4 Alasan untuk Tidak Perlu Takut Bertemu Ahli Kesehatan Mental

Oleh Vika Vernanda, Depok

Di akhir tahun 2018, fakultas psikologi di kampusku menginisiasi program kesehatan mental untuk mahasiswa. Salah satu layanan dari program tersebut adalah memfasilitasi mahasiswa yang ingin berkonsultasi dengan psikolog. Ini membuka makin banyak peluang mahasiswa di kampusku untuk berkonsultasi terkait kesehatan mentalnya kepada professional dengan lebih mudah.

Namun, sayangnya, aku masih melihat beberapa orang yang merasa ragu dan malu berkonsultasi dengan profesional terkait kesehatan mentalnya. Demikian pula anak-anak Tuhan. Masih banyak orang dalam komunitas Kristen enggan berbicara atau konseling kepada konselor Kristen, padahal manfaat berbicara atau konseling dengan konselor Kristen sangat besar. Oleh karenanya, aku menuliskan beberapa hal berdasarkan pengalaman pribadi dan orang di sekitarku, alasan untuk kamu atau kerabatmu yang merasa perlu namun masih ragu untuk datang menemui konselor Kristen.

1. Menemui praktisi kesehatan mental bukanlah hal yang memalukan

Dari apa yang kudengar, salah satu alasan orang enggan menemui psikolog atau konselor adalah karena orang-orang di sekitar mereka menganggap menemui ahli psikis adalah memalukan. Disangka tidak punya keluarga atau teman yang bisa menjadi tempat bercerita. Disangka tidak percaya bahwa Tuhan yang bisa menyelesaikan permasalahan dalam hidup. Namun pemikiran seperti itu tidaklah tepat. Ada beberapa hal yang memang perlu diselesaikan, dan teman kita tidak berkapasitas untuk membantu menyelesaikannya; misalnya saja untuk seseorang yang merasa kehilangan harga diri setelah mengalami pelecehan seksual. Kehadiran konselor Kristen merupakan anugerah Allah untuk menolong kita untuk bisa semakin melihat bahwa identitas kita aman di dalam Allah dan tidak bergantung pada masalah atau kejadian buruk yang kita alami. Jadi, menemui praktisi konselor Kristen bukanlah hal yang memalukan, melainkan justru merupakan satu keputusan yang menunjukkan keberanian.

2. Menemui praktisi kesehatan mental bisa menolong kita mengenal diri kita lebih dalam

Satu tahun lalu aku rutin bertemu dengan Kak Sabeth yang adalah seorang konselor Kristen. Aku memutuskan untuk menemuinya karena aku bergumul dengan emosi yang saat itu mudah sekali untuk ‘meledak’.

Pertemuan-pertemuan awal dimulai dengan aku yang bercerita tentang berbagai ledakan emosi itu. Kak Sabeth kemudian mendiskusikan denganku beberapa hal yang menjadi pemicu terjadinya hal tersebut. Lewat pertemuan-pertemuan rutin itu, aku akhirnya mengetahui beberapa hal dalam diriku yang tidak aku ketahui sebelumnya. Misalnya, ternyata ada beberapa kejadian masa kecil yang membuatku cenderung menumpuk emosi, sehingga ketika emosi tersebut dikeluarkan akan menjadi ‘meledak’.

Ada beberapa kecenderungan diri yang tidak kita sadari ternyata bisa menyebabkan masalah dalam hidup. Kesadaran akan hal itu yang didapatkan dari diskusi dengan konselor akan sangat menolong kita menghadapi permasalahan hidup kedepannya.

3. Menemui ahli kesehatan mental bisa menjadi sebuah awal kita melayani Tuhan lebih efektif

Masalah yang kita hadapi seringkali membuat kita tidak berdaya. Tidak jarang masalah kehidupan sehari-hari mempengaruhi bagaimana kita melayani Tuhan. Misalnya saja karena masalah yang bertubi-tubi datang membuat kita tidak percaya akan kebaikan Tuhan, sehingga kita merasa percuma untuk tetap mengerjakan pelayanan.

Menemui seorang konselor akan menolong kita melihat dan menemukan penyelesaian permasalahan yang kita alami. Hal itu akan membuat kita kembali bisa memandang kehadiran Tuhan dengan cara yang benar.

Pertemuan rutinku dengan Kak Sabeth satu tahun lalu menyadarkanku bahwa aku tidak perlu memendam berbagai emosi yang kurasakan, hingga saat ini aku lebih bisa untuk mengekspresikannya. Pelayanan yang aku kerjakan saat ini berhubungan dengan banyak orang, sehingga ledakan emosiku yang sangat jauh menurun membuatku lebih efektif dalam melayani.

4. Kamu tidak menemui seorang konselor sendirian: Allah bersamamu

Masih ada orang-orang dalam lingkungan kita yang menganggap pergi menemui praktisi kesehatan mental hanya diperlukan untuk orang “gila”. Ditambah lagi mungkin ada teman-teman yang mengatakan bahwa pergi menemui praktisi kesehatan mental tidak diperlukan karena masih ada teman yang bisa mendengarkan, “kayak ga punya temen aja sih”. Hal-hal itu membuat kita merasa sendiri dan semakin ragu untuk memberanikan diri. Sehingga, memutuskan menemui praktisi kesehatan mental bukanlah hal yang mudah.

Markus 4:35-41 menceritakan tentang Yesus yang meredakan angin rebut. Ayat 37 menyatakan adanya taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Craig Groeschel dalam buku Divine Direction menuliskan bahwa keadaan saat itu terlalu besar untuk diatasi oleh perahu kecil dan para murid yang ketakutan di dalamnya. Tapi, meskipun keadaan tampak terlalu berat untuk dihadapi, para murid tidak sendirian. Markus mencatat “Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam”.

Bersama dengan Yesus di buritan perahu tidak berarti bahwa badai tidak akan menghantam perahu kita. Ini hanya berarti bahwa badai itu tidak akan menenggelamkan kita.

Allah bersama dengan kita, melewati berbagai ketakutan yang kita hadapi untuk akhirnya berani memutuskan untuk menemui praktisi kesehatan mental.


Kamu diberkati oleh artikel ini?

Yuk, jadi berkat dengan mendukung pelayanan WarungSateKaMu!


Baca Juga:

Sebuah Retret Keluarga di Rumah Sakit

Aku sekeluarga berada di ruang isolasi setelah positif terjangkit Covid-19. Momen yang awalnya menakutkan ini rupanya dipakai-Nya untuk mengingatkan kami betapa Tuhan sayang pada kami.

Bagikan Konten Ini
3 replies
  1. Melda Silalahi
    Melda Silalahi says:

    Tepat sekali, tiba-tiba berpikiran”gimana ya kalau ketemu sama konselor gitu? kayaknya aku punya luka batin deh, yang buat aku jadi emosian begini:( murah kecewa dan sensitif,” namun masih ragu Karna orang-orang pasti nganggep berlebihan. lewat artikel ini, akhirnya di sadarkan, bahwa itu ga salah… terimakasih:)

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *