Gundam, Natal, dan Surat Galatia: Sebuah Perenungan

Hari ke-7 | 7 Hari Renungan Persiapan Natal, “Lebih dari Sekadar Perayaan”

Baca: Galatia 4:1-7 AYT

4:1 Yang kumaksud, selama ahli waris itu masih anak-anak, ia tidak ada bedanya dengan budak walaupun ia adalah pemilik segala sesuatu.

4:2 Ia berada di bawah kuasa pengawas dan pengurus rumah tangga sampai waktu yang telah ditetapkan oleh ayahnya.

4:3 Demikian juga kita, ketika masih anak-anak, kita diperbudak oleh roh-roh dunia ini.

4:4 Akan tetapi, ketika hari penggenapan tiba, Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan lahir di bawah Hukum Taurat,

4:5 untuk menebus mereka yang ada di bawah Hukum Taurat supaya kita dapat menerima pengangkatan sebagai anak-anak-Nya.

4:6 Karena kamu adalah anak-anak-Nya, Allah telah mengutus Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang memanggil, “Abba, Bapa.”

4:7 Jadi, kamu bukan lagi budak, tetapi anak. Jika kamu adalah anak, Allah menjadikan kamu ahli waris melalui Kristus.

 

Waktu kecil, buatku Natal hanya berarti satu hal: hadiah dari Sinterklas. Sepanjang tahun, aku dan adikku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi anak yang baik bagi orangtua kami. Harapannya adalah kami akan menemukan kado untuk kami di pagi hari tanggal 25 Desember. Selama beberapa tahun berturut-turut, kado itu selalu ada dan selalu berisi benda-benda yang kami inginkan. Bisa kamu bayangkan betapa kaget dan kecewanya aku dan adikku ketika orangtua kami memutuskan untuk membuka rahasia di balik kado-kado Natal tersebut di tahun 2006.

“Gak ada yang namanya Sinterklas, adanya papa dan mama yang rakitin Gundam buat kalian ketika kalian sudah tidur,” begitu kira-kira kata mereka. (“Tapi mestinya kami rakit Gundamnya sendiri…” dengan lemah aku dan adikku memprotes.)

Melihat ke belakang, aku bersyukur pernah percaya pada mitos tentang seorang tua yang menghadiahi anak-anak yang berbuat baik pada hari Natal. Lewat “iman”-ku ini, aku jadi lebih bisa memaknai betapa besarnya kasih orangtuaku kepada aku dan adikku. Rasanya dulu tiada hari tanpa kenakalan kami dan kemarahan mereka, tetapi orangtua kami tetap memberi kami hadiah Natal. “Kasih papa dan mama kepadaku tidak bergantung pada perilakuku,” simpulku.

Kemiripan pengalaman Natal Gundamku dengan jemaat Galatia

Pengalaman serupa kurasa terjadi pada jemaat Galatia ketika mereka tiba pada satu kalimat dalam surat Paulus kepada mereka, “Tetapi setelah genap waktunya…” (4:4 TB). Dalam perikop-perikop sebelumnya, Paulus mengingatkan mereka bahwa semua orang percaya, baik Yahudi maupun non-Yahudi, tidak dibenarkan oleh ketaatan kepada Hukum Taurat melainkan oleh kematian Kristus yang membebaskan mereka dan kita dari kuasa dosa dan maut (2:15–21; 3:10–14). Jadi mengapa Tuhan memberikan Hukum Taurat? Ia adalah “penuntun” (3:24 TB), “pengawas bagi kita sampai Kristus datang supaya kita dapat dibenarkan oleh iman” (3:24 AYT). Pada dasarnya, Hukum Taurat menyatakan siapa kita di hadapan Allah yang kudus: orang berdosa yang patut dimurkai (3:22). Bangsa Israel adalah bukti hidup bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menggenapi Hukum Taurat secara sempurna dan memperoleh hidup kekal, sebab memang bukan itu tujuannya diberikan (3:21).

Galatia 4:4 menyatakan dengan gamblang bahwa era Hukum Taurat benar-benar telah berakhir dengan kedatangan Yesus yang lahir di bawahnya. Sebagai 100% Allah dan 100% manusia, Yesus digantung pada kayu salib untuk menebus dengan lunas semua orang yang percaya kepada-Nya dari kutuk Hukum Taurat yang menyatakan kuasa dosa dan maut “sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu” (3:13–14 TB). Layaknya kata-kata orangtuaku yang membebaskan aku dan adikku dari usaha kami untuk menjadi anak yang baik serta memampukan kami untuk menerima kasih mereka dengan rasa syukur, demikianlah Kristus datang dan mati supaya kita tidak lagi hidup sebagai budak-budak dosa, melainkan sebagai anak-anak Allah (4:7).

Signifikansi “setelah genap waktunya”

Oh, betapa mulia dan menakjubkannya Tuhan yang merancangkan semuanya ini untuk terjadi tepat pada waktu yang paling tepat! Variabel sejarah yang tidak terhitung jumlahnya (e.g. sensus Kerajaan Romawi dan penempatan garis keturunan Daud di Nazaret) diatur Tuhan sedemikan rupa sehingga Yesus lahir di kota Betlehem sesuai nubuat nabi Mikha (Mik. 5:2). Sayangnya renungan ini terlalu singkat untuk menunjukkan berbagai nubuat dalam Alkitab yang kemudian digenapi oleh Yesus, jadi aku ingin menekankan pada satu observasiku: pemilihan waktu Allah juga berlaku untuk pertobatan kita masing-masing secara pribadi.

Mungkinkah adalah sebuah kebetulan ketika orangtuaku memberitahukan aku dan adikku bahwa Sinterklas tidak ada? Kurasa tidak. Begitu juga bukanlah kebetulan ketika Tuhan, “yang telah memilih [kita] sejak kandungan ibu [kita] dan memanggil [kita] oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam [kita]” (1:15–16 TB) sewaktu kita bertobat. Karena pemilihan waktu kedatangan pertama Tuhan Yesus yang begitu tepat inilah kita bisa percaya bahwa tidak ada satu hal pun yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya, bahkan koronavirus sekalipun (Rm. 8:32). Tuhan Yesus pasti akan datang untuk kedua kalinya (Why. 22:20) untuk “tinggal di antara [kita]” (Why. 21:3).

Menyambut Natal sebagai anak dan ahli waris Allah

Akhir kata, apalah arti Natal menurut perikop hari ini? Dalam kata-kataku sendiri, Kabar Baik yang memerdekakan kita dari dorongan untuk berbuat baik untuk diselamatkan, dari hasrat untuk diterima orang lain agar merasa utuh. Sebaliknya, kita mengasihi karena Kristus telah lebih dulu mengasihi kita dengan memberikan diri-Nya datang ke dunia untuk menebus kita dari Hukum Taurat dan mengangkat kita sebagai anak-anak Allah (4:5).

Pada hari Natal 2020, marilah sebagai anak-anak dan pewaris-pewaris Allah melalui Kristus kita bersatu dalam paduan suara ilahi dengan penuh sukacita dan rasa syukur, sambil mengajak orang-orang di sekitar kita dan juga dunia, “sembah dan puji Dia, sembah dan puji Dia, sembah dan puji Dia, Sang Raja…”

Pertanyaan refleksi:

1. Luangkan 15–20 menit untuk membaca habis kitab Galatia agar bisa mendapatkan gambaran utuh dari Kabar Baik ini.

2. Bagaimana reaksimu ketika pertama kali tentang mendengar kabar kelahiran Yesus Kristus? Setelah membaca renungan ini, bagaimanakah reaksimu terhadap Injil berubah?

3. Bagaimanakah kamu telah hidup selama ini, apakah sebagai budak dari roh-roh dunia ini dan hukum Taurat atau sebagai anak dan ahli waris Allah?

4. Bagaimanakah kamu memaknai pemilihan waktu Allah terhadap peristiwa-peristiwa dalam kehidupanmu, terutama pertobatanmu?

5. Bagaimanakah kamu akan membagikan Kabar Baik yang membebaskan ini kepada orang-orang di sekitarmu yang masih belum percaya kepada Tuhan Yesus?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Jefferson, Singapura.| Pertama-tama, Jeff memang tidak punya nama belakang. Sejak pertobatannya pada November 2011, Tuhan Yesus terus menumbuhkan iman Jeff selama melanjutkan studi dan sekarang bekerja sebagai konsultan lingkungan hidup di Singapura. Berbagai kelompok pemuridan yang ia ikuti menginspirasi Jeff untuk
aktif memuridkan orang lain, terutama lewat tulisan. Di waktu luangnya, kamu bisa menemukan Jeff sedang bersekutu dengan teman, nature walk, atau membaca. Dengan 2 Korintus 10:13 sebagai panduan, Jeff membagikan pengalaman hidupnya ditilik oleh Firman lewat blog Life Examined by the Word of God.

Bagikan Konten Ini
9 replies
  1. Octaviana sinaga
    Octaviana sinaga says:

    kutipan kalimat yang paling menyentuh “kasih papa dan mama dan mama kepadaku tidak tergantung pada perilaku” demikian juga kasih Yesus kepada kita, ketika kita acuh padaNya Dia tidak mengacuhkan kita, kita tetap menikmati berkatNya, makan makanan yang enak, tempat tinggal yang nyaman dan aman, bahkan masih dapat memilih dan membeli sesuatu yang diinginkan. Thank Jesus

  2. Vina Kardiani
    Vina Kardiani says:

    Merasakan Tuhan secara pribadi semenjak SMP. Waktu itu tinggal di asrama kristen. Disana kami dibiasakan baca alkitab pagi dan malam hari. Firman Tuhan tiap hari kami dengar. Tinggal di asrama juga membuat saya belajar mengatur keuangan sendiri walau masih SMP. Ada masa mengalami kekurangan dan disaat itulah saya mulai bergantung hanya pada Tuhan bukan orang tua saya. Tuhan selalu dengan caranya yg ajaib mencukupi kehidupan saya bahkan sampai hari ini Dia selalu membuat saya takjub.

  3. ady law
    ady law says:

    2. reaksi ku pertama kali mendengar kelahiran yesus hati bersuka cita karena perayaan natal. setelah membaca renungan ini saya menyadari makna natal merupakan hari kalahiran tuhan yesus sekaligus menununjukan kasih tuhan yang rela datang ke dunia demi menebus dosa umat manusia dan menjadikan kita ahli waris untuk menerima keselamatan dan kebebasan dari perbudakan dosa.
    3. selama ini aku hidup sebagai budak dosa aku selalu menyalagunakan karunia yg di berikan tuhan. namun aku tersadar ketika kita telah menerima yesus sebagai juru selamat itu artinya kita telah di tebus dari dosa maka kita harus berhenti berbuat dosa namun menhasilkan buah yang menyenangkan hatj tuhan sebagai bentuk syukur dan terima kasih. sebab kita di layak kan menjadi anak dan ahli waris yg menerima keselamatan.
    4.saya memaknai pemilihan waktu allah baik adanya namun sesungguhnya kita di beri kebebasan untuk memilih untuk itu tentu kita harus sadar dan memilih dengan tepat pertobatan akam membawa kita dekat kepada tuhan dan membuat kita bertumbuh.
    5. cara ku berbagi kabar baik kepada orang sekitar ku pertama saya harus terlebih dahulu dengan dosaku dan kemudian selalu mencari wajah nya sehingga kita tidak seperti domba tanpa gembala. dan tentu itu bisa melalui kehidupan kita yang menunjukan kemuliaan bagi nama tuhan.

    terpuji dan mulia tuhan yang telah mengaruniakan kita keselamatan dan penyertaan nya sampai pada akhir zaman dan ini membuat kita kuat dan tidak perlu kuatir, muliakan lah tuhan dengan tubuh mu

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *