Berdamai Dahulu

Sabtu, 7 Agustus 2021

Berdamai Dahulu

Baca: Kejadian 33:1-11

33:1 Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang. Maka diserahkannyalah sebagian dari anak-anak itu kepada Lea dan sebagian kepada Rahel serta kepada kedua budak perempuan itu.

33:2 Ia menempatkan budak-budak perempuan itu beserta anak-anak mereka di muka, Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka, dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali.

33:3 Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu.

33:4 Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka.

33:5 Kemudian Esau melayangkan pandangnya, dilihatnyalah perempuan-perempuan dan anak-anak itu, lalu ia bertanya: “Siapakah orang-orang yang beserta engkau itu?” Jawab Yakub: “Anak-anak yang telah dikaruniakan Allah kepada hambamu ini.”

33:6 Sesudah itu mendekatlah budak-budak perempuan itu beserta anak-anaknya, lalu mereka sujud.

33:7 Mendekat jugalah Lea beserta anak-anaknya, dan merekapun sujud. Kemudian mendekatlah Yusuf beserta Rahel, dan mereka juga sujud.

33:8 Berkatalah Esau: “Apakah maksudmu dengan seluruh pasukan, yang telah bertemu dengan aku tadi?” Jawabnya: “Untuk mendapat kasih tuanku.”

33:9 Tetapi kata Esau: “Aku mempunyai banyak, adikku; peganglah apa yang ada padamu.”

33:10 Tetapi kata Yakub: “Janganlah kiranya demikian; jikalau aku telah mendapat kasihmu, terimalah persembahanku ini dari tanganku, karena memang melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah, dan engkaupun berkenan menyambut aku.

33:11 Terimalah kiranya pemberian tanda salamku ini, yang telah kubawa kepadamu, sebab Allah telah memberi karunia kepadaku dan akupun mempunyai segala-galanya.” Lalu dibujuk-bujuknyalah Esau, sehingga diterimanya.

Esau berlari mendapatkan Yakub, lalu memeluknya dan menciumnya. —Kejadian 33:4 BIS

Berdamai Dahulu

Kami menyebut diri kami “saudari dalam Tuhan,” tetapi saya dan sahabat saya yang berkulit putih mulai bersikap seperti musuh. Suatu pagi, ketika sedang sarapan bersama di sebuah kafe, kami bertengkar hebat karena perbedaan pandangan soal ras. Kami pun berpisah, dan saya bersumpah tidak mau menemuinya lagi. Namun, setahun kemudian, kami sama-sama diterima bekerja di sebuah lembaga pelayanan—dalam departemen yang sama. Mau tidak mau, kami harus berhubungan kembali. Meski canggung pada awalnya, kami berusaha membicarakan konflik di antara kami. Seiring berjalannya waktu, Allah menolong kami untuk saling mengampuni, berbaikan, dan bertekad memberi yang terbaik bagi pelayanan.

Allah juga memulihkan perpecahan yang pedih antara Esau dan saudara kembarnya, Yakub, serta memberkati kehidupan mereka berdua. Yakub pernah menipu Ishak, ayah mereka, dan merebut berkat yang menjadi hak Esau. Namun, dua puluh tahun kemudian, Allah memanggil Yakub untuk kembali ke tanah kelahirannya. Jadi, sebelum sampai ke sana, Yakub terlebih dahulu mengirimkan banyak hadiah sebagai usaha untuk menenangkan hati Esau. “Tetapi Esau berlari mendapatkan Yakub, lalu memeluknya dan menciumnya. Dan kedua orang itu bertangis-tangisan” (Kej. 33:4 BIS).

Perdamaian yang kembali terjalin antara mereka berdua menjadi contoh terbaik dari desakan Allah agar kita menyelesaikan konflik dengan saudara seiman sebelum membawa persembahan kita, baik talenta maupun harta, kepada-Nya (Mat. 5:23-24). Kita dinasihati, “Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu” (ay.24). Yakub menaati Allah dan berdamai dengan Esau, lalu mendirikan mezbah bagi Allah (Kej. 33:20). Ini urutan yang indah: Usahakanlah dahulu pengampunan dan perdamaian, maka, di mezbah-Nya, Allah akan menerima kita. —PATRICIA RAYBON

WAWASAN
Kitab Kejadian mencatat dua pertemuan Yakub dengan Allah: pertama saat ia bermimpi di Betel ketika sedang melarikan diri dari Esau (28:10-22) dan kemudian saat ia bersiap menemui Esau (32:22-32). Setelah bergumul dengan Allah, Yakub berkata, “Aku telah melihat Allah berhadapan muka” (ay.30). Ia lalu menggunakan frasa serupa setelah bertemu Esau: “melihat mukamu adalah bagiku serasa melihat wajah Allah” (33:10); demikianlah terhubung kedua kejadian tersebut. The NIV Zondervan Study Bible menyebut “tindakan Esau menyerupai tindakan Allah. Perlakuan Esau [yang penuh kasih -ed] terhadap Yakub sebenarnya tidak layak diterima Yakub.” —J.R. Hudberg

Terhadap siapa kamu masih menyimpan dendam atau kepahitan? Langkah-langkah apa yang dapat kamu ambil untuk berdamai?

Allahku, ketika aku menyimpan rasa sakit hati terhadap saudara seimanku, mampukanlah aku untuk terlebih dahulu mengampuninya sebelum aku membawa persembahanku kepada-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 72–73; Roma 9:1-15

Bagikan Konten Ini
57 replies
« Older Comments
  1. Sonia Beatrix Noya
    Sonia Beatrix Noya says:

    Gimana ya kalau mengenai orangtua yang dari saya sadar dunia itu tidak pernah bertanggung jawab secara finansial, berikan mtv kepda anak. Padahal kata dia, “apa yang saya kasih ke dia sampai dia harus tanggung jawab”? sampai skrng saya masih sangat benci kpd dia

« Older Comments

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *