Bergerak Seirama dengan Yesus

Minggu, 3 Januari 2021

Bergerak Seirama dengan Yesus

Baca: Yohanes 11:14-27

11:14 Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati;

11:15 tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.”

11:16 Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: “Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia.”

11:17 Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur.

11:18 Betania terletak dekat Yerusalem, kira-kira dua mil jauhnya.

11:19 Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.

11:20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah.

11:21 Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.

11:22 Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.”

11:23 Kata Yesus kepada Marta: “Saudaramu akan bangkit.”

11:24 Kata Marta kepada-Nya: “Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.”

11:25 Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,

11:26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?”

11:27 Jawab Marta: “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”

Maka kata Marta kepada Yesus: “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” —Yohanes 11:21

Bergerak Seirama dengan Yesus

Baru-baru ini, mobil saya perlu diperbaiki. Bengkel tempat saya memperbaiki mobil terletak tidak jauh dari rumah saya, jadi saya memutuskan pulang dengan berjalan kaki. Namun, ketika berjalan santai di pinggir jalan raya yang ramai, saya menyadari sesuatu: Mobil-mobil di jalan bergerak sangat cepat. Memang, sudah pasti mobil melaju lebih cepat daripada pejalan kaki. Wus, wus, wus! Namun, dalam perjalanan pulang itu, saya kembali disadarkan bahwa kita sudah sangat terbiasa bergerak cepat. Setiap saat. Kemudian saya menyadari satu hal lagi: saya sering mengharapkan Tuhan bergerak secepat saya. Saya ingin rencana-rencana-Nya berjalan sesuai dengan jadwal saya yang serbacepat. Ketika Yesus hidup di dunia, irama langkah-Nya yang terkesan lambat kadang-kadang membuat sahabat-sahabat-Nya kecewa. Dalam Yohanes 11, Maria dan Marta mengirim kabar bahwa adik mereka, Lazarus, sedang sakit. Mereka tahu Yesus sanggup menolong (ay.1-3). Namun, Dia baru datang empat hari setelah Lazarus meninggal (ay.17). “Tuhan,” kata Marta kepada Yesus, “sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati” (ay.21). Dengan kata lain: Tuhan Yesus kurang cepat datang. Namun, Dia mempunyai rencana yang lebih besar: membangkitkan Lazarus dari kematian (ay.38-44). Bisakah kamu merasakan kegemasan Marta? Saya bisa. Terkadang saya juga berharap Yesus lebih cepat menjawab doa-doa saya. Adakalanya Dia seakan terlambat. Akan tetapi, waktu Yesus berbeda dengan waktu kita. Dia berdaulat penuh untuk mengerjakan karya keselamatan sesuai waktu yang dikehendaki-Nya, bukan waktu kita. Hasil akhirnya pun akan menyatakan kebaikan yang lebih besar dan kemuliaan-Nya yang lebih dahsyat daripada rencana kita. —ADAM R. HOLZ

WAWASAN
Ketika menghadapi kematian orang-orang yang dikasihi, sering kali yang kita lakukan adalah menyangkali kepedihan yang ditimbulkannya atau memilih hidup tanpa pengharapan dengan hanya berfokus kepada dukacita. Dalam Yohanes 11, Yesus menghadapkan ngerinya kematian dengan kepastian janji hidup kekal. Karena kematian merupakan penyimpangan tragis dari ciptaan Allah yang baik, Yesus sebagai “kebangkitan dan hidup” (ay.25) mewakili pemulihan kehidupan. Jika kita membaca seluruh kisah kebangkitan Lazarus, kita melihat gambaran yang lebih utuh tentang bagaimana Kristus menanggapi kematian dan rasa duka. Hati-Nya “sedih, dan . . . terharu sekali,” dan Dia menangis (ay.33-35 BIS). Setelah melihat kematian dengan segala kengeriannya, Yesus menaklukkannya dengan penuh kemenangan dan menghidupkan kembali Lazarus. Perintah Yesus, “Lazarus, marilah ke luar!” (ay.43) merujuk kepada pengharapan atas kebangkitan tubuh kita sendiri. —Monica La Rose

Kapan kamu pernah merasa kecewa karena Tuhan Yesus seakan tidak menjawab doamu, tetapi kemudian kamu menyadari bahwa Dia telah mengerjakan sesuatu yang jauh lebih besar daripada harapanmu? Bagaimana hal tersebut mempengaruhi pandanganmu terhadap Allah dan kedaulatan-Nya?

Bapa, terkadang aku tidak sabar. Tolonglah aku mempercayai waktu-Mu yang sempurna dan mengimani kebaikan-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 7-9; Matius 3

Bagikan Konten Ini
26 replies
  1. Singkong Rebus
    Singkong Rebus says:

    Walau sy tdk ke Gereja berkumpul dgn jemaat namun sy dpt membaca sebagian drpd firmanMu. Trrmakasih Tuhan Engkau mengasihiku

  2. Junita Marzelona
    Junita Marzelona says:

    Yang saya tahu Tuhan tidak pernah meninggalkan ku dikala suka maupun duka. karya penyelamatan-Nya begitu ajaib.<3

  3. Nova Manalu
    Nova Manalu says:

    Kita memang terkesan pengen cepat tp kurang tepat, Waktu Tuhan tidak pernah kita tau tapi selalu Tepat di saat yg kita Butuhkan pertolonganNya. Trimakasih buat renungannya Tuhan memberkati 🙏

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *