Apakah Kita Berarti?

Rabu, 7 Oktober 2020

Apakah Kita Berarti?

Baca: Mazmur 90:1-2,10-17

90:1 Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.

90:2 Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.

90:10 Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.

90:11 Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu?

90:12 Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

90:13 Kembalilah, ya TUHAN–berapa lama lagi? –dan sayangilah hamba-hamba-Mu!

90:14 Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami.

90:15 Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka.

90:16 Biarlah kelihatan kepada hamba-hamba-Mu perbuatan-Mu, dan semarak-Mu kepada anak-anak mereka.

90:17 Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.

Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami. —Mazmur 90:14

Apakah Kita Berarti?

Beberapa bulan ini, saya sedang berkorespondensi dengan seorang anak muda yang mempunyai pemikiran mendalam tentang iman. Suatu waktu ia menulis, “Manusia tidak lebih dari titik-titik yang amat sangat kecil dalam perjalanan zaman. Apakah kita berarti?”

Musa, sang nabi bagi Israel, pasti sependapat dengannya, karena ia pernah berkata: “Masa hidup kami . . . berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” (Mzm. 90:10). Singkatnya hidup membuat kita cemas dan bertanya-tanya apakah kita berarti.

Jawabnya: Ya, kita berarti. Kita berarti dan berharga karena kita begitu dikasihi untuk selama-lamanya oleh Allah yang menciptakan kita. Dalam mazmur ini, Musa berdoa, “Kenyangkanlah kami . . . dengan kasih setia-Mu” (ay.14). Kita berarti, karena kita berharga di mata Allah.

Kita juga berarti karena kita dapat menunjukkan kasih Allah kepada sesama. Meskipun singkat, hidup kita tidaklah sia-sia apabila kita meninggalkan warisan kasih Allah kepada orang lain. Kita tidak hidup di dunia untuk meraih kekayaan lalu pensiun untuk berfoya-foya, melainkan untuk menunjukkan siapa Allah kepada sesama dengan cara menunjukkan kasih-Nya kepada mereka.

Akhirnya, meski hidup kita di dunia ini hanya sementara, kita adalah insan abadi. Karena Yesus bangkit dari antara orang mati, kita akan hidup untuk selama-lamanya. Itulah yang dimaksud oleh Musa ketika ia meyakinkan kita bahwa Allah akan mengenyangkan kita “di waktu pagi dengan kasih setia-[Nya].” Di suatu “pagi” yang abadi kelak kita akan bangkit untuk hidup, mengasihi, dan dikasihi selama-lamanya. Itulah yang membuat hidup kita berarti.—DAVID H. ROPER

WAWASAN
Dalam kitab Mazmur, nama Daud yang paling banyak disebut sebagai penulis (tujuh puluh tiga mazmur). Asaf, pemimpin ibadah di kerajaan Daud menjadi yang terbanyak kedua dengan dua belas mazmur, diikuti oleh bani Korah sebanyak sebelas mazmur. Penulis-penulis lain yang namanya disebut termasuk Salomo, Etan, Heman, dan Musa. Mazmur 90 adalah satu-satunya mazmur yang ditulis Musa. Keterangan di awal mazmur menyatakan: “Doa Musa, abdi Allah.” Ia menulis mazmur ini (dan juga mazmur berikutnya yang tanpa nama, menurut sebagian ahli) di padang gurun ketika ia memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir kepada kebebasan di tanah perjanjian Kanaan. Hal itu membuat Mazmur 90 sebagai yang tertua. Temanya berbicara mengenai singkatnya kehidupan kita ketika dibandingkan dengan kekekalan dan keagungan Allah. Penting untuk diperhatikan bahwa Musa juga menulis Pentateukh (Taurat), yaitu kelima kitab pertama Alkitab, di padang gurun. —Alyson Kieda

Kapan kamu pernah bertanya-tanya apakah hidupmu berarti? Bagaimana Mazmur 90 menguatkanmu kembali?

Aku bersyukur, ya Allah yang penuh kasih, bahwa aku berarti bagi-Mu. Tolonglah aku membagikan tentang Engkau kepada orang lain.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 28-29; Filipi 3

Bagikan Konten Ini
39 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami,
    pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan, serta tolong kami,
    terpujilah NamaMu kekal selamanya,
    amin

  2. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    saya bersykr memilik allah yg penuh kasihberi kami kemampuan untk hdp kami menjadi berkat untk ke mulyaan namamu ya bpk amin

  3. Jessica
    Jessica says:

    Terima kasih renunangannya, saya izin bertanya, Kak. Pas baca doa yang paling akhir, saya merenungkan, rasanya kok susah sekali ya “membagikan tentang Engkau kepada orang lain,” , seperti tidak layak saja gitu untuk menjadi pemberita Injil.. 😭

  4. Johannes Anes
    Johannes Anes says:

    Amin.. Terimakasih Tuhan Yesus atas Firman mu malam ini..kira kasih selalu bersama keluarga kami..aki bersyukur sampai saat ini . bahwa Tuhan yg selalu penuh kasih ditengah keluarga kami..haleluya..

  5. Renato
    Renato says:

    Kita berarti dan berharga karena kita begitu dikasihi untuk selama-lamanya oleh Allah yang menciptakan kita, Kita berarti, karena kita berharga di mata Allah.
    Kita tidak hidup di dunia untuk meraih kekayaan lalu pensiun untuk berfoya-foya, melainkan untuk menunjukkan siapa Allah kepada sesama dengan cara menunjukkan kasih-Nya kepada mereka.
    Di suatu “pagi” yang abadi kelak kita akan bangkit untuk hidup, mengasihi, dan dikasihi selama-lamanya. Itulah yang membuat hidup kita berarti.
    Amien

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *