Kapan Pun, Di Mana Pun

Rabu, 7 April 2021

Kapan Pun, Di Mana Pun

Baca: Keluaran 40:34-38

40:34 Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci,

40:35 sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci.

40:36 Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah.

40:37 Tetapi jika awan itu tidak naik, maka merekapun tidak berangkat sampai hari awan itu naik.

40:38 Sebab awan TUHAN itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada setiap tempat mereka berkemah.

Awan Tuhan itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada setiap tempat mereka berkemah. —Keluaran 40:38

Kapan Pun, Di Mana Pun

Pada tanggal 28 Januari 1986, pesawat ulang alik Challenger milik Amerika Serikat meledak tujuh puluh tiga detik setelah lepas landas. Dalam pidato untuk menguatkan bangsanya yang berduka karena tragedi itu, Presiden Reagan mengutip puisi “High Flight” karya John Gilespie Magee, seorang pilot pada masa Perang Dunia II. Dalam puisi itu, ia menulis tentang pergi ke “angkasa tinggi yang suci dan tak terlampaui” dan merasa sedang mengulurkan tangan, hendak menyentuh “wajah Tuhan.”

Walaupun kita tidak dapat secara harfiah menyentuh wajah Tuhan, terkadang kita merasakan pengalaman luar biasa saat menyaksikan indahnya matahari terbenam atau keheningan di tengah alam yang memberikan perasaan bahwa Allah itu dekat. Beberapa orang menyatakan bahwa momen-momen istimewa seperti itu seakan mendekatkan surga dengan bumi. Tuhan terasa lebih dekat.

Bangsa Israel mungkin merasakan kedekatan seperti itu ketika Allah hadir menyertai mereka di tengah padang gurun. Dia menyediakan tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari untuk memimpin mereka di sepanjang perjalanan melintasi padang gurun (Kel. 40:34-38). Saat mereka bernaung dalam kemah, “kemuliaan Tuhan memenuhi Kemah Suci” (ay.35). Sepanjang pengembaraan itu, mereka tahu Allah menyertai mereka.

Saat kita menikmati keindahan ciptaan Allah, kita semakin menyadari bahwa Dia hadir di mana-mana. Ketika kita berbicara dengan-Nya dalam doa, mendengarkan firman-Nya, dan membaca Alkitab, kita dapat menikmati persekutuan dengan-Nya kapan pun, di mana pun.—Cindy Hess Kasper

WAWASAN
Kemah Suci (atau Kemah Pertemuan) adalah tempat berdiamnya Allah (Keluaran 25:8). Banyak pasal dalam kitab Keluaran memuat penggambaran tentang tempat ibadah portabel ini, dengan fungsinya sebagai tempat ibadah di padang gurun dan di Israel sampai Salomo membangun Bait Allah. Dalam Keluaran 24-31 tercantum instruksi pembuatan bangunan dan perabotan Kemah tersebut dalam uraian yang sangat terperinci. Kemudian, dalam pasal 35-40 kita membaca bagaimana semua petunjuk itu diikuti dengan taat oleh umat Israel di Gunung Sinai. Keluaran 39:32-40:37 menggambarkan dengan rinci upacara penahbisan Kemah Suci. Pembangunan Kemah Suci itu diselesaikan sesuai dengan petunjuk Allah kepada Musa di awal tahun yang kedua sejak bangsa Israel keluar dari Mesir (40:2,17). Ketika semuanya telah siap, awan menutupi Kemah Suci tempat kemuliaan Allah berdiam (v.34). Tiang awan tersebut telah menuntun bangsa Israel sepanjang pengembaraan mereka di padang gurun (ay.34-38; lihat 13:21; Nehemia 9:12,19). —Alyson Kieda

Mana sajakah tempat di alam ini yang membuatmu merasa sangat dekat dengan Allah? Bagaimana kamu dapat mencari-Nya kapan pun dan di mana pun?

Ya Bapa, tolonglah aku untuk selalu mencari dan mendapatkan-Mu, bahkan ketika aku tersesat di padang gurun kehidupan ini.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 7-9; Lukas 9:18-36

Bagikan Konten Ini
52 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *