Kita Ini Debu

Minggu, 9 Februari 2020

Kita Ini Debu

Baca: Mazmur 103:8-14

103:8 TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.

103:9 Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam.

103:10 Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,

103:11 tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia;

103:12 sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.

103:13 Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.

103:14 Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.

Dia ingat, bahwa kita ini debu.—Mazmur 103:14

Kita Ini Debu

Seorang ayah muda terlihat mulai kehilangan kesabarannya. “Es krim! Es krim!” jerit anak balitanya. Kegaduhan di tengah mal yang ramai itu mulai menarik perhatian pengunjung lain di sekitarnya. “Ya nanti, kita cari keperluan Mama dulu ya, oke?” bujuk sang ayah. “Tidaaaak! Es krim!” Kemudian seseorang menghampiri mereka: wanita bertubuh mungil, berpakaian bagus dengan sepatu yang serasi dengan tas tangannya. “Ia sedang meluapkan emosi,” si ayah menjelaskan. Wanita itu tersenyum dan menjawab, “Sebenarnya, emosilah yang menguasai anakmu. Jangan lupa, ia masih kecil. Yang ia butuhkan adalah kamu tetap sabar dan berada di dekatnya.” Situasi tersebut tidak serta-merta berhasil diatasi, tetapi kehadiran wanita itu menjadi semacam jeda yang dibutuhkan oleh si ayah dan anaknya saat itu.

Perkataan bijak wanita itu menggemakan kata-kata yang tertulis dalam Mazmur 103. Daud menulis tentang Allah kita yang “penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (ay.8). Ia kemudian melanjutkan dengan memberi gambaran tentang ayah duniawi yang “sayang kepada anak-anaknya,” dan bahkan terlebih lagi “Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (ay.13). Allah Bapa kita “tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu” (ay.14). Dia tahu kita lemah dan rapuh.

Kita sering gagal dan merasa kewalahan menghadapi segala sesuatu yang dilontarkan dunia ini ke arah kita. Namun, alangkah luar biasanya kepastian yang kita pegang, yakni mengenal kasih Bapa kita yang sabar dan selalu hadir dengan berlimpah ruah.—John Blase

WAWASAN
“TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (Mazmur 103:8) merupakan penggambaran Allah seperti yang ditunjukkan kepada Musa di atas Gunung Sinai (Keluaran 34:6-7). Kasih Allah (hesed dalam bahasa Ibrani) dalam kitab Mazmur sering kali dipasangkan dengan kata kesetiaan (lihat Mamzur 100:5), tetapi Mazmur 103 menghubungkan kasih Allah dengan rasa sayang (ay.8,13). Pemazmur menegaskan bahwa murka Allah bukanlah murka yang penuh dendam, tetapi berhubungan dengan keinginan-Nya agar umat manusia memperoleh pengampunan, kesembuhan, sukacita, dan kepuasan di dalam Dia (ay.3-5).—Monica Brands

Pernahkah kamu merasa jengkel seperti anak kecil dalam cerita di atas? Bagaimana Allah Bapa merespons sikapmu saat itu?

Ya Allah, terima kasih Engkau sudah menjadi Bapa kami yang sabar dan selalu hadir, yang mengingat siapa diri kami di hadapan-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 6-7; Matius 25:1-30

Handlettering oleh Dinda Sopamena

Bagikan Konten Ini
11 replies
  1. wahyu puspitasari
    wahyu puspitasari says:

    Saya minta tolong sebelumnya untuk kolom komentar saya disembunyikan karena saya tidak mau cari masalah lagi saya capek.

  2. Vicky Nainggolan
    Vicky Nainggolan says:

    jujur saya sering kali tidak sabar menghadapi situasi tertentu. saya sering merasa dititik terendah. kalah dr org2. saya kerap kali merasa kesal dan marah kpd mama saya, yg skrg dalam kondisi sakit stroke. saya selalu menyesali setiap kali saya melontarkan kemarahan saya. saya menangis, tp saya ulangi lagi. maafkan aku Tuhan 😢😢😢😢

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *