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku dengan melepaskan aku dari tanganmu.”

24:17 Setelah Daud selesai menyampaikan perkataan itu kepada Saul, berkatalah Saul: “Suaramukah itu, ya anakku Daud?” Sesudah itu dengan suara nyaring menangislah Saul.

24:18 Katanya kepada Daud: “Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu.

24:19 Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku.

[Saul berkata], “Walaupun Tuhan telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku.” —1 Samuel 24:19

Tidak Membalas Dendam

Pagi itu, seorang petani mengendarai truknya dan mulai memeriksa tanaman di tanah pertaniannya. Ketika ia sampai di ujung tanahnya, darahnya mendidih. Lagi-lagi ada orang memanfaatkan lokasi tanah pertaniannya yang terpencil untuk membuang sampah secara ilegal di sana.

Ketika petani itu memindahkan kantong-kantong sampah yang berisi sisa makanan itu ke bak truknya, ia menemukan sehelai amplop. Pada amplop itu tercetak alamat si pelaku. Ia berpikir, sungguh kesempatan yang terlalu bagus untuk dilewatkan. Malam itu ia pergi ke rumah si pelaku dan memenuhi halaman rumah orang itu dengan sampah—bukan hanya sampah yang dibuang di ladangnya tetapi juga sampahnya sendiri!

Mungkin balas dendam itu membawa kenikmatan tersendiri. Namun, apakah tindakan itu dapat dibenarkan? Dalam 1 Samuel 24, Daud dan anak buahnya bersembunyi di sebuah gua untuk melarikan diri dari kejaran Raja Saul yang ingin membunuhnya. Ketika Saul berjalan masuk ke dalam gua yang sama untuk membuang hajat, anak buah Daud melihat hal itu sebagai kesempatan yang tidak boleh dilewatkan untuk membalas dendam (ay.4-5). Namun, Daud menolak untuk mengikuti nafsu membalas dendam. “Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku,” katanya (ay.7). Ketika Saul mengetahui bahwa Daud memilih untuk tidak membunuhnya, ia hampir tidak percaya. “Engkau lebih benar dari pada aku,” serunya (ay.18-19).

Saat kita atau seseorang yang kita kasihi menghadapi ketidakadilan, mungkin akan tiba kesempatan bagi kita untuk membalas dendam. Akankah kita menyerah pada hasrat tersebut, seperti yang dilakukan si petani, atau kita melawannya, seperti yang diperbuat Daud? Akankah kita memilih kebenaran daripada pembalasan dendam? —SHERIDAN VOYSEY

WAWASAN
Karena merasa terancam oleh keberhasilan Daud (1 Samuel 18:5-9,30) dan dongkol terhadap berkat Allah atasnya, Saul mencoba membunuh Daud (ay.10-12; 19:2,9-11). Karena dikejar oleh Saul, Daud melarikan diri ke kubu-kubu gunung di En-Gedi (23:26-24:1). Dalam bagian ini, Daud memiliki kesempatan untuk membunuh Saul, tetapi tidak melakukannya karena Saul adalah “orang yang diurapi TUHAN” (24:7). Kemudian, Daud mendapat kesempatan berikutnya, tetapi ia tetap menolak karena alasan yang sama. Karena Saul adalah “orang yang diurapi TUHAN,” hanya Allah sendiri yang punya kuasa untuk mengambil nyawanya (26:9-11). Daud tidak mau membalas dendam, melainkan membiarkan Allah yang memberikan penghakiman (lihat Roma 12:19). —K.T. Sim

Pernahkah kamu merasa ingin membalas dendam kepada orang lain? Bagaimana respons Daud dapat menuntun kamu dalam usaha kamu mencari keadilan bagi diri kamu dan orang lain?

Tuhan Yesus, yang juga mengasihi musuh-musuh kami, tolonglah aku untuk mencari keadilan dengan cara yang berkenan kepada-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 110–112; 1 Korintus 5

Bagikan Konten Ini
47 replies
  1. hearty
    hearty says:

    Pernah, bahkan masih terpikir sampai hari ini. merasa bahwa ini tidak adil dalam hidup saya, tp ada juga saat dimana saya mulai mempercayakannya kepada Tuhan bahwa Dia yg adil, Dia yg berhak atas semua penghakiman. Sering beradu argumen dengan hati sendiri utk melepaskan semua rasa sakit. Terimakasih telah mengingatkan kembali lewat renungan ini, bahwa TDK perlu utk membalas kejahatan apapun, biarlah Tuhan yang bertindak atas mereka yg menyakiti hidup kita masing-masing.

    Selamat pagi,
    Selamat hari minggu Tuhan memberkati

  2. LEDINA DUHA
    LEDINA DUHA says:

    Semoga kita semua bisa menjadi Daud yang tidak akan membalas kan dendam kepada musuh kita dengan kejahatan pula.
    Happy Sunday guys, Jesus blessing 😇💙

  3. Nora
    Nora says:

    terimakasih untuk Renungan hari ini.. Tuhan mengijinkan saya membaca lagi bagian ini untuk mengingatkan saya, kalau org yg menyakiti saya pun adalah org yang dikasihi Tuhan. bagaimana mgkn sy menyakiti orang yang dikasihi oleh Tuhan? terimakasih warungsatekamu sdh dipakai Tuhan untuk mengingatkan saya .🙏🏽🤗

  4. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat pandemi ini ya Tuhan, dan beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja, biarlah kehendakMu yang terjadi, terpujilah namaMu kekal selamanya, amin

  5. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang di sorga,
    Dikuduskanlah nama-Mu,
    datanglah Kerajaan-Mu,
    jadilah kehendak-Mu
    di bumi seperti di sorga.
    Berikanlah kami pada hari ini
    makanan kami yang secukupnya
    dan ampunilah kami akan kesalahan
    kami, seperti kami juga mengampuni
    orang yang bersalah kepada kami;
    dan janganlah membawa kami ke
    dalam pencobaan,
    tetapi lepaskanlah kami dari pada
    yang jahat.
    Karena Engkaulah yang empunya
    Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    sampai selama-lamanya.
    Amin.

  6. Rubi
    Rubi says:

    2021 08 22 – 22:47
    CMI

    Kasih terbesar adalah memberi pengampunan bahkan di saat ada kesempatan untuk membalas dendam

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *