Pengharapan di Tengah Dukacita

Minggu, 11 Juli 2021

Pengharapan di Tengah Dukacita

Baca: 1 Tesalonika 4:13-18

4:13 Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.

4:14 Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.

4:15 Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal.

4:16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;

4:17 sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.

4:18 Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.

Kami tidak mau, . . . kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. —1 Tesalonika 4:13

Pengharapan di Tengah Dukacita

Dalam perjalanan menuju bandara Heathrow, London, pengemudi taksi menceritakan kisah hidupnya kepada kami. Ia tiba di Inggris seorang diri saat berusia lima belas tahun, dengan tujuan menjauhi kehidupan yang sulit dan peperangan di kampung halamannya. Sekarang, sebelas tahun kemudian, ia sudah berumah tangga dan dapat menafkahi keluarganya, sesuatu yang tidak dapat dilakukan sekiranya ia masih tinggal di negaranya. Namun, ia juga sedih karena ia masih terpisah dengan keluarga dan saudara-saudara kandungnya. Ia mengatakan bahwa perjalanan hidupnya yang berat itu tidak terasa lengkap jika ia belum bisa berkumpul kembali dengan keluarganya.

Terpisah dari orang-orang yang kita kasihi dalam hidup ini memang berat, tetapi kehilangan orang terkasih karena kematian terasa lebih berat dan membekaskan rasa kehilangan yang tidak akan teratasi hingga kita bertemu kembali dengan mereka. Kepada jemaat mula-mula di Tesalonika yang merenungkan tentang kematian, Paulus menulis, “Kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan” (1Tes. 4:13). Ia menjelaskan bahwa sebagai orang percaya di dalam Tuhan Yesus, kita dapat hidup dengan pengharapan akan bertemu lagi dengan mereka—untuk bersama-sama selamanya di hadirat Kristus (ay.17).

Tidak ada pengalaman hidup yang meninggalkan bekas begitu mendalam seperti perpisahan, tetapi di dalam Yesus kita memiliki pengharapan untuk dipersatukan kembali. Di tengah dukacita dan kehilangan, janji tersebut dapat memberikan kepada kita penghiburan yang kita butuhkan (ay.18). —Bill Crowder

WAWASAN
Para ahli memperkirakan populasi Tesalonika pada abad pertama sekitar 200.000 jiwa—kota yang sangat besar pada masa itu. Sebagai komunitas pelabuhan di Laut Aegea, Tesalonika adalah kota persimpangan penting yang menjadi titik pertemuan perdagangan dan kegiatan militer Romawi. Dominasi agama Yunani yang menyembah berhala, ditambah penduduk Yahudi yang vokal, menjadikan kondisi kota itu sebagai tantangan bagi jemaat Tuhan di Tesalonika. Tantangan-tantangan tersebut mengakibatkan penganiayaan berat, terutama dari para pemimpin rumah ibadat Yahudi. Setelah Paulus berkhotbah di rumah ibadat Yahudi selama tiga hari Sabat berturut-turut (lihat Kisah Para Rasul 17:1-4), para pemimpin Yahudi menanggapi dengan kekerasan dan menuduh Paulus berkhianat kepada Kaisar (ay.5-8). Dari awal penuh gejolak itu, tumbuhlah salah satu jemaat paling signifikan pada era Perjanjian Baru—jemaat yang oleh para ahli dianggap sebagai teladan ideal komunitas orang percaya (1 Tesalonika 1:7). —Bill Crowder

Bagaimana kematian orang terkasih telah meninggalkan bekas dalam hidupmu? Bagaimana cara Yesus menyediakan pertolongan dan pengharapan yang kamu butuhkan?

Bapa, tidak ada satu hal pun di dunia yang dapat mengisi kekosongan hati yang kualami karena kematian orang yang kukasihi. Dekatkanlah diriku kepada-Mu agar aku terhibur oleh kasih dan karunia-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 1-3; Kisah Para Rasul 17:1-15

Bagikan Konten Ini
46 replies
  1. Eprilia Damanik
    Eprilia Damanik says:

    Aminn… Tuhan Yesus adalah penghibur yang setia 🖤 God Bless You🙏

  2. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan, serta tolong kami, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja ya Tuhan, biarlah kehendakMu yang terjadi, sembuh kan juga orang-orang disekitar kami dari segala macam akibat pandemi ini ya Tuhan, serta beri pertolongan kepada yang terkena bencana, terpujilah namaMu kekal selamanya, amin

  3. Diana Sitohang
    Diana Sitohang says:

    Amin 😢🙏😇

    Terima kasih buat kekuatan melalui Firman ini. Momen yg tidak bisa dilupakan, kehilangan suami yg sgt luar biasa tp hidup hrs terus berjln dgn kekuatan Bersama Tuhan Yesus Kristus 🙏

  4. Ferari Sianturi
    Ferari Sianturi says:

    Tuhan tetaplah kuatkan hatikuisilah hatiku dengan pengharapan atas duka yang kualami saat ini kehilangan saudara yang kukasihi
    Dekatkanlah diriku kepada-Mu Aagae terhibir oloh kasih dan karuniaMu
    Amw

  5. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    ya tuhan ajar kami untk tdk takut menghdp hdp skr ini arahkan setiap hati anak2 mu untk tetap perc hnya kpdmu ya bpk ku dan beriman sepenuhnya hnya kpdmu bpk yg baik haleluyah amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *