Jendela

Sabtu, 17 April 2021

Jendela

Baca: Yesaya 55:6-13

55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!

55:7 Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.

55:8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

55:9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

55:10 Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,

55:11 demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.

55:12 Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan.

55:13 Sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad, dan itu akan terjadi sebagai kemasyhuran bagi TUHAN, sebagai tanda abadi yang tidak akan lenyap.

Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai. —Yesaya 55:12

Jendela

Di dekat kaki pegunungan Himalaya, seorang pengunjung memperhatikan adanya sederet rumah tanpa jendela. Pemandunya menjelaskan bahwa beberapa warga desa takut roh jahat akan menyusup masuk ke dalam rumah saat mereka tidur, maka mereka membangun dinding tebal yang tak dapat ditembus. Namun, rumah mereka yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus bisa terlihat dari jendela yang mereka pasang untuk membiarkan cahaya matahari masuk.

Dinamika yang sama bisa jadi kita alami juga, meski kita tidak menyadarinya. Kita hidup dalam masa-masa yang penuh perpecahan dan ketakutan. Iblis dan setan-setan yang mengikutinya berusaha menghasut dan menimbulkan perpecahan pahit yang memisahkan keluarga dan sahabat. Saya sering merasa seperti bersembunyi di balik dinding tebal. Namun, Tuhan Yesus ingin saya membobol tembok itu dan membuat jendela.

Bangsa Israel mencari perlindungan di balik tembok tinggi, tetapi Allah menyatakan bahwa mereka aman jika tetap bersama-Nya. Dia memerintah dari surga, dan firman-Nya berkuasa mengatasi segala sesuatu (Yes. 55:10-11). Jika Israel kembali kepada Allah, Dia akan “mengasihaninya” (ay.7) dan mengembalikan mereka sebagai umat pilihan-Nya untuk memberkati dunia (Kej. 12:1-3). Dia akan mengangkat mereka, dan kemudian memimpin mereka dalam pawai kemenangan. Perayaan mereka akan menjadi “kemasyhuran bagi Tuhan, sebagai tanda abadi yang tidak akan lenyap” (Yes. 55:13).

Terkadang dinding memang diperlukan, tetapi dinding berjendela adalah yang terbaik. Jendela menunjukkan kepada dunia bahwa kita mempercayakan masa depan kita kepada Allah. Ketakutan kita nyata, tetapi Allah kita jauh lebih besar. Melalui jendela itu kita melihat Yesus—“terang dunia” (Yoh. 8:12)—dan memperhatikan jiwa-jiwa yang membutuhkan-Nya.—Mike Wittmer

WAWASAN
Yesaya 55:6-13 mengetengahkan salah satu karakteristik penulisan Yesaya, yaitu penggunaan gambaran dari alam. Di dalam ayat-ayat itu terdapat belasan acuan seperti itu. Nabi Yesaya berbicara tentang langit, bumi, hujan, dan salju (ay.9-10), “gunung-gunung serta bukit-bukit” dan “pohon-pohonan di padang” (ay.12). Seorang ahli mencatat bahwa “dunia Yesaya dipenuhi bunyi-bunyian dari alam raya.” Setelah mencantumkan informasi biografi dan sejarah, kitab Yesaya dimulai dengan, “Dengarlah, hai langit, dan perhatikanlah, hai bumi” (1:2). Penggambaran tentang alam yang sangat disukai sang nabi dalam pasal 40 termasuk kata-kata yang tidak asing ini: “Seluruh umat manusia adalah seperti rumput l dan semua semaraknya seperti bunga di padang. . . . Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya” (ay.6-8). —Arthur Jackson

Seperti apakah hidupmu: dinding dengan atau tanpa jendela? Mengapa demikian? Saat ini, adakah seseorang atau situasi tertentu yang perlu kamu perhatikan lebih sungguh?

Bapa yang Mahakuasa, yakinkanlah hatiku dengan kasih-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 1-2; Lukas 14:1-24

Bagikan Konten Ini
45 replies
  1. Jessica Roulasty
    Jessica Roulasty says:

    Tuhan tolong ubah hidupku yang seperti dinding tanpa jendela ini dipenuhi ketakutan akan semuanya, ajarkan aku menyerahkan semua nya kepadaMu Tuhan 🥺🥺

  2. Ape Silitonga
    Ape Silitonga says:

    Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
    amin.

  3. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari , pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami,
    sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, dan beri kekuatan kepada yang terkena bencana,
    kami serahkan segala rencana kami kedalam TanganMu saja , biarlah rancangan Mu terjadi atas kami,
    terpujilah namaMu kekal selamanya,
    amin

  4. Sindhu
    Sindhu says:

    Mau melepaa segala kerakutan qta dng melihat segala karya dan ciptaan Tuhan. Hidup qta ada di tangsn yg kuat, Tuhsn semesta alam. Jehova Tsebaoth. Amin. Tq sharingnya

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *