Di Ujung Tanduk

Senin, 10 Agustus 2020

Di Ujung Tanduk

Baca: 1 Petrus 2:4-10

2:4 Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah.

2:5 Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

2:6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.”

2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.”

2:8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia. —1 Petrus 2:9

Di Ujung Tanduk

Sebuah artikel berita di Amerika Serikat pada bulan Mei 1970 memuat idiom baru pada masanya, yaitu “on the bubble” (di ujung tanduk). Ungkapan yang merujuk pada suatu keadaan yang tidak aman itu digunakan untuk menerangkan posisi seorang pembalap pemula bernama Steve Krisiloff yang “berada di ujung tanduk,” setelah menyelesaikan babak kualifikasi balap mobil Indianapolis 500 dengan catatan waktu yang lambat. Belakangan, dipastikan bahwa catatan waktunya—meskipun yang paling lambat di antara para pembalap lain—ternyata memenuhi syarat untuk ikut lomba utama.

Adakalanya kita merasa hidup kita seperti berada “di ujung tanduk”, ketika kita tidak cukup yakin dapat menjalani atau menyelesaikan perlombaan hidup ini. Ketika merasakan hal tersebut, kita patut mengingat bahwa di dalam Yesus, kita tidak pernah berada “di ujung tanduk”. Sebagai anak-anak Allah, tempat kita di dalam Kerajaan-Nya sudah aman (Yoh. 14:3). Keyakinan kita berasal dari Allah yang telah memilih Yesus sebagai “batu penjuru” yang menjadi dasar hidup kita, dan Dia pun memilih kita untuk menjadi “batu hidup” yang dipenuhi Roh Allah, sehingga kita mampu menjadi pribadi yang dikehendaki Allah (1Ptr. 2:5-6).

Dalam Kristus, masa depan kita aman sembari kita berharap kepada-Nya dan mengikuti Dia (ay.6). Karena kitalah “bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya [kita] memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil [kita] keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (ay.9).

Di mata Yesus, kita tidak berada “di ujung tanduk”. Kita sungguh berharga dan dikasihi-Nya (ay.4).—Ruth O’Reilly-Smith

WAWASAN
Petrus menuliskan suratnya kepada para pembaca yang didera penganiayaan dan sedang membutuhkan penguatan. Solusi apa yang diberikannya? Ia mengingatkan mereka pada identitas mereka sebagai orang-orang percaya di dalam Tuhan Yesus.
Dengan mengacu kepada dua bagian dari Perjanjian Lama, Petrus menggunakan beberapa frasa untuk menggambarkan identitas baru mereka “yang dahulu bukan umat Allah” (1 Petrus 2:10). Dari Keluaran 19:6, ayat yang mendahului diterimanya Sepuluh Perintah Allah, Petrus memberitahu pembacanya bahwa mereka adalah “imamat yang rajani” dan “bangsa yang kudus” (1 Petrus 2:9). Dari Yesaya 43:20-21, dia memberitahu mereka adalah “bangsa yang terpilih” untuk “memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari [Allah]” (1 Petrus 2:9). Petrus mengingatkan para pembacanya, dan juga kita, bahwa seperti Israel yang mendahului mereka, mereka adalah umat istimewa kepunyaan Allah melalui tindakan penebusan-Nya.—J.R. Hudberg

Dalam bagian kehidupan manakah kamu merasa berada “di ujung tanduk” dan serba tidak pasti? Apa yang dapat kamu lakukan untuk kembali memiliki keyakinan pasti kepada Tuhan Yesus?

Ya Bapa, ketika berbagai kekecewaan melemahkan keyakinanku akan identitasku sebagai anak-Mu, ingatkanlah aku untuk tetap berharap dan percaya kepada-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 79–80; Roma 11:1-18

Bagikan Konten Ini
37 replies
  1. Fent
    Fent says:

    Relate sekali dengan kehidupan saat pandemi ini:’) rasanya seperti diujung tanduk. Tapi Tuhan tetap memberikan berkat dan ‘jalan’ tak terduga.

  2. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang terus Engkau limpahkan kepada kami,
    Pimpin kami selalu dimapun kami berada ya Tuhan,
    Dan kuatkanlah kami,
    Terpujilah NamaMu kekal selamanya,
    Amin

  3. Alice Callysta
    Alice Callysta says:

    Ya Bapa, ketika berbagai kekecewaan melemahkan keyakinanku akan identitasku sebagai anak-Mu, ingatkanlah aku untuk tetap berharap dan percaya kepada-Mu.

  4. Clay Fernando
    Clay Fernando says:

    Ingatlah, walaupun kita Di Ujung Tanduk, tetapi Di mata Yesus kita dungguh berharga dan dikasihi-Nya🙏🙏

  5. Johanes Silalahi SKKKPS
    Johanes Silalahi SKKKPS says:

    Setelah mendengar hal ini saya sadar bahwa kita umat manusia dihargai oleh Tuhan dan juga disayang oleh-Nya semoga kita umat manusia tetap diberi berkat oleh Tuhan kita amin

  6. Grace
    Grace says:

    Terima kasih Tuhan atas penyertaan dan firman-Mu dalam kehidupan kami hari ini 😇😇

  7. Mack Mack
    Mack Mack says:

    Tuhan Yesus, aku adalah anak-Mu. Tolong aku untuk percaya diri dengan identitasku, pakailah aku untuk menceritakan perbuatan-perbuatan-Mu yang besar.Amin

  8. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    saya bersykr kpdmu bpk karna saya sdh menjadi umat kepunyaan engkau ajarkan kami untk dpt hdp melangkah dgn iman untk tetap perc hanya kpdmu kami percaya kpdmu ya bpk amin

  9. Renato
    Renato says:

    Di mata Yesus, kita tidak berada di ujung tanduk. Kita sungguh berharga dan dikasihi-Nya . Amien

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *