Tiba dengan Selamat
Jumat, 21 Mei 2021
Baca: Mazmur 139:7-12
139:7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
139:8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau.
139:9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,
139:10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
139:11 Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,”
139:12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
“Diam! Tenanglah!” —Markus 4:39
Di Papua Nugini, suku Kandas menanti dengan penuh harap kedatangan Alkitab Perjanjian Baru yang dicetak dalam bahasa daerah mereka. Namun demikian, untuk bisa sampai ke desa itu, orang-orang yang membawa Alkitab itu harus menyeberangi lautan luas dengan perahu-perahu kecil.
Apa yang membuat mereka berani menyeberangi perairan yang demikian luas? Tentu saja kemampuan berlayar yang mereka miliki. Namun, mereka juga tahu siapa yang menciptakan lautan. Dialah Pribadi yang menuntun setiap dari kita melintasi ombak yang bergelora dan perairan yang dalam di kehidupan kita.
Daud menulis, “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu?” (Mzm. 139:7). “Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku . . . membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku” (ay.8-10).
Kata-kata tersebut sangat sesuai untuk suku Kandas, yang tinggal di sebuah negara kepulauan yang masih cukup terpencil dengan pesisir tropis, hutan hujan yang rimbun, dan gunung-gunung terjal. Namun, seperti yang diketahui oleh orang-orang percaya di sana atau di belahan dunia mana pun, tidak ada tempat yang terlalu terpencil atau masalah yang terlalu besar bagi Allah. “Maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu,” kata Mazmur 139:12, “dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.”
Karena itu, ketika badai mengamuk, Tuhan kita berkata, “Diam! Tenanglah!” maka ombak dan angin pun taat (Mrk. 4:39). Jadi, janganlah takut terhadap angin kencang atau gelombang yang bergolak dalam hidupmu hari ini. Allah akan menuntun kita tiba di tujuan dengan selamat.—Patricia Raybon
WAWASAN
Ke mana kita dapat menjauhi Allah Mahahadir? Menanggapi dunia tak bersahabat yang menentang dan menolak Allah (Mazmur 139:19-22), Daud meninggikan-Nya dan memuji karakter-Nya. Allah Mahatahu—Dia tahu segala sesuatu tentang diri Daud (ay.1-4); Allah Mahahadir—senantiasa ada untuk melindunginya (ay.5-12); Allah Mahakuasa—Dialah Sang Pencipta yang menopangnya (ay.13-18). Mengenai kemahahadiran Allah, Daud melontarkan pertanyaan retorik: “Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?” (ay.7). Tidak bisa ke mana-mana! Nabi Yunus belajar dari pengalaman pahit bahwa tidak ada tempat kita bisa melarikan diri dari Allah. Bahkan tidak dalam perut ikan besar di kedalaman laut (Yunus 1-2). Allah memberi tantangan berikut kepada umat yang mengira dapat bersembunyi dari-Nya: “Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? . . . Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi?” (Yeremia 23:24). —K.T. Sim
Apa yang menggoda kamu untuk tidak mempercayai Allah? Apa yang perlu kamu percayakan kepada-Nya hari ini?
Bapa Surgawi, Engkau berdaulat atas angin dan gelombang kehidupan, dan aku berterima kasih karena Engkau menuntunku tiba di tujuan dengan selamat.
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 13-15; Yohanes 7:1-27
Terimakasih Tuhan. Amin.
Amin
amin
Amin😇
aminn
Amin
Tuhan Tuntun aku dan beri aku kekuatan dari setiap badai hidup..amin
amin✞︎