Dia yang Kukasihi, Dia yang Berpulang Lebih Dulu

Oleh Nia Andrei, Sampit

Kawanku terkasih, tulisan ini adalah cerita singkat dari perjalanan pernikahanku dan suamiku.

Sekitar sebulan lebih setelah pernikahan kami, barulah diketahui bahwa suamiku menderita Leukimia atau kanker darah. Selama beberapa bulan setelahnya, suamiku harus kontrol bolak-balik ke rumah sakit dan transfusi darah.

Karena kondisi sakit kankernya yang membutuhkan perawatan lebih intensif, kami sekeluarga memutuskan untuk melanjutkan perawatannya di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat. Pada hari Sabtu, 2 Februari 2019, aku mendapatkan cuti dari kantorku. Aku sengaja tidak menghubungi suamiku. Aku tidak bilang kalau aku akan menyusulnya ke Jakarta. Hari itu, aku tiba-tiba datang ke ruang perawatannya.

Aku membuka tirai ruangannya dan berkata, “Hai..”

Papa mertuaku yang sedang menemaninya di ruangan pun tersenyum ketika aku datang.

Suamiku kaget, lalu bilang, “Hah?!”

“Kamu seneng nggak aku datang?”

“Iya,” jawabnya lirih.

“Tapi kok biasa aja?”

“Memangnya aku harus loncat-loncat di ranjang?” jawabnya begitu.

Aku tertawa dan menimpalinya dengan candaan, “Iya lah, sambil loncat-loncat di bed.”

Waktu melihat keadaannya, aku hampir menangis, tapi aku tetap berusaha tegar di hadapannya. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menangis di depan suamiku. Aku melihat lebam besar di pergelangan tangan kanan dan di paha sebelah kirinya. Kuoleskan salep di kedua bagian itu.

Mulai hari itu, aku menginap di RS, menenami dia. Setiap hari sebelum dia tidur, aku mengelus dahinya supaya dia merasa nyaman.

Minggu, 3 Februari 2019

Kegiatanku selama di rumah sakit tiap pagi dan sore adalah mengambil air panas di sudut ruangan. Tiap subuh jam 5, perawat datang untuk mengambil darah suamiku melalui selang cvc yang terpasang di dada kanannya, diukur tekanan darahnya, dan suhu tubuhnya. Aku melap seluruh badannya menggunakan waslap dan mengganti bajunya dengan baju pasien. Sprei dan sarung bantalnya pun tak lupa kuganti. Tiap mengusap wajahnya dengan waslap, aku berkata, “Ayang… Ayang…,” inginku menangis rasanya, tapi aku selalu menahan. Setiap kali dia buang air kecil selalu kucatat berapa mililiter volumenya, demikian juga jika dia minum dan buang air besar. Dia pun rutin menggunakan pengobatan uap untuk perbaikan infeksi di paru-parunya. Kadang hanya berselang satu hari jikalau Hb dan trombositnya turun, pasti dia harus melakukan transfusi darah.

Aku membawa Alkitab pernikahan kami. Setiap pagi sesudah sarapan aku membacakan beberapa ayat Alkitab dan dia hanya memandang diriku. Aku pun memandangi dirinya. Kami berdoa dan menyanyikan lagu-lagu rohani. Rasanya kami mampu menjalani hari ke hari hanya oleh penyertaan dan kasih setia Tuhan yang begitu luar biasa bagi kami.

Senin, 4 Februari 2019

Sama seperti hari-hari sebelumnya, ambil darah setiap pagi lewat selang cvc, disuntikkan antibiotik untuk paru-paru, minum obat pagi siang sore (4 macam), tetap pakai uap untuk perbaikan paru-parunya. Pagi hari itu, aku membacakan sebagian ayat Alkitab dan berdoa bersama. Sempat aku terdiam pada ayat Alkitab dari 2 Korintus 4:16, 5:1-8. Aku menangis dan diam, lalu dia memintaku untuk membacanya sampai habis.

Aku sempat mengobrol serius dengannya, “Hun, aku mau resign dari kerjaanku.”

Dia menjawab, “Kenapa? Pikirkan juga kerjaan.”

“Tapi kamu mau aku di sini sama kamu, kan? Mengurus kamu kan?”

“Iya,”

“Ya udah, jangan dipikirkan dulu.”

Selasa, 5 Februari 2019

Menjalani hari-hari bersama dia di RS, mengurus ini dan itu kebutuhannya setiap hari. Siangnya bertemu dokter paru dan dokter mengatakan bahwa pengobatan untuk paru-parunya perlu tetap dijalankan supaya nanti bisa dilakukan kemoterapi. Dokter sempat mengatakan dia perlu keluar dahulu sejenak supaya bisa menghirup udara segar dan terkena sinar matahari, tapi kondisinya tidak memungkinkan untuk keluar karena dia masih bergantung dengan selang oksigen.

Rabu, 6 Februari 2019

Kami menjalani hari-hari seperti hari-hari sebelumnya. Kami membaca Alkitab dan berdoa bersama.

Kamis, 7 Februari 2019

Sekitar jam 5 subuh, dokter Hematologi datang dan mengatakan kalau dia perlu dibawa keluar dari ruang perawatan supaya mendapat udara segar dan terkena sinar matahari karena udara dalam ruangan tidak baik untuk paru-parunya, antibiotik pun sudah resisten. Tapi, kondisinya masih tidak memungkinkan untuk keluar dari ruangan karena dia terlihat mulai sesak nafas dan bergantung dengan selang oksigen.

Hari itu adalah hari yang berat bagiku karena aku harus kembali ke Sampit dan meninggalkan dia di Jakarta.

Aku bertanya lagi memastikan keputusanku, “Hun, aku mau nanya lagi ni, memastikan. Kamu mau aku di sini kan nemenin kamu, mengurus kamu?”

“Iya, terserah saja. Yang terbaik ya.”

Aku bilang, “Oke kamu gak usah pikirin dulu karena keputusan ada di tanganku, aku mau resign.”

Pagi itu dia sudah terlihat mulai sesak nafas dan aku tak tega meninggalkan dia. Aku menghubungi atasanku untuk memperpanjang izinku, tapi tidak diperbolehkan. Mau tidak mau aku perlu pulang ke Sampit dan bilang bahwa aku ingin resign. Waktu aku pamit pada suamiku, wajahnya memerah. Matanya menatapku seolah ingin berkata, “Hun, jangan pergi.” Tapi aku tetap pergi waktu itu dan kembali ke Sampit.

Jumat, 8 Februari 2019

Pagi harinya aku masuk kantor dan sore hari tepat di jam pulang kantor aku memberanikan diri bilang ke atasanku bahwa aku ingin resign dan keputusan ini sudah bulat. Aku mau fokus merawat suamiku. Atasanku setuju.

Malam harinya aku mendapat kabar kalau dia sudah mulai sesak nafas dan di ruang perawatan pun sudah digunakan monitor jantung dan rencananya suamiku akan segera dibawa ke ICU. Aku menangis, berlutut, dan berdoa kiranya Tuhan dapat menolong dia melewati kondisi yang harus dihadapi. Aku pun bergegas membeli tiket pesawat untuk berangkat ke Jakarta besok paginya lewat Palangkaraya. Singkat cerita, saat dia yang kukasihi sedang berjuang di ruang ICU, waktu menunjukkan pukul 23:45 dan aku mendapat kabar bahwa Tuhan Yesus telah memanggilnya pulang.

Aku tersentak. Aku menangis. Aku meraung dan malam hari itu di Sampit turun hujan yang sungguh deras.

* * *

Aku mampu melewati semuanya, sepanjang perjalanan hubungan kami hingga menikah, semuanya karena kekuatan dan penyertaan daripada Tuhan. Aku mengingat kembali semua kebaikan-Nya pada kami. Walaupun waktu-waktu kami bersama begitu singkat, tetapi aku tetap bersyukur karena Tuhan masih memberikanku waktu untuk merawat suamiku dengan intens selama 6 hari di RS Kanker Dharmais Jakarta. Tuhan Yesus, terima kasih, Engkau sangat baik.

Sampai saat ini pun, aku tetap merasakan kasih dan penyertaan Tuhan dalam kehidupanku walau terkadang aku sangat rindu dengan suamiku, dia yang kukasihi.

Semoga kesaksian tentang sekelumit kisah kehidupanku dan alharhum suamiku bisa menjadi berkat bagi semua yang membaca kisah kehidupan kami.

Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Baca Juga:

Wanita untuk Kemuliaan Allah

Pada saat Ia bangkit dari kematian-Nya, saksi pertama dari kisah yang mengguncangkan sejarah itu adalah Maria Magdalena, seorang wanita. Mengapa bukan tokoh yang dianggap penting seperti Petrus, Yohanes, Yakobus, atau murid pria lainnya?

Bagikan Konten Ini
28 replies
  1. ac
    ac says:

    Thanks for sharing kaa 💕 sangat memberkati. Semangat selalu yaa ka. Tuhan Yesus pada kaka

  2. David Farelly
    David Farelly says:

    Tetap semangat Ka. Tuhan Yesus selalu memberi kekuatan dan pengharapan bagi kita sekalian Amin.😭🙏😇

  3. David Farelly
    David Farelly says:

    Tetap percaya dan semangat Ka. Tuhan Yesus memberi kekuatan dan pengharapan serta menyertai kita sekalian Imanuel Amin. 🙏 😇

  4. Angel siallagan
    Angel siallagan says:

    kamu wanita hebat kak Nia!❤️ semoga Tuhan melimpahkan kebahagiaan dan berkat nya sm kk, Tuhan selalu memberkati🥰

  5. yohana febyan
    yohana febyan says:

    Semangat ya, dia sudah tenang disana dan sembuh dr penyakitnya ☺️ Tuhan lebh sayang kepadanya 🤗 thx for sharingnya kak ❤️❤️

  6. Rouli Margarettha
    Rouli Margarettha says:

    Kiranya penyertaan Tuhan Yesus selalu nyata dalam hidup mbak. Kekuatan dan penghiburan ditambah-tambahkan. Seperti sharing renungan mbak yang juga menguatkan yang membaca. amin.

  7. D.E
    D.E says:

    Terima kasih sudah berbagi kisah, ya, Mba. Saya pribadi merasa diingatkan kembali atas hubungan dan perasaan saya terhadap suami, agar saya bisa lebih baik lagi dgn dirinya.

  8. cuncun baringbing
    cuncun baringbing says:

    kk Nia sungguh luar biasa bisa melewatinya dengan sangat memberkati saya pribadi,
    tetap kuat iya kk, kadang kita sulit melihat caranya Tuhan dalam setiap perjalanan kehidupan manusia dalam dunia ini, kita hanya bisa berserah sama Tuhan dan selalu minta pimpina Tuhan dalm setiap langkah kehidipuan kita setiap hari, sekali lagi tetap tegar dan kuat iya kk Nia, Tuhan Yesus memberkati

  9. Tita donuata
    Tita donuata says:

    Makasihhh jga utk sharing ya kak, AQ jga kehilangan orgtua (papa n mama) ketika AQ berada d tempat yg berbeda dgn mereka..
    Kehilangan mmg kesedihan yg tak berujung tp ada Tuhan menguatkan n menghibur kita..
    Ada rencana yg indah dibalik segala sesuatu yg terjadi…

  10. elen
    elen says:

    Shallom kak.
    Hanya dengan hikmat, kasih sayang dan penyertaan dari Tuhan Yesus, kak nia bisa bersyukur, menjadi kuat dan berbagi cerita serta menginspirasi.
    Tetaplah mengandalkan Tuhan, tetaplah bersyukur dan tetaplah menginspirasi ya kak, karena bersama Tuhan dan di dalam Tuhan, apa yang kak nia yakini tidak akan sia-sia.
    Tuhan Yesus memberkati.

  11. Dodit52 Kristian
    Dodit52 Kristian says:

    Karya Tuhan benar2 nyata.. janji Tuhan Iya dan Amin. Tetap pegang teguh Iman Percaya kita kepadaNya. Tuhan Yesus senantiasa menyertai dan tidak akan meninggalkan kita sampai akhir jaman.😇🙏🏽

  12. Diandrahasiian Sitorus
    Diandrahasiian Sitorus says:

    tetap semangat kak, Tuhan Yesus memberkati mu, Dia punya rancangan terbaik bagi kaka❤️

  13. Helena Laurie
    Helena Laurie says:

    Shalom kak Nia. Terimakasih untuk sharing kakak yang begitu menguatkan aku dan teman-teman sekalian. Kakak kuat karena Tuhan. Tetap semangat ya kak. Dan semakin mengasihi Tuhan.

  14. Lely
    Lely says:

    Trima kasih Mbak Nia, kesaksiannya sangat memberkati saya pribadi. Melepaskan kepergian orang yang kita kasihi bukan sesuatu yang mudah tetapi kalau kita memandang kepada Rencana Tuhan, pasti kita di kuatkan dan di mampukan untuk melewatinya, karena setiap apa yang kita miliki adalah milik Tuhan, tetapi dalam setiap kehilangan tetap ada rencana Tuhan yang terbaik bagi hidup kita.

  15. Fanny Kilanmasse
    Fanny Kilanmasse says:

    thx Kak untuk Sharingnya. Sy sngt terharu dan dikuatkan lg lewat kesaksian Hidup Kk. Tuhan senantiasa menguatkan Kk tuk jalani hari2 hidup ini.

  16. Pebriani Pakpahan
    Pebriani Pakpahan says:

    Terimakasih untuk sharingnya. mungkin kita ga paham akan maksud Tuhan. tp percaya Tuhan juga yg memampukan kk untuk melewati semua. Tetap kuat, tetap semangat💞

  17. Meista Yuki Crisinta
    Meista Yuki Crisinta says:

    ikut berlinang air mata saat membaca kisah kakak. turut berdukacita atas kehilangan teman hidup yg sangat kakak kasihi. terima kasih sudah berbagi kesaksian berharga ini ya kak.

    dari kisah kakak, aku ikut belajar bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah milik-Nya, sesayang apapun kita dengan hal itu/orang itu. tetap semangat dalam Tuhan Yesus, kak. Dia mengasihimu dan akan memberikan kekuatan selalu :”)

  18. beanty psp
    beanty psp says:

    kisah yang sgt menginspirasi… 😊
    Tuhan beserta kita semua, smgt ya kak Nia!

  19. Steven Tony
    Steven Tony says:

    Tetap semangat kak.. Rencana Tuhan memang tidak terselami oleh pkiran terbatas kita manusia. tetapi yakinlah itu adalah keputusan yg terbaik dan terindah.. Tuhan Yesus sumber penghiburan dan kedamaian sejati menguatkan kakak selalu.

  20. Naftalia Yusnita
    Naftalia Yusnita says:

    sedih bacanya , rasanya seperti merasakan apa yang dirasain sama Nia. aku bersyukur ternyata penyertaan Tuhan gak sia” buat hidup kamu. buktinya sampai sekarang Tuhan masih memberimu kekuatan. terimakasih atas sharingmu ! Tuhan memberkati

  21. Elazar NP
    Elazar NP says:

    terima kasih kak untuk kesaksiannya, kuat terus ya kak, Tak akan patah semangat dan pengharapan di dalam Tuhan. God bless kak

  22. Wilson
    Wilson says:

    Persis sama seperti mamaku sakit leukemia dan ketika aku mau kasih kejutan plg dari rantau, tapi ternyata aku yg terkejut krn selisih 2 jam mama sudah pergi ke rumah Bapa lebih dahulu. Terima kasih utk sharingnya. Aku merasa dikuatkan. Waktu Tuhan yang terbaik.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *