Pemburu Badai
Jumat, 17 Januari 2020
Baca: Mazmur 107:23-32
107:23 Ada orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal, yang melakukan perdagangan di lautan luas;
107:24 mereka melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di tempat yang dalam.
107:25 Ia berfirman, maka dibangkitkan-Nya angin badai yang meninggikan gelombang-gelombangnya.
107:26 Mereka naik sampai ke langit dan turun ke samudera raya, jiwa mereka hancur karena celaka;
107:27 mereka pusing dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan akal.
107:28 Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkan-Nya mereka dari kecemasan mereka,
107:29 dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang.
107:30 Mereka bersukacita, sebab semuanya reda, dan dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka.
107:31 Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia.
107:32 Biarlah mereka meninggikan Dia dalam jemaat umat itu, dan memuji-muji Dia dalam majelis para tua-tua.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang. —Mazmur 107:29
“Memburu tornado,” ujar Warren Faidley, “sering kali terasa seperti permainan catur tiga dimensi raksasa yang dimainkan di bidang yang luasnya ribuan kilometer persegi.” Wartawan foto dan pemburu badai itu menambahkan: “Berada di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, merupakan perpaduan dari ramalan cuaca dan navigasi, sementara kita berusaha menghindari hantaman segala macam benda, mulai dari butiran hujan es sebesar bola sofbol, badai debu, dan perangkat pertanian yang beterbangan.”
Penjelasan Faidley membuat telapak tangan saya berkeringat dan jantung saya berdebar kencang. Meski kagum pada keberanian dan kegigihan mereka yang memburu badai demi ilmu pengetahuan, saya sendiri tidak akan berani terjun ke tengah kondisi cuaca ekstrem yang dapat berakibat fatal itu.
Namun, menurut pengalaman saya, badai kehidupan tidak perlu dikejar—karena justru badai itulah yang mengejar saya. Pengalaman itu tecermin dalam Mazmur 107 yang menggambarkan para pelaut yang sedang terjebak badai. Mereka dikejar-kejar oleh akibat dari pilihan mereka yang salah, tetapi pemazmur berkata, “Maka berseru-serulah mereka kepada Tuhan dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang. Mereka bersukacita, sebab semuanya reda” (Mzm. 107:28-30).
Entah badai hidup yang kita hadapi merupakan akibat perbuatan kita sendiri atau dampak dari dunia yang berdosa, Allah Bapa kita jauh lebih besar. Ketika badai melanda hidup kita, hanya Dia yang mampu menenangkannya—dan juga meneduhkan hati kita.—Bill Crowder
WAWASAN
Penulis Mazmur 107 tidak diketahui. Banyak ahli percaya bahwa mazmur ini ditulis setelah sebagian orang Yahudi kembali ke Israel sesudah tujuh puluh tahun pembuangan mereka di Babel. Mazmur ini menyebutkan empat jenis orang yang sedang dalam kesukaran dan bagaimana Allah menyelamatkan mereka. Mereka adalah pengembara di padang belantara (ay.4-9), orang-orang yang dikurung (ay.10-16), mereka yang sakit (ay.17-22), dan mereka yang sedang dalam bahaya (ay.23-32). Dalam setiap bagian kita menemukan refrain berikut: “Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nya mereka dari kecemasan mereka” (ay.6,13,19,28). Dan setiap kali, setelah Allah menyelamatkan mereka karena rahmat-Nya, orang-orang tersebut didorong untuk bersyukur: “Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia” (ay.8,15,21,31). —Alyson Kieda
Saat dalam kesulitan, ke manakah kamu mencari pertolongan? Bagaimana kamu mempercayai Bapa Surgawi, yang lebih besar daripada badai yang kamu hadapi?
Terima kasih, Bapa, karena Engkau bersamaku dalam setiap pergumulan dan kuasa-Mu lebih besar daripada segala badai dalam hidupku.
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 41-42; Matius 12:1-23
Handlettering oleh Febronia
terima kasih atas renungannya GBU
.AmiN.
amin
Tuhan mengizinkan badai hidup terjadi dalam kehidupan setiap orang percaya untuk memberikan pilihan kepada mereka, terhanyut dalam dan semakin tenggelam, atau percaya Tuhan akan mengatasinya dan mengucap syukur akan hal itu? terpujilah Tuhan yg memampukan kita sampai hari ini..Amin
Bila topan kras melanda hidupmu, jangan putus asa dan letih lesu. Sebab Allah tak pernah menjanjikan hidup tanpa badai tapi Ia berjanji akan menyertai kita apapun kondisi yang kita alami
Ajar kami ya Tuhan Terpujilah nama Tuhan skarang dan sampai slamaNya. Amin
🖤
Allah berkuasa melakukan segala perkara. Amin.😇
amin Tuhan
Aammenn😇
Amin…Tuhan memberkati!
Terima kasih Yesus, Engkaulah pelepas badai hidupku
😇😇😇😇
Amin.. ketika aku sedang menghadapi masalah atau kesulitan, aku percaya bahwa Tuhan sanggup menolong aku dan kuasa Tuhan emang jauh lebih besar dari berbagai masalah 🙂
terimakasih Tuhan, Amin
Badai kehidupan silih berganti …Namun tetap PERCAYA …..berserah diri pada BAPA diSurga semuanya pasti berlalu…AMIN…
haleluyah amin
Amin
Terima kasih untuk penulis renungan pagi ini
Tuhan Yesus Memberkatimu 🙂
Badai Pasti Berlalu
Tuhan Yesus Baik 🙂
Immanuel
Renungan yg sangat nyata baru saja terjadi dalam kehiduoan saya. Mari sama-sama berjuang untuk terus bergantung dan berjalan bersama Tuhan🙏
Allah Bapa, yg sanggup melakukan perkara besar dlm hidupku saat aku lemah. Tuhan Yesus Baik hari ini, maupun kemarin, esok dan sampai selama lama nya. 🙏😇
Amin Tuhan Yesus baik dan dasyat.
Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan
badai kn berlalu mentari kan berSinarr..Masih ada Tuhan yg jauh lebih besar dari segalanya
Amin. Puji Tuhan
Amin😇
God bless us all😇🙏