Berbagi Beban
Kamis, 15 April 2021
Baca: Imamat 19:32-34
19:32 Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN.
19:33 Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu menindas dia.
19:34 Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir. —Imamat 19:34
Karen, seorang guru SMP, menciptakan suatu aktivitas yang mengajarkan murid-muridnya untuk lebih memahami satu sama lain. Dalam kegiatan “Berbagi Beban”, para murid menuliskan beban emosional mereka masing-masing. Kemudian tulisan-tulisan tanpa nama itu dibagikan di antara mereka, sehingga para murid dapat mengetahui pergumulan yang dialami oleh teman-teman mereka sendiri. Tidak jarang ada murid yang meneteskan air mata membaca tulisan teman-temannya. Sejak saat itu, para remaja dalam kelas tersebut memiliki penghargaan dan empati yang lebih besar terhadap satu sama lain.
Di sepanjang Alkitab, Allah mendorong umat-Nya untuk memperlakukan satu sama lain dengan hormat dan menunjukkan empati dalam interaksi mereka dengan orang lain (Rm. 12:15). Sejak awal sejarah Israel, seperti tertulis dalam kitab Imamat, Allah memerintahkan orang Israel untuk berempati kepada orang lain, terutama orang asing. Dia berkata, “Kasihilah [mereka] seperti dirimu sendiri” karena dahulu orang Israel juga pernah mengalami kesulitan sebagai orang asing di tanah Mesir (Im. 19:34).
Terkadang beban yang orang lain tanggung membuat mereka merasa seperti orang asing—sendirian dan tidak dimengerti—bahkan di antara orang-orang sebayanya. Berbeda dari pengalaman orang Israel dengan orang asing di tengah mereka, mungkin kita belum pernah mengalami kesulitan yang orang lain alami. Meski demikian, kita dapat memperlakukan siapa pun yang dihadirkan Allah dalam hidup kita dengan penuh hormat dan pengertian, seperti yang kita sendiri inginkan. Kita menghormati Allah ketika kita melakukannya.—Kirsten Holmberg
WAWASAN
Imamat 19 memberikan daftar apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh umat Israel. Hukum yang ketat ini diberikan supaya mereka kudus atau “dikhususkan” bagi Allah. Mereka harus menghindari perilaku yang salah dan mengerjakan perbuatan baik, terutama dalam hubungan mereka dengan orang lain (lihat ay.3-37). Dalam Perjanjian Baru, konsep yang mendasari semua hukum itu tetap relevan hingga kini (mengasihi dan memperhatikan orang lain; bersikap jujur, dll.). Namun, beberapa peraturan yang spesifik tidak lagi berlaku. Contohnya, tidak perlu menghindari mengenakan pakaian yang terbuat dari dua jenis bahan (ay.19), yang umumnya hanya diperbolehkan oleh imam; membawa korban binatang penebus kesalahan (ay.21), karena kematian Kristus telah menebus dosa-dosa kita; atau menghindari gaya janggut atau rambut tertentu (ay.27), karena praktik-praktik itu dahulu diasosiasikan dengan para penyembah berhala. Sebaliknya, kita dapat hidup terbuka sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus dengan menunjukkan perubahan hati—menjalani hidup yang jujur, menjunjung integritas, dan memperlakukan sesama dengan baik. —Julie Schwab
Adakah seseorang di sekitarmu yang mungkin memerlukan empati kamu karena beban yang mereka pikul? Bagaimana kamu dapat mengasihi mereka seperti kamu mengasihi diri sendiri?
Ya Allah, Engkau tahu beban di hatiku, dan Engkau sudah mengangkatnya ketika aku percaya kepada-Mu. Tolonglah aku untuk menawarkan kasih dan perhatian kepada orang-orang di sekelilingku.
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 27-29; Lukas 13:1-22
Amen
terimakasih buat renungan yg sudah membuat hati saya terbuka ,terimakasih Tuhan buat kebaikanmu😘