Doa Minta Dikuatkan, Tapi Kok Semakin Banyak Masalah?

Oleh Paramytha Magdalena, Surabaya

Hari itu aku masuk kerja seperti biasanya. Berangkat pagi dan selalu membuka pintu ruangan lebih dulu. Setelah aku tiba, datanglah salah seorang teman kerjaku. Dia tiba-tiba bersuara sambil berjalan ke arah meja kerjanya.

“Gusti, tolong kuatkan hamba-Mu ini dari semua masalah! Bu Myth, piye iki kerjaanku akeh banget. Doa njaluk kuat kok malah tambah akeh masalah. Huhu..”, kata temanku ini sambil merengek. Dia bilang pekerjaannya terlalu banyak. Sudah doa minta supaya Tuhan kuatkan, eh malah masalahnya tambah banyak.

Aku pun menjawabnya dengan candaan: “Bu dirimu njaluk kuat kan. Yo bener diparingi Gusti masalah sama tantanganlah. Kan biar tambah kuat bu. Makin banyak tantangan makin bakoh bu. Haha.” Bu kamu kan minta kuat. Ya betul diberi Tuhan masalah dan tantangan. Kan biar tambah kuat bu. Makin banyak tantangan makin kuat bu.

Temanku lalu terdiam sejenak, kemudian dia merespons, “Oalah iyaa ya bu. Wis aku ndak mau doa minta kuat lagi”.

Aku pun tertawa mendengar kata-katanya itu. Tapi, kata-kata itu malah menjadi bahan perenunganku sepanjang hari itu, bahkan sampai hari ini. Baik sadar maupun tidak, berdoa minta dikuatkan dari semua masalah hidup yang ada, nyatanya selalu menjadi kalimat pamungkas yang tidak akan aku lupakan ketika berdoa.

Mendoakan itu tidaklah salah, tapi dari perenunganku aku merasa motivasiku berdolah yang tidak benar. Selama ini, aku berdoa minta dikuatkan agar bisa menghadapi setiap masalah yang datang. Tapi, sejatinya di balik kata “dikuatkan” itu ada hal terselubung. Alih-alih minta supaya aku tekun menjalani proses, aku berharap ingin cepat-cepat masalah itu selesai, atau setidaknya berkurang, supaya aku bisa hidup bebas dan tidak ada beban tanggungan lagi. Aku ingin proses yang instan, proses yang durasi dan situasinya sesuai dengan kehendakku.

Namun pertanyaannya, apakah saat berdoa meminta dikuatkan, Tuhan secara otomatis begitu saja membuatku kuat dalam menghadapi semuanya?

Melalui pengalaman hidup, aku menyadari Dia membentuk, memproses, menempa, hingga akhirnya itu semua dipakai-Nya untuk menguatkanku. Meminta dikuatkan nyatanya bukan tentang dengan cepat menjadi kuat dan hebat dalam menyelesaikan masalah. Pergumulan hidup tetap ada, bahkan akan selalu ada.

Lalu apakah aku harus berhenti saja berdoa untuk minta dikuatkan? Sejujurnya ini juga pernah terlintas di pikiranku bahkan pernah kucoba, hehe.. Tapi tetap sama saja hasilnya. Masalah hidup tetap datang terus, bahkan lebih berat. Yang namanya masalah memang tidak pandang bulu; tua muda, kaya, miskin, orang percaya maupun tidak, semuanya pasti mengalami. Yang membedakan adalah respons masing-masing kita ketika menghadapinya.

Dari perenunganku tentang “doa meminta dikuatkan,” aku belajar melihat dengan cara pandang baru tentang sebuah doa. Meminta-Nya untuk menguatkanku adalah tentang bagaimana aku belajar merelakan diri diproses, dibentuk melalui apa yang Dia izinkan terjadi. Meminta dikuatkan juga bertujuan agar aku terus mengimani bahwa kekuatan-Nya yang tak terbatas itu selalu tersedia buatku saat aku mencari dan berada di hadirat-Nya. Aku bersyukur Dia menegur dan mengingatkanku tentang hal ini.

Meski mungkin saat aku berdoa minta dikuatkan akan ada pergumulan-pergumulan lain yang lebih berat yang menghampiriku, aku belajar untuk tidak takut mengucapkan doa tersebut. Tuhan tahu isi hatiku dan Dia tahu cara terbaik untuk membentuk dan menguatkanku. Selain mempercayai bahwa Tuhan akan menguatkanku, ternyata aku pun harus tetap kuat dan teguh didalam-Nya.

“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, jangan takut dan jangan gemetar” (Ulangan 31:16a)

Aku belajar tentang sesuatu yang baru: untuk menjadi pribadi yang kuat tidak hanya diperlukan campur tangan dari pihak Tuhan saja, namun kita pun harus turut serta terlibat dalam proses pembentukan-Nya.

Baca Juga:

3 Kebenaran tentang Ketaatan yang Mengubahku

Apakah aku taat karena aku mengasihi Tuhan? Atau aku taat karena aku menyukai kegiatan-kegiatan yang kulakukan dalam ketaatanku?

Yuk temukan 3 hal tentang ketaatan yang benar di hadapan Tuhan dalam artikel ini.

Bagikan Konten Ini
8 replies
  1. Jemina Manalu
    Jemina Manalu says:

    Amin. Terimakasih kak.
    Tapi maaf mau beri sedikit saran kak, alamat surat yang benar itu Ulangan 31:6a.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *