Rumah di Atas Batu

Senin, 1 Februari 2021

Rumah di Atas Batu

Baca: Matius 7:24-29

7:24 “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

7:25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

7:26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.

7:27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

7:28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,

7:29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. —Matius 7:24

Rumah di Atas Batu

Sebanyak 34.000 rumah di salah satu negara bagian Amerika Serikat berisiko ambruk karena fondasinya yang cacat. Tanpa disadari, perusahaan beton menggunakan bebatuan dari tambang yang bercampur suatu bahan mineral yang setelah beberapa lama menyebabkan betonnya retak dan hancur. Fondasi dari sekitar enam ratus rumah sudah hancur, dan besar kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah dengan pesat seiring berjalannya waktu.

Yesus menggunakan gambaran pembangunan rumah di atas dasar yang rapuh untuk menerangkan bahaya yang jauh lebih besar dari tindakan kita membangun hidup di atas dasar yang mudah goyah. Dia menjelaskan bagaimana sebagian dari kita membangun hidup di atas batu yang kukuh, sehingga dapat dipastikan bahwa kita akan tetap tegak saat menghadapi badai yang dahsyat. Namun, sebagian lagi membangun hidup di atas pasir, sehingga ketika angin kencang menyerang, hidup kita ambruk dan “hebatlah kerusakannya” (Mat. 7:27). Perbedaan antara membangun di atas fondasi yang kukuh dan dasar yang rapuh terletak pada apakah kita “melakukan” perkataan Kristus atau tidak (ay.26). Pertanyaannya bukan apakah kita mendengar firman-Nya atau tidak, melainkan apakah kita melakukannya sesuai dengan kesanggupan yang diberikan-Nya.

Ada banyak hikmat yang ditawarkan dunia kepada kita—belum lagi banyak nasihat dan bantuan—dan sebagian besar di antaranya baik dan bermanfaat. Akan tetapi, masalah pasti timbul apabila kita mendasarkan hidup kita pada landasan apa pun selain daripada ketaatan dalam kerendahan hati kepada kebenaran Allah. Di dalam kekuatan-Nya, melakukan apa yang Allah firmankan merupakan satu-satunya jalan untuk memiliki kehidupan yang dibangun di atas dasar yang kukuh. —WINN COLLIER

WAWASAN
Matius 7:24-29 mencantumkan kata-kata penutup dari Khotbah di Bukit yang diberikan Yesus—yang pertama dari lima amanat besar-Nya kepada khalayak umum dalam Injil Matius. Khotbah ini membuka pelayanan Kristus kepada umum, dan sedari awal pesan-Nya pasti sangat mengena di hati orang-orang Yahudi yang menjadi pendengar-Nya. Khotbah ini dibuka dengan serangkaian “ucapan bahagia” yang semuanya dimulai dengan kata “berbahagialah” (5:1-11). Orang Yahudi yang mendengarkan-Nya pasti segera menyambungkan ide tersebut dengan pembukaan Mazmur 1:1, yang juga dimulai dengan kata “berbahagialah.” Apa artinya “berbahagia”? Para ahli Alkitab, seperti Raymond Brown dan Kenneth Bailey, menjelaskan bahwa kata berbahagia (Yunani makarios; Ibrani `asIr) tidak berarti “berharap-harap” atau “memohon berkat”, melainkan berarti “menyadari suatu kondisi kebahagiaan atau keberuntungan yang sudah ada. . . . [kata ini] meneguhkan realitas saat ini atau menunjukkan kondisi rohani yang memang sudah ada.” —Bill Crowder

Hikmat, wawasan, atau pendapat siapakah yang paling kamu dengarkan? Bagaimana kamu dapat semakin baik dalam membangun dasar hidup dengan melakukan perkataan Tuhan?

Ya Allah, banyak hal yang kualami terasa tidak menentu dan begitu sementara, bagaikan hidup yang dibangun di atas pasir. Aku ingin hidup yang pasti dan kukuh. Tolonglah aku untuk taat kepada-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 27-28; Matius 21:1-22

Bagikan Konten Ini
43 replies
  1. ritha
    ritha says:

    Hanya hikmat dan pendapat Tuhan saja yg memberi ketenangan,,beri kami hati yg sanggup membedakan hikmat yg berasal dariMu Tuhan,bukan dr dunia..Aminn.

  2. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kamu, sembuhkan juga orang-orang disekitar kami dari segala macam penyakita ya Tuhan dan beri kekuatan kepada yang terkena bencana, terpujilah Namamu kekal selamanya, amin

  3. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    Ajar kami bpk utk tdk takut melakukan hdp yg saat ini sangat sukar utk kami tetap memiliki iman yg kokoh dan kuat haleluyah bpk haleluyah yesusku amin

  4. Christ Mbc
    Christ Mbc says:

    di masa pandemi ini kasih-MU tak berubah, lewat renungan Firman-MU , jadikan kami semakin mengenal lebih dekat lagi dengan-MU , lebih sering mencari wajah-MU

  5. George C
    George C says:

    Biarlah kami bisa kokoh dalam imanmu dan selalu bertumbuh dalam imanmu ya Tuhan . dan juga biarlah kami bisa menjadi pelaku firman tidak hanya membaca firman mu tetapi kami bisa menjadi pelaku firman mu ya Tuhan . biarlah kami selalu taat dan teguh kepada mu ya Tuhan . Amin

  6. Lindu Simatupang
    Lindu Simatupang says:

    Tuhan Yesus, tolong tuntun aku untuk membangun rumah diatas batu..Demi kebaikan dan kasihMu. Amen.

  7. Richard Anderson
    Richard Anderson says:

    Tuhan terima atas kebaikan-Mu, kiranya ajarkan kami untuk melakukan yang sesuai dengan Firman-Mu. Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *