Teologi Kemakmuran, Kemiskinan, dan Kekristenan

Oleh Jessica Tanoesoedibjo

“Alkitab menyatakan bahwa orang kaya tidak bisa masuk sorga!” Seru pembicara retret tersebut. Dan ketika ia berkata demikian, matanya menatapku dengan tajam.

Aku tidak akan lupa perkataan tersebut. Pada saat itu, aku sedang duduk di bangku SMP, dan menghadiri retret yang diselenggarakan sekolahku. Aku ingat, jantungku berdebar kencang, dan di benakku, aku berpikir, “Tuhan, apa yang harus aku lakukan?”

Dalam kehidupanku, harus kuakui bahwa aku telah diberi privilese berkat materil yang berkelimpahan. Namun, ini bukan suatu hal yang dapat kusangkal begitu saja. Aku tidak dapat memilih di keluarga mana aku dilahirkan, ataupun kondisi perekonomian kita. Banyak orang berkata bahwa kita “diberkati untuk menjadi berkat,” tetapi di sisi lain banyak juga yang menkritisasi kekayaan.

Memperoleh Hidup Berkelimpahan

Lahir di keluarga Kristen, aku sangat bersyukur bahwa Tuhan telah memberkatiku dengan kedua orang tua yang begitu menekuni imannya, dan juga mengajarkan anak-anaknya untuk demikian. Namun, lahir sebagai anak seorang pengusaha yang cukup ternama di tanah air, juga berarti ada berbagai macam ekspektasi yang orang miliki terhadap diriku. Motivasi untuk menjadi orang yang sukses, seperti yang dicontohkan oleh sang ayah, ditanamkan padaku sejak kecil.

Di gereja pun aku sering dengar ayat ini dikutip: “Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,” (Ulangan 28:13). Yesus sendiri berkata bahwa Ia datang, “supaya [kita] mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan,” (Yohanes 10:10).

Namun, bagaimana dengan orang Kristen yang tidak hidup dalam kelimpahan materil? Apakah Tuhan tidak mengasihi mereka? Bukankah hal tersebut, kepercayaan bahwa Tuhan akan selalu memberkati anak-anaknya dengan kekayaan, adalah Injil Kemakmuran—suatu distorsi Injil yang sesungguhnya?

Berbahagialah Yang Miskin

Karena di sisi lain, firman Tuhan juga berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena mereka yang empunya Kerajaan Sorga” (Matius 5:3). Yesus juga mengajarkan, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin…kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” (Matius 19:21).

Inilah yang membuatku berpikir dan bergumul. Aku pun menganggap bahwa kekayaan yang aku miliki adalah suatu hal yang keji yang perlu kusangkal. Ada masa di mana aku membenci segala pemberian Tuhan dalam hidupku, karena menurutku semua kepemilikan materil ini adalah fana.

Bukankah Alkitab sangat jelas, bahwa kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan: Tuhan dan uang (Lukas 16:13)? Untuk ikut Kristus, kita harus tanggalkan segalanya. Tapi, apakah artinya semua orang Kristen diharuskan menjadi miskin? Apakah untuk menjadi orang Kristen yang sesungguhnya kita harus menjual segala kepemilikan kita dan memberikannya kepada gereja, orang miskin, atau misi gereja? Apakah Alkitab mengajarkan teologi kemiskinan?

Kemiskinan Manusia dan Kekayaan Injil

Tidak. Keduanya bukanlah gambaran yang akurat tentang Kekristenan. Karena Kekristenan bukan tentang kemakmuran ataupun kemiskinan. Tuhan tidak pernah menjanjikan kita untuk menjadi makmur dan kaya di setiap saat. Dan Ia juga bukan Tuhan yang kejam, yang senang dan mengharapkan kemiskinan dan kesukaran bagi anak-anak-Nya.

Tapi sesungguhnya, Injil mengajarkan kita bahwa Yesuslah Raja yang empunya segalanya, yang amat sangat kaya, namun menanggalkan segala kejayaan dan rela menjadi miskin, untuk melayani kita. Yesus mengosongkan diri-Nya agar Ia dapat melimpahkan kita dengan kasih dan kebenaran-Nya (Filipi 2).

Tuhan tidak pernah menuntut kita untuk kaya ataupun miskin. Jika kekayaan atau kemiskinan menjadi pusat identitas kita, kita telah memposisikan uang sebagai tuan dalam kehidupan kita. Kesetiaan pada Tuhan dan firman-Nya tidak diukur dari kekayaan atau kemiskinan kita dalam ukuran dunia. Karena sesungguhnya, kesetiaan pada Tuhan adalah pengertian bahwa sebenarnya kita adalah “miskin di hadapan Allah,” namun, dalam Kristus telah “mempunyai [hidup] dalam segala kelimpahan.”

Dengan pengertian ini, kita tidak akan mendemonisasi kekayaan, ataupun mendamba-dambakan kemiskinan (atau sebaliknya). Tapi, kita dapat, dalam masa berkelimpahan, mensyukuri segala pemberian Tuhan sebagai suatu kepercayaan, yang patut kita kembangkan. Kekayaan bukan bertujuan untuk kita dapat senang-senang dan memenuhi segala macam keinginan kita di dunia, melainkan, adalah sebuah tanggung jawab yang besar. Karena “kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut,” (Lukas 12:48).

Dalam 2 Korintus 8:1-15, Paulus menulis kepada orang-orang yang hidup berkelimpahan untuk bertumbuh dalam kemurahan hati. Paulus berkata bahwa ia tidak bertujuan untuk membebani mereka, melainkan, setelah mengingatkan mereka tentang kasih karunia Kristus yang telah mereka terima, ia mengajak jemaat Korintus untuk terlibat dalam “pelayanan kasih,” (ayat 6) dengan meringankan beban saudara-saudara yang hidup dalam kekurangan.

Demikian pula, orang-orang yang dalam masa kekurangan, dapat juga mensyukuri kesempatan yang Tuhan berikan untuk bergantung sepenuhnya pada-Nya. Namun ini bukan berarti bahwa orang yang sedang dalam masa kekurangan dapat lepas dari tuntutan untuk bertumbuh dalam kemurahan hati. Karena Paulus pun bersaksi tentang bagaimana jemaat di Makedonia, tetap bersukacita dan kaya dalam kemurahan, walaupun mereka sendiri sangat miskin (ayat 2).

Bagi Paulus, kemurahan hati tidak terhitung dari jumlah yang diberikan. Kaya atau miskin, mereka telah menikmati kasih karunia Kristus yang sangat mahal, dan, mengetahui ini, mereka telah memberikan diri mereka, pertama kepada Tuhan, kemudian kepada orang lain (ayat 5). Karena sesungguhnya, yang Tuhan minta dari setiap anak-Nya adalah hal yang sama: agar kita, dalam segala sesuatu, dapat menyangkal diri kita, memikul salib, dan mengikuti-Nya.

“Alkitab menyatakan bahwa orang kaya tidak bisa masuk sorga!” Ya, memang ini benar. Karena Alkitab menyatakan bahwa tidak ada satu orangpun yang dapat masuk Kerajaan Sorga. Tidak ada yang layak. Namun, karena kasih karunia Allah dalam Kristus Yesus, kita sekarang adalah anak-anak-Nya. Di Rumah Bapa banyak tempat tinggal, dan Yesus sedang menyediakan tempat bagi kita di sana.


Kamu diberkati oleh artikel ini?

Yuk, jadi berkat dengan mendukung pelayanan WarungSateKaMu!


Baca Juga:

Penghiburan di Kala Duka Mendera

Sekalipun sulit untuk melenyapkan rasa sedih dan kehilangan, aku yakin bahwa Tuhan benar-benar mengerti dan peduli dengan duka yang kualami. Ia selalu punya cara terbaik untuk menghibur dan menguatkan kita.

Bagikan Konten Ini
12 replies
  1. oldironald
    oldironald says:

    Begini y Jess perlu ko oldi luruskan benar Yesus pernah berkata orang kaya sukar..ingat kata sukar masuk kerajaan sorga.pertanyaan saya emang orang miskin pasti masuk sorga??…ayat mana yang mendukung orang miskin PASTI masuk kerajaan sorga.jangan salah konteks orang kaya orang miskin kalu sama sama nda bertobat dua duanya masuk Naraka.yesus tidak sedang bicara tentang status sosial tapi yang Yesus maksudkan orang kaya sukar masuk kerajaan sorga adalah: orang yang menggambarkan dirinya kepada uang atau menjadi hamba uang di kuasai oleh roh mamon serakah.dan suka menghambur hamburkan uang untuk kesenangan diri sendiri.motivasi ke gereja cuma untuk memamerkan kekayaan merasa dgn uang bri perpuluhan nyumbang ke gereja merasa pasti masuk sorga.padahal Tuhan tidak butuh dgn seberapa besar uang yang kita miliki.nah tipikal seperti ini yang Yesus maksud.ini teguran bukan memvonis orang kaya nda masuk sorga.maksud Tuhan Yesus supaya bertobat.karna yang Yesus butuhkan adalah pemberian diri kita secara pribadi kepada Tuhan bukan uang.itu intinya firman Tuhan katakan persembahkan lah TUBUHmu menjadi korban yang Hidup Kudus dan tak bercacat cela.itulah ibadahmu yang sejati.yesus kan berkata kepada orang muda yang kaya jualah segala harta milikmu lalu ikutlah aku.yesus bukan nyuruh jual beneran Yesus cuma ingin tau apakah dia rela melakukan dgn tulus apa yang Yesus katakan atau Tidak.ternyata orang muda yang kaya Masi hidup dlm kekwatiran dia lebih cinta harta dari cinta yesus.kalau sampai dia jual hartanya Tuhan ngga kembalikan harta yang hilang saya yakin kalau dia lebih cinta Yesus nda masalah yang penting jiwanya mendapatkan hidup yang kekal.karna harta yang sesungguhnya yang kita cari harta di sorga bukan di Dunia ini.pak Ir Ciputra orang kaya raya mati juga harta ngga di bawa.jadi Yesus bukan memfonis tapi teguran supaya bertobat karna harta yang harus kita kejar harta yang kekal di sorga.jadi kaya itu anugrah Tuhan tapi jangan hati kita bergantung dgn kekayaan yang kita miliki.karna satu saat nanti pasti akan berakhir juga.trus kekayaan mo di apakan?? brikan kepada orang yang benar benar membutuhkan dgn cara gimana brikan mereka kesempatan untuk mencari nafkah di tempat usaha.karna kalau cuma ngasi ngasi uang begitu saja sama aja kita ngajarin orang jadi males cuma trima uang doang nda mau kerja.kita membagikan berkat Tuhan lewat cara memperkerjakan orang dan membayar upah mereka.kalau mampu ngasi untuk playanan satu juta kasi sesuai kemampuan.sebenarnya yang Yesus suruh jualah hartamu kepada orang kaya itu Yesus cuma ngasi gambaran .bahasa sindiran kras.jadi jangan di salah artikan ayat ini.tapi dari ayat ini sekali lagi tidak ada hubungannya dgn status sosial orang miskin juga banyak yang masuk naraka juga kok.buktinya tukang meras pinggir jalan preman jalanan padahal tinggal di bawah kolong jembatan apakah mereka mati masuk sorga??… No…No……No….

  2. maria
    maria says:

    Hallo,

    Saya ingin kontribusi menyumbankan tulisan saya ke blog ini. Bagaimanakah caranya dan apa persyaratannya. Mohon dijelaskan,

    Terima Kasih,

    Maria

  3. Ogians
    Ogians says:

    Terimakasih atas setiap sharing FirmanNya.
    Menjadi Kristen adalah tentang meletakkan Tuhan Yesus Kristus sebagai realitas yang paling tinggi. Dengan begitu setiap apa yang kita miliki adalah dari Tuhan. Jika kita memiliki sikap ini, maka kita akan tetap rendah hati. Meski berkekurangan namun memiliki kesombongan dalam hatinya tentu tidak disukai Tuhan.

  4. Yohanes Nduru
    Yohanes Nduru says:

    Artikelnya bagus, memang kita tidak bisa memilih dalam keadaan apa kita hidup dan dilahirkan. Sebab yang terpenting adl jangan pernah kita mempunyai keinginan menjadi kaya sehingga menghalalkan segala cara dan mencintai harta dan kekayaan yg kita punya lebih dr pada kita mencintai Tuhan, sebab itulah yg akan membuat kita binasa (1 Timotius 6:9-10). Karena jika kita lebih mencintai dunia dgn sgl hal yg ada di dunia ini akan membuat kita jauh dari hadirat Allah dan akhir nya juga akan binasa oleh godaan dunia (Iblis) (1 Yohanes 2:15-17). Tetap jangan lah kita serupa dengan dunia ini, melainkan merubah pola pikiran kita sesuai kehendak Allah (Roma 12:2). Jika kita mempunyai harta atau berkat Tuhan lebih, maka muliakanlah Allah dengan harta kita (Amsal 3:9), dan saling membantu dan tolong menolong (Galatia 6:2, 10). Intinya adl jangan mencintai dunia dan digoda oleh dunia dgn sgl kemewahan dunia yg bisa menjatuhkan kita, dan marilah melawan godaan itu dengan firman Allah seperti ketika Yesus dicobai di padang gurun ketika Dia saat lapar digoda untuk menjadi batu itu roti, dan godaan lainnya baik itu kemewahan dunia dan tahta, akan tetapi Yesus tidak tergoda akan hal itu, sebab Dia dpt melawan godaan itu semua dgn jawaban firman Allah, “Sebab ada tertulis… “. Terimkasih Tuhan memberkati 😇🙏

  5. Tommy Manalu
    Tommy Manalu says:

    kontras tetap dia alkitab. Tapi akhirnya mengajarkan hidup secukupnya, itulah yg benar.

    Liatlah kehidupan di hari hari ini kita mengumpulkan sampai ke anak cucu kita.

    mayoritas pengusaha n kita semua, jujurlah, hati kita sgt sgt melekat terhadap kekayaan n kenikmatan itu.

    Tuhan tdk bodoh, ada waktunya dia akan mencobai kita ,utk hilang segalanya. Dan dia mau liat kemana hati kita.

    Tuhan akan tetap melihat mau kaya atau miskin, kemana hati kita. Ke melaratan kita atau ke harta melimpah kita?

    liatlah semua kerusakan lingkungan, penyakit covid, hubungan yg rusak antar keluarga n manusia, dan lainnya, salah satunya, krn keserakahan manusia akan materi n pemuasan diri?

  6. Rose
    Rose says:

    Terima kasih atas perenungannya. Saya sangat terberkati sekali. Semoga hal ini menjadi pengingat bagi kita seberapapun yang Allah percayakan (besar atau kecil, atau sedang2 saja) itu semua dapat dipakai untuk kemuliaan Allah, asal hidup kita terus bergantung pada-Nya dan mencari tahu kehendak-Nya. God bless us

  7. Devi Yulis
    Devi Yulis says:

    sya termasuk pengikut teori teologi kemakmuran sdh berjalan 5 bulan mulai novber 2020 meskipun sya bkn berasal dari gereja kharismatik

Trackbacks & Pingbacks

  1. […] artikel berjudul Teologi Kemakmuran, Kemiskinan, dan Kekristenan sang penulis menekankan bahwa kekristenan bukanlah tentang kaya atau miskin. Tuhan tak pernah […]

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *