Aku Meninggalkan Pekerjaanku, Tetapi Tuhan Merancangkan Sesuatu yang Indah Bagiku

Oleh Abyasat Tandirura, Toraja

Kehidupan ini selalu diperhadapkan pada beragam pilihan. Memilih di antara beberapa pilihan kadang membuat kita bingung. Tak jarang pula, kita menyesali pilihan yang telah kita putuskan.

Mengapa kita bingung dalam mengambil pilihan? Mengapa muncul penyesalan terhadap pilihan-pilihan kita? Jawabannya mungkin sederhana: karena kita cenderung menentukan sebuah pilihan berdasarkan keinginan kita atau keinginan orang lain, bukan karena kehendak Allah.

Aku pernah menghadapi dua pilihan yang membuatku bingung. Ketika aku sedang dalam proses pemulihan pasca operasi yang kujalani beberapa tahun silam, aku bergumul tentang pekerjaanku. Ada dua pilihan bagiku dengan pertimbangan yang berbeda-beda, yaitu meninggalkan pekerjaanku, atau kembali bekerja di sana.

Sebelum aku dioperasi, aku bekerja sesuai dengan disiplin ilmuku pada sebuah industri pengolahan rumput laut di salah satu daerah kepulauan yang ada di Indonesia. Libur Natal, membuatku ingin mudik, dan keinginan itu terealisasi. Aku masih menikmati liburan, ketika aku merasakan sakit pada salah satu organ tubuhku. Singkat cerita, dokter memutuskan untuk melakukan operasi dan aku serta keluargaku menyetujuinya.

Aku sulit memilih di antara dua pilihan. Jika aku meninggalkan pekerjaanku, maka otomatis aku kehilangan pekerjaan, namun jika aku kembali ke tempat kerjaku, sejujurnya aku takut kalau aku sakit lagi, mengingat dalam kontrol terakhirku ke rumah sakit, dokter menyarankan agar aku tidak boleh bekerja yang berat meski operasi yang telah dilakukan hanyalah operasi kecil. Aku tidak tega mengorbankan kesehatanku untuk sebuah pekerjaan yang menuntutku banyak bergerak. Aku sangat berhati-hati, sebab jika salah mengambil pilihan akan berdampak pada masa depanku, apakah aku tetap bekerja atau jadi pengangguran.

Di tengah kebingungan yang melandaku, akhirnya suatu waktu aku memutuskan untuk beristirahat sampai aku bisa beraktivitas seperti sedia kala. Dalam masa-masa istirahatku aku terus bergumul dalam doa dan menanti pertolongan Tuhan dalam mengambil keputusan.

Aku percaya Ia lebih mengetahui pilihan yang terbaik bagiku. Dan, aku tahu kalau Tuhan ada menjagaku. Akan tetapi, sulit bagiku untuk percaya sepenuhnya sebab aku tetap merasa tidak tega mengorbankan kesehatanku. Aku juga tidak yakin, di tengah situasi yang serba sulit, mustahil rasanya mendapat pekerjaan baru jika aku meninggalkan pekerjaanku.

Seiring waktu yang terus berlalu, aku bersyukur kondisiku semakin membaik, dan suatu hari aku akhirnya mengambil keputusan. Aku memilih untuk meninggalkan pekerjaanku dengan alasan kesehatan. Meskipun aku tahu, bahwa keputusan itu membuatku kehilangan pekerjaan, namun pada saat yang sama aku yakin sepenuhnya bahwa Tuhan menyediakan yang terbaik bagiku sebagaimana janji-Nya “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu masa depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11) . Aku merasakan kelegaan seusai mengambil pilihan itu. Bagiku, itulah pilihan terbaik dan aku yakin itu adalah jawaban doaku.

Melewati hari demi hari menjalani pilihan yang telah kuputuskan, rasanya ibarat menempuh perjalanan panjang. Entah kapan aku akan tiba, aku juga tidak tahu.

Tetapi suatu hari, saat jam belajar sekolah berakhir, seorang pimpinan sekolah datang mengunjungiku, sekaligus menawarkan padaku sebuah pekerjaan di sekolah tempatnya bertugas. Hatiku bersukacita, namun aku memikirkan lagi soal pekerjaan itu yang tidak berkaitan dengan disiplin ilmuku.

Waktu itu, aku tidak langsung menerima tawaran pekerjaan itu. Aku menggumulinya selama seminggu. Sejujunya aku merasa kurang cocok dengan pekerjaan itu.

“Tetapi bukankah aku telah memilih meninggalkan pekerjaanku yang dulu, dan saat pekerjaan baru sudah ada di depan mata, bagaimana mungkin aku akan menolaknya?” gumamku.

Pada akhirnya, seminggu kemudian aku mengantar beberapa dokumenku ke sekolah dan pada saat itu juga untuk pertama kalinya aku menjalani pekerjaan baruku sebagai tenaga kependidikan sampai saat ini.

Meski aku telah mendapatkan pekerjaan baru, awal–awal aku bekerja, aku masih bergumul dengan masa depanku dari pekerjaan tersebut.

“Mungkinkah kelak aku menjadi seorang abdi negara, sehingga aku bekerja di sini? Apakah dengan bekerja di sini, Tuhan punya rancangan khusus untukku sehingga aku lega memilih untuk meninggalkan pekerjaanku yang dulu?”

Di satu sisi, aku melihat bahwa Tuhan telah memberiku pekerjaan. Namun, di sisi lain aku selalu merasa berkecil hati. Aku merasa malu terhadap diriku dan kepada teman-temanku yang sedang bekerja sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing.

Melewati 7 bulan bekerja bukanlah perkara yang mudah. Selain dukungan dari keluagaku aku pun terus berdoa. Aku berdoa bukan untuk meminta Dia memberiku pekerjaan baru, tetapi aku memohon agar aku diberi pengertian yang benar tentang mengapa aku dibawa bekerja dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan disiplin ilmuku. Aku juga sangat terhibur oleh sebuah ayat dalam Alkitab yang menjadi pokok renungan dalam saat teduhku pada suatu pagi yang terdapat dalam kitab Yesaya 55:8-9.

Hari-hari terus berlalu. Dan pada bulan yang kedelapan aku bekerja, di luar dugaanku Tuhan membuatku mengerti mengapa aku bekerja di sini, dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan disiplin ilmuku. Ternyata Tuhan menuntunku untuk mewujudkan sebuah kerinduanku dan mimpiku yang telah kubangun ketika aku masih sekolah minggu, yakni menjadi pengiring nyanyian jemaat di gereja.

Dipersiapkan terlibat dalam pelayanan di gereja merupakan sesuatu yang sangat istimewa bagiku. Aku percaya bahwa inilah rancangan yang sangat indah dari Tuhan untukku, setelah aku memilih meninggalkan pekerjaanku. Kini, aku bekerja sambil melayani. Aku senang melayani di gereja, sehingga hal itu memacu semangatku dalam bekerja dan menepis rasa berkecil hati yang pernah kurasakan.

Merenungkan kembali hal-hal yang telah Tuhan kerjakan dalam hidupku menyadarkanku bahwa segala sesuatu yang kita inginkan, belum tentu dikehendaki Tuhan. Hal apa pun yang kita rencanakan tanpa melibatkan Dia rasanya mustahil akan terlaksana. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita kepada-Nya, melainkan kita harus menyelaraskan kehendak-Nya atas kehendak kita.

Dalam menjalankan pekerjaanku, Tuhan telah menyertaiku melewati tantangan dan situasi yang sulit. Bahkan aku mendapatkan sesuatu yang berharga bahwa kita bekerja dengan sungguh-sungguh, tulus, dan penuh tanggung jawab, bukan supaya kita mendapat apresiasi dari pimpinan atau rekan kerja kita dan karena kita takut pada atasan kita, melainkan karena Allah menghendaki kita bekerja dengan sungguh-sungguh, tulus dan bertanggung jawab penuh, serta takut dan patuh pada Tuhan.

Jika dulu aku sulit menentukan keputusan, sekarang aku mengerti bahwa rancangan Tuhan itu, selalu yang terbaik bagiku.

Kepada semua teman-temanku, mungkin kita tidak nyaman dan tidak menyukai pilihan yang Tuhan berikan kepada kita, tetapi ketahuilah bahwa pilihan Tuhan selalu yang terbaik. Dia Allah yang baik, yang telah menetapkan rancangan-rancangan terbaik bagi kita. Dan karena itu, tetaplah bersyukur padaNya dalam segala keadaan.

Terpujilah Kristus!

“Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, Demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu”
(Yesaya 55 : 8-9)

Baca Juga:

Ketika Tuhan Seakan Mempermainkan Hidupku

Aku hampir putus asa karena perjuanganku selalu berujung pada kegagalan. Pun, timbul rasa iri. Mengapa orang lain mendapatkan sesuatu dengan mudah, sedangkan aku tidak?

Bagikan Konten Ini
9 replies
  1. Nonita
    Nonita says:

    saya sangat terberkati dan merasa dapat solusi yang baik. karena saya lagi ada di posisi seperti ini. mohon doanya agar aku bisa kuat 🙂

  2. Rouli Margarettha
    Rouli Margarettha says:

    Terima kasih untuk renungannya. Saya juga sedang melalui hal ini. Kiranya Tuhan selalu menyertai setiap keputusan yang kita ambil. Pilihan dari Tuhan selalu yang terbaik, tapi terkadang tidak mudah bagi kita untuk mengikuti jalur yang disediakan Tuhan. Seperti orang buta yang tak tahu kemana arah Tuhan menuntun kita, kiranya kita selalu memahami bagaimana Tuhan selalu memberikan tujuan hidup yang lebih indah dari bayangan2 menakutkan kita selama perjalanan. amin.

  3. MelawaTi Chibarani
    MelawaTi Chibarani says:

    Terimakasih unk renungan ini.
    saya juga sedang dlam posisi sperti ini, semoga saya paham akan arti firman Tuhan dlm Yesaya 55;8-9, unk boleh melihat n menerima petunjuk yg Tuhan berikan bagiku unk rancangan indah yg sudah Tuhan sediakan bagiku🙏

  4. Charles Setiono
    Charles Setiono says:

    Terima kasih atas renungannya.. semakin percaya bahwa apa yang terjadi di dalam kehidupan kita semua adalah rancangan Tuhan untuk kebaikan hidup kita dan untuk kemuliaan nama-Nya.

    Halleluya, GBU All, Amin 🙂

  5. AbyasatT
    AbyasatT says:

    Terpujilah Kristus,
    Terima kasih teman-teman,
    TUHAN berkati dan sukses untuk kita semua 🙏🙏🙏

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *