Doa yang Tidak Tergesa-Gesa
Kamis, 1 Juli 2021
Baca: Mazmur 46
46:1 Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Alamot. Nyanyian.
46:2 Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
46:3 Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;
46:4 sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Sela
46:5 Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai.
46:6 Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi.
46:7 Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur.
46:8 TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela
46:9 Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi,
46:10 yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api!
46:11 “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!”
46:12 TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! —Mazmur 46:11
Alice Kaholusuna bercerita tentang bagaimana orang Hawaii biasa duduk di luar kuil penyembahan mereka lumayan lama untuk mempersiapkan diri sebelum masuk ke dalamnya. Bahkan setelah berada di dalam kuil, mereka masih merayap ke altar untuk berdoa. Sesudahnya, mereka kembali duduk lumayan lama di luar untuk “mengembuskan napas” ke dalam doa-doa mereka. Ketika para misionaris datang ke pulau tersebut, cara doa mereka sering dianggap aneh oleh orang Hawaii. Para misionaris biasa berdoa dengan berdiri, mengucapkan beberapa kalimat, menutup dengan “amin”, lalu selesai. Orang Hawaii menyebut doa-doa seperti itu sebagai “doa tanpa napas.”
Cerita Alice di atas menggambarkan bagaimana umat Allah tidak selalu menggunakan kesempatan untuk berdiam dan mengenali Allah (Mzm. 46:11). Allah memang mendengarkan doa-doa kita, entah diucapkan secara pelan atau cepat. Namun, sering kali laju hidup kita mencerminkan laju hati kita juga, dan kita perlu memberikan waktu yang cukup bagi Allah untuk berbicara, tidak hanya dalam hidup kita tetapi juga dalam hidup orang-orang yang ada di sekitar kita. Berapa banyak momen berharga dalam kehidupan ini yang terlewatkan karena kita tergesa-gesa berdoa, amin, lalu selesai begitu saja?
Sering kali kita sulit bersabar terhadap banyak hal, dari menghadapi orang-orang yang “lamban” hingga lalu lintas yang tersendat. Namun, saya percaya Allah dalam kebaikan-Nya berkata kepada kita, “Berdiamlah. Tarik napas dan keluarkan pelan-pelan. Ingatlah bahwa Aku ini Allah, perlindungan dan kekuatanmu, yang selalu siap menolongmu dalam kesulitan.” Ketika kita melakukannya, kita belajar mengetahui bahwa Dialah Allah. Kita belajar mempercayai Dia. Kita belajar mempercayakan hidup kepada-Nya. —JOHN BLASE
WAWASAN
Selama berabad-abad, Mazmur 46 telah menjadi sumber semangat bagi banyak orang, termasuk tokoh reformasi Martin Luther. Bahkan, himne klasik ciptaannya, “Allahmu Benteng yang Teguh” (Kidung Jemaat No. 250), didasarkan pada mazmur ini. Saat menghadapi pergumulan, “ketika merasa sangat putus asa, ia biasa berpaling kepada rekan sejawatnya, Philipp Melanchthon, dan berkata, ‘Ayo, Philipp, kita nyanyikan Mazmur 46’” (Ligonier Ministries, Luther and the Psalms: His Solace and Strength). Benteng yang teguh ini menggambarkan Allah sumber kekuatan yang menjadi tempat perlindungan kita, dan Allah yang memanggil kita untuk menemukan kelegaan di dalam Dia. Di Perjanjian Baru, Yesus mewujudkan kelegaan tersebut dalam diri-Nya, dengan berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Di tengah kecemasan dan keputusasaan hidup, kita dapat berhenti, tetap tenang, dan menemukan perlindungan kita di dalam Allah. —Bill Crowder
Ingatlah kembali saat kamu pernah berhenti sejenak dan mendengarkan Allah dalam waktu teduhmu. Apa yang kamu rasakan? Langkah apa saja yang perlu kamu ambil untuk dapat berdiam diri di hadapan Allah dan mengenali-Nya?
Ya Bapa, terima kasih karena Engkau selalu menjadi penolongku dalam suka dan duka. Anugerahilah aku kesanggupan untuk dapat berdiam diri dan mengetahui bahwa Engkaulah Allah.
Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 20-21; Kisah Para Rasul 10:24-48
AMIN.. AMIN.. AMIN.. AMIN.. AMIN.. AMIN..
Amin 😇
amin
Amin Tuhan Yesus memberkati