Perjumpaan dengan-Nya, Mengubah Segalanya

Oleh Fandri Entiman Nae, Kotamobagu

Bertahun-tahun lalu hiduplah seorang remaja yang sikapnya kasar dan tak punya tujuan hidup. Dia bukan hanya sering membentak dan menghina orang tuanya, dia bahkan tidak percaya kepada Tuhan. Ketika masih SMA, dia terkenal karena suka mengejek kepercayaan teman-temannya. Dia pernah juga menantang gurunya dengan cara yang tidak sopan untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Tak heran, dengan sikap demikian, dia seringkali mendengar kalimat keluhan bernada putus asa dari orang-orang di sekitarnya.

“Mau jadi apa anak ini?”

“Kelihatannya dia akan jadi seorang penjahat.”

“Tidak ada harapan untuk manusia seperti ini.”

Itulah beberapa “ramalan” yang paling santer mampir di telinga remaja itu. Tahukah kamu siapa dia? Akulah sang remaja itu.

Tak seorang pun menyangka, Tuhan yang selama bertahun-tahun kuhina menjadi Tuhan yang kini aku layani. Banyak orang terheran-heran, menggelengkan kepala seolah tak percaya ketika melihatku berdiri di sebuah mimbar dan berbicara tentang kasih Tuhan Yesus dan kuasa-Nya yang mampu mengubahkan manusia.

Begitulah kehidupan, penuh dengan kejutan. Manusia bisa menduga-duga, namun Allah mengetahui dengan jelas dan pasti masa depan seseorang.

Aku tidak akan menceritakan detail kisahku, namun seperti yang terjadi padaku, itu jugalah yang terjadi kepada seseorang bernama Paulus. Dahulu, Paulus adalah seorang yang membenci Yesus dan pengikut-Nya. Paulus adalah teror yang amat mengerikan bagi jemaat Tuhan. Mereka menghindari dan menjauhinya. Sebelum berjumpa dengan Tuhan Yesus seperti dikisahkan di Kisah Para Rasul 9, siapa yang menyangka Saulus akan menjadi salah satu pemberita Injil yang paling berani? Siapa yang mengira dia akan menjadi penulis kitab terbanyak dalam Perjanjian Baru?

Mungkin atas apa yang telah dilakukannya, Paulus bisa disebut sebagai “mantan penjahat”, sebuah istilah yang hari ini masih sering disematkan orang padaku. Jujur, mendengarnya membuatku malu dan menangis. Tapi, di balik semua itu, aku juga bersyukur karena saat ini aku dapat dengan yakin berteriak nyaring bahwa, “Tidak ada seorang pun yang terlalu kotor dan hancur yang tidak bisa diubahkan oleh Allah.”

Rasul Paulus, St. Agustinus, dan banyak lagi tokoh lainnya telah menjadi bukti nyata. Perjumpaan dengan Kristus sungguh-sungguh dapat mengubahkan siapa saja. Aku tidak berkata, setelah aku mengenalnya, aku lalu menjadi sempurna. Sama sekali tidak. Rasul Paulus pun tidak sempurna, apalagi aku. Aku berulang kali jatuh dan gagal. Tetapi, aku bisa bangkit. Bukan karena aku hebat, tetapi karena perjumpaanku dengan-Nya itu telah menyadarkanku bahwa aku berharga di mata-Nya. Jika Dia mau mati bagiku, maka aku mau hidup bagi-Nya. Dan dengan segala keterbatasanku, Dia terus memperbaharuiku hari demi hari dan menyembuhkan luka masa laluku. Itu jugalah yang akan terjadi padamu jika kamu mau menerima-Nya sebagai satu-satunya Tuhan dan Penyelamat pribadimu.

Setiap kita punya kelemahan dan kekurangan. Di antara kita, ada yang punya bercak-bercak masa lalu yang kelam, bahkan sangat memalukan dan mungkin tergolong menjijikkan. Kita pernah bertindak ceroboh dan memilih hal konyol yang akhirnya mencelakai kita. Kita pernah melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. Mungkin sempat terpikir di benak kita, bahwa sudah terlambat bagi kita untuk memperbaiki semua yang rusak yang telah terjadi di masa lalu. Mungkin orang lain telah memasang stigma “hitam” atas diri kita. Mungkin sebuah julukan buruk telah mereka gantungkan di leher kita. Lalu dengan mengingat semuanya itu, kecewalah kita dan harapan kita pun meleleh bak lilin yang terbakar.

Kita lupa, bahwa terlepas dari segala perlakuan dan pandangan dunia atas segala kegagalan kita, ada satu kasih yang tak terbatas yang sepanjang hari berdiri menunggu di depan pintu hati kita. Jari jemari-Nya tak lelah mengetok pintu itu. Dia menanti dengan kesabaran yang tak terukur namun disertai kerinduan yang besar. Dialah Yesus Kristus. Dialah Tuhan yang pernah berkata kepada jemaat di Laodikia:

“Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan mebukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Wahyu 3:19).

Cobalah diam sebentar. Dengarkan suara-Nya. Dia tepat berada di depan pintu hatimu. Suara ketokan-Nya semakin keras. Suara lembut-Nya memanggil namamu berkali-kali. Pergilah temui Dia.

Perjumpaanmu dengan-Nya akan mengubah segalanya.

Baca Juga:

Melihat Jelas Batas Antara Hidup dan Mati, Ini Kisahku Menjadi Perawat di Masa Pandemi Covid-19

Aku bertugas di ICU. Bersama timku kami merawat pasien-pasien yang terindikasi COVID-19. Pandemi virus corona ini hadir secara nyata di tengah kita, namun kita pun yakin bahwa Tuhan turut berkarya di tengah-tengah pandemi ini.

Bagikan Konten Ini
4 replies
  1. jane
    jane says:

    Terberkati trima kasih untuk pengalamnnya. hampir sama dengan saya terkadang saya sendiri lupa kepada Tuhan jika diperhadapkan dengan masalah yang menurut kita tidak sanggup untuk diatasi tapi kasih Tuhan memang nyata dan tepat indah pada Waktunya . Tuhan memberkati kita

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *