Harus Kita Perhatikan
Minggu, 19 Juli 2020
Baca: Ulangan 6:1-9
6:1 “Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya,
6:2 supaya seumur hidupmu engkau dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut umurmu.
6:3 Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan TUHAN, Allah nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!
6:5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,
6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Apa yang kuperintahkan kepadamu . . . haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu. —Ulangan 6:6-7
Ketika seorang anak menghadapi banyak kesulitan dalam studinya, sang ayah mulai mengajarkannya untuk mengucapkan kalimat motivasi setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah: “Aku bersyukur kepada Tuhan karena sudah membangunkan aku hari ini. Aku akan berangkat ke sekolah untuk belajar . . . dan menjadi pemimpin seperti yang Tuhan kehendaki dariku.“ Mengucapkan kalimat motivasi merupakan salah satu cara sang ayah membantu anaknya menghadapi berbagai tantangan yang tak terelakkan dalam hidup ini.
Cara ayah itu menolong anaknya untuk menghafal kalimat penguatan tersebut kurang lebih sama dengan yang Allah perintahkan kepada bangsa Israel di padang gurun: “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu” (Ulangan 6:6-7).
Setelah berkeliling di padang gurun selama empat puluh tahun, generasi penerus bangsa Israel akan memasuki Tanah Perjanjian. Allah tahu bahwa tidak akan mudah bagi bangsa Israel untuk berhasil—kecuali mereka tetap percaya kepada-Nya. Karena itu, melalui Musa, Dia memerintahkan mereka untuk selalu ingat dan patuh kepada-Nya—dan untuk menolong anak-anak mereka mengenal dan mengasihi Allah dengan membicarakan firman-Nya “apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” (ay.7).
Setiap hari baru, kita pun dapat berkomitmen untuk mengizinkan Kitab Suci menuntun hati dan pikiran kita seiring kita menjalani hidup dengan penuh syukur kepada-Nya.—Alyson Kieda
WAWASAN
Ulangan 6:4-9, yang dikenal sebagai Shema, dari kata Ibrani š?ma? atau “dengar” (ay.4), merupakan pengakuan dasar iman Yahudi yang diucapkan oleh setiap orang Yahudi yang taat dua kali sehari untuk mengingatkan mereka kepada hukum Allah yang pertama dan kedua (Keluaran 20:2-6). Setelah memberikan Sepuluh Perintah Allah (Ulangan 5:1-21), Musa menyampaikan kepada umat Allah prinsip kegenapan hati yang mendasari seluruh Hukum Allah: “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (6:5). Allah menuntut kesetiaan dan pengabdian kita yang penuh, mutlak, dan segenap hati. Yesus menegaskan bahwa mengasihi Allah dengan segala keberadaan kita adalah “hukum yang terutama” (Markus 12:29-30), dan mengatakannya sebagai “hukum . . . yang pertama” (Matius 22:36-38). Kaum Yahudi Ortodoks melaksanakan perintah dalam Ulangan 6:8-9 secara harafiah, menempatkan bagian dari Taurat (seperti Shema atau Sepuluh Perintah) dalam sebuah kotak kecil (mezuzahs) dan menggantungkannya pada tiang pintu rumah atau dalam phylacteries (disebut juga tefillin) yang diikatkan pada lengan atau kening mereka (Keluaran 13:9,16; Ulangan 11:18-20). —K.T. Sim
Apa yang dapat kamu lakukan untuk menyimpan firman-Nya di dalam hatimu? Mengapa penting membaca dan membicarakan firman-Nya dengan orang-orang terdekat kita?
Ya Allah, terima kasih untuk tiap hari baru yang Engkau anugerahkan. Tolonglah aku menyimpan hikmat-Mu di dalam hati dan pikiranku.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 23–25; Kisah Para Rasul 21:18-40
amin🙏🙏♥️♥️
.AmiN.
amin
Hendaklah kita setia dan memegang teguh perintah Tuhan.
Amin
FitmanNYA bukan sekedar tulisan didalam Alkitab, saat kita percaya, mengamini dan melakukannya maka, tulisan itu akan menjadi Firman yang Hidup (yaitu Tuhan sendiri) yang akan menuntun langkah hidup kita, untuk hidup berkenan kepadaNya.
amin
amin
Tolong saya untuk.menyimpan Firman dan janji2-Mu dalam hati dan pikiranku, untuk aku lebih mengenal, mengasihi dan melayani Engkau lebih lagi.
amin haleluyah
amin
Amin
Amin
Halleluya
Amin ya Tuhan yesus🙏
Amin😇🙏
Amin
Amin
Ami
Amin.
amin
Amin
amin
Setiap hari baru, kita pun dapat berkomitmen untuk mengizinkan Kitab Suci menuntun hati dan pikiran kita seiring kita menjalani hidup dengan penuh syukur kepada-Nya . Amien
Amin
amin
Firmannya menuntun kita dalam menjalani hidup ini. Kita harus selalu menempatkan Tuhan sebagai yang utama dalam hati dan pikiran serta melakukan kehendaknya dalam hidup sesehari kita. Amin
hai
puji Tuhan..Allah senantiasa mengasihi kita jdi kita harus taat dn tetap setia kpdaNYA.Amin