Kemarin Aku Gagal, Hari Ini Aku Memilih Mengucap Syukur

Oleh Novita Melianti Manurung, Bangka Belitung

Sore itu aku duduk di teras rumah sambil memandang air hujan yang membasahi tanah dan hampir menggenangi seluruh halaman rumah. Aku suka dengan hujan, tetesan airnya mengingatkanku akan Tuhan—sang pencipta hujan itu sendiri—serta bagaimana berkat-Nya melimpah bagiku. Hari belum terlalu sore sebenarnya, tapi karena hujan yang amat lebat dan pekatnya awan, membuat hari seolah sudah malam.

Hari itu pula, sudah enam minggu lamanya aku di rumah saja. Hari-hariku membosankan. Tak banyak kegiatan kulakukan. Dalam lamunanku sore itu, aku ingat pada kegagalan beberapa bulan lalu. Memori akan kegagalan itu membuat bibirku mengucap syukur. Aku tahu tak ada satu pun yang terjadi secara kebetulan. Tuhan merencanakan semuanya dengan baik.

Tahun lalu, setelah aku lulus dari jurusan Tata Boga di salah satu universitas negeri di Medan, aku dan teman-teman Kelompok Tumbuh Bersama-ku (KTB) merintis usaha kuliner kecil-kecilan di Pulau Samosir, namun usaha kami cuma bertahan beberapa bulan saja. Awalnya kami menikmati prosesnya, tapi seiring waktu, pendapatan kami semakin menurun hingga kami pun kesulitan keuangan. Saat itu aku juga mengalami sakit yang sejak awal tahun 2019 semakin terasa. Aku sudah tiga kali ke klinik sebelum kami membuka usaha kuliner itu, namun belum ada kepastian mengenai penyakit apa yang sebenarnya aku derita.

Kami mencoba banyak cara supaya bisnis kami bisa bertahan karena modal besar sudah kami keluarkan. Kami coba buat menu baru yang menarik, lalu mempromosikannya ke orang-orang yang kami jumpai. Tapi, usaha itu tidak membuahkan hasil. Tabungan kami semakin menipis dan teman-temanku mulai pesimis untuk melanjutkan usaha ini. Ditambah lagi terjadi selisih paham dengan pemilik tempat yang kami sewa.

Mendengar kisah usahaku yang tak berhasil, orang tuaku menyuruhku untuk pulang saja ke kampung halaman supaya aku sekalian bisa berobat. Empat minggu kami bergumul, akhirnya aku dan teman-temanku sepakat menyudahi bisnis ini. Kami pulang ke Medan lalu berencana merintis usaha daring saja.

Tapi, lagi-lagi yang sudah kami rencanakan ternyata tak sesuai kenyataan. Usaha daring kami kembali terkendala saat kami mendaftarkan menu-menu.

“Sudah bagaimana prosesnya?” pertanyaan ini sering diajukan orang tua kami, tapi kami bingung mau menjawab apa. Berhari-hari kami menanti kepastian, tapi tak jelas pula.

Setiap hari di dalam doaku, aku bertanya apa sebenarnya yang Tuhan ingin kulakukan untuk aku kerjakan? Apa maksud dari semua ini? Jika dituliskan, ada banyak pertanyaanku kala itu. Namun aku tergerak untuk berdoa dan membaca Alkitab. Kutemukan satu ayat dari Amsal 23:18, “Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang.”

Ketika memutuskan pulang kampung dan menceritakan kegagalan ini ke orang tua, rasanya aku tak siap. Tapi, kuingat bahwa di balik kegagalan itu, Tuhan tetap memeliharaku. Kebutuhanku dicukupkan-Nya. Orang tuaku pun ternyata tidak marah, mereka malah memotivasiku. Masa-masa aku berdiam di kampung dipakai-Nya menjadi kesempatan untukku berobat. Puji Tuhan sekarang kesehatanku sudah mulai pulih.

Karena kesehatanku mulai membaik, aku pergi ke rumah kakak pertamaku di Bangka Belitung. Seminggu setelah aku tiba di sini, pandemi virus corona dinyatakan telah masuk ke Indonesia.

Memang sampai saat ini aku belum mendapatkan pekerjaan atau merintis usaha baru lagi. Namun aku bersyukur karena masa-masa ini bisa kugunakan untuk melayani kakakku yang saat ini sedang mengandung anak pertamanya.

Meski di awal usahaku meniti karier pil terasa getir, tapi aku mau tetap membuka hatiku untuk mengecap kebaikan-Nya.

Teruntuk saudara-saudariku, di balik usaha dan rencana kita yang kandas, Tuhan tengah menyiapkan yang baik bagi kita. Tugas kita adalah menikmati perjalanan bersama-Nya, mengucap syukur, dan berserah.

Baca Juga:

Aku Meninggalkan Pekerjaanku, Tetapi Tuhan Merancangkan Sesuatu yang Indah Bagiku

Aku pernah menghadapi dua pilihan yang membuatku bingung. Ketika aku sedang dalam proses pemulihan pasca operasi yang kujalani beberapa tahun silam, aku bergumul tentang pekerjaanku. Aku sulit memilih di antara dua pilihan.

Bagikan Konten Ini
9 replies
  1. lentini
    lentini says:

    hampir sama denganku. desember 2019 resign dari kantor lama. selama 5 bulan nganggur sudah apply kebanyak perusahaan, dan ada beberapa yg bahkan sudah sampai tahap wawancara user, namun gagal dan tak ada kabar. di rumah saja, selalu ada cekcok dgn adik sendiri. malam sering nangis dan berdoa supaya dapat pekerjaan. disaat gagal sampai tahap wawancara, sempat marah kepada Tuhan. merasa apapun yg kukerjakan selalu gagal. tapi ku tersadar itu salah. aku harus selalu bersyukur dan percaya Tuhan punya rencana. aku mengimani bulan Juni akan dapat. dan mujizat Tuhan nyata. Tuhan kasih pekerjaan, dan ini hari kedua training. semoga dilancarkan jika Tuhan berkenan aku bekerja disini.

    percaya dan selalu bersyukur. Tuhan pasti tolong. GBU 😇😇😇😇

  2. ima
    ima says:

    terimakasih sudah d ingatkan kembali utk mengucap syukur selalu dalam kondisii apapun. GBU

  3. carolina
    carolina says:

    Membaca renungan ini ketika aku juga dalam keadaan down.Cara Tuhan memberi kita kekuatan memang tak bisa kita tebak.🙏

  4. Meg
    Meg says:

    Terima kasih… Hari ini aku juga lg sedih dan mempertanyakan nasibku, lalu baca sharingan kakak dan jadi menguatkan. Gbu kak.

  5. Advend Simbolon
    Advend Simbolon says:

    Novita! Kamu luar biasa!
    melalui tulisanmu ini kami banyak tertolong. Tetap berjuang ya.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *