Dibawa Melewati Badai

Sabtu, 21 Agustus 2021

Dibawa Melewati Badai

Baca: Mazmur 107:1-3,23-32

107:1 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

107:2 Biarlah itu dikatakan orang-orang yang ditebus TUHAN, yang ditebus-Nya dari kuasa yang menyesakkan,

107:3 yang dikumpulkan-Nya dari negeri-negeri, dari timur dan dari barat, dari utara dan dari selatan.

107:23 Ada orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal, yang melakukan perdagangan di lautan luas;

107:24 mereka melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di tempat yang dalam.

107:25 Ia berfirman, maka dibangkitkan-Nya angin badai yang meninggikan gelombang-gelombangnya.

107:26 Mereka naik sampai ke langit dan turun ke samudera raya, jiwa mereka hancur karena celaka;

107:27 mereka pusing dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan akal.

107:28 Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkan-Nya mereka dari kecemasan mereka,

107:29 dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang.

107:30 Mereka bersukacita, sebab semuanya reda, dan dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka.

107:31 Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia.

107:32 Biarlah mereka meninggikan Dia dalam jemaat umat itu, dan memuji-muji Dia dalam majelis para tua-tua.

Dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang. —Mazmur 107:29

Dibawa Melewati Badai

Dalam perjalanan misi Alexander Duff yang pertama ke India pada tahun 1830, kapal yang ditumpangi misionaris asal Skotlandia tersebut karam diterjang badai di lepas pantai Afrika Selatan. Ia dan para penumpang lain berhasil mencapai sebuah pulau kecil dan terpencil; dan tak lama kemudian, salah seorang awak kapal menemukan Alkitab kepunyaan Duff terdampar di pantai. Ketika Alkitab itu sudah kering, Duff membacakan Mazmur 107 kepada rekan-rekannya yang selamat itu, dan mereka semua merasa dikuatkan. Akhirnya, setelah diselamatkan oleh kapal lain dan sekali lagi mengalami karam kapal, Duff pun sampai di India.

Mazmur 107 menuliskan sejumlah cara yang dipakai Allah untuk menyelamatkan orang Israel. Tentulah Duff dan teman-teman seperjalanannya bisa ikut merasakan apa yang dikatakan oleh ayat-ayat berikut dan menerima penghiburan darinya: “Dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang. Mereka bersukacita, sebab semuanya reda, dan dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka” (ay.29-30). Kemudian, seperti bangsa Israel, mereka tentu juga “bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia” (ay.31).

Kita melihat pengalaman dalam Mazmur 107:28-30 juga dialami dalam Perjanjian Baru (Mat. 8:23-27; Mrk. 4:35-41). Yesus dan murid-murid-Nya berada di dalam sebuah perahu di atas danau ketika angin ribut mengamuk. Murid-murid-Nya berteriak ketakutan, dan akhirnya Yesus—Allah dalam rupa manusia—meredakan angin ribut itu. Biarlah kita juga dikuatkan! Allah dan Juruselamat kita yang penuh kuasa selalu mendengar dan menanggapi seruan kita, serta menenangkan kita di tengah badai yang mengamuk. —ALYSON KIEDA

WAWASAN
Kata Ibrani yâm, diterjemahkan sebagai “laut” di Mazmur 107:23, muncul hampir empat ratus kali dalam Perjanjian Lama. Akar kata yang menghasilkan kata yâm tersebut berarti “mengaum.” Seperti di Mazmur 107:23, dalam banyak kesempatan kata tersebut dipakai untuk beragam bentuk perairan-lautan, sungai, danau, dan sebagainya. Namun, Alkitab juga memakai kata laut dengan pas untuk menggambarkan kekacauan-perairan yang mengamuk, guncang, dan bergelora (lihat Mazmur 46:3-4). Wycliffe Bible Encyclopedia menuliskan demikian: “Bagi bangsa Ibrani yang menyukai daratan, laut adalah tempat yang berbahaya dan bergolak, dan ini kiasan yang pas untuk menggambarkan jiwa manusia berdosa yang tidak tenang dan terus gelisah (Yesaya 57:20) dan bangsa-bangsa di dunia yang bergolak dan berontak (Daniel 7:2; Matius 13:47; Wahyu 13:1).” Dengan pengertian ini, sejumlah ahli Alkitab menafsirkan frasa “lautpun tidak ada lagi” di Wahyu 21:1 sebagai tiadanya lagi “kefasikan yang meresahkan.” —Arthur Jackson

Pernahkah kamu berseru minta tolong kepada Allah di tengah “badai” yang melanda kehidupan kamu? Apa hasilnya?

Terima kasih, ya Allah, karena Engkau tidak membiarkanku sendirian menghadapi badai yang berkecamuk. Aku membutuhkan-Mu!

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 107–109; 1 Korintus 4

Bagikan Konten Ini
50 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat pandemi ini ya Tuhan, dan beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami
    menyerah kan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja ya Tuhan, biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin

  2. renato aja
    renato aja says:

    Biarlah kita juga dikuatkan! Allah dan Juruselamat kita yang penuh kuasa selalu mendengar dan menanggapi seruan kita, serta menenangkan kita di tengah badai yang mengamuk. 

  3. monita siahaan
    monita siahaan says:

    Tuhan selalu menolong ku,
    selalu menjaga ku,
    sehelai di rambutku tak akan terjatuh tanpa seizin mu,

  4. Rubi
    Rubi says:

    2021 08 21 – 21:39
    CMI

    Badai hidup seringkali menjadi momentum Tuhan untuk menunjukkan kuasa & kasih Nya bagi kita

  5. SKUY LIVING
    SKUY LIVING says:

    Amin.
    pernah kefikiran soal dosa yang besar yang udah aku perbuat.
    aku mikir waktu setelah berbuat dosa, aku masih bisa makan masih bisa minum masih bisa bernafas masih bisa merasakan hal yang luar biasa dalam hidup aku..
    sebegitu besar pun kesalahan yang sudah aku perbuat sebarapa banyak dosa yang sudah aku lakukan. Tuhan tetap engga ninggalin aku.
    pernah kefikiran apa karna dosa yang segitu aja aku mau tinggalin Tuhan dan mengeluh setelah badai datang dalam hidup? dan meraung kesakitan tanpa rasa malu setelah pergi tinggalin Tuhan.
    merasa malu sama diri sendiri.
    merasa engga pantas.
    tapi Tuhan selalu buka kan tangan Nya untuk ku

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *