Hidup Senantiasa Penuh Pujian
Minggu, 12 Januari 2020
Baca: Mazmur 146
146:1 Haleluya! Pujilah TUHAN, hai jiwaku!
146:2 Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.
146:3 Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan.
146:4 Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya.
146:5 Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya:
146:6 Dia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya; yang tetap setia untuk selama-lamanya,
146:7 yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung,
146:8 TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar.
146:9 TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya.
146:10 TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya!
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. —Mazmur 146:2
Ibunda Wallace Stegner meninggal dunia di usia lima puluh tahun. Ketika Wallace berusia delapan puluh tahun, barulah ia menulis pesan untuk ibunya. Di dalamnya, ia memuji kebajikan ibunya yang tumbuh, menikah, dan membesarkan dua anak lelaki pada masa-masa awal terbukanya daerah Barat Amerika yang liar dan keras. Sang ibu adalah istri dan ibu yang selalu memberi semangat, bahkan kepada mereka yang tidak diperhitungkan. Wallace teringat pada kekuatan yang ditunjukkan sang ibu melalui suaranya. Ia menulis: “Ibu, kau tidak pernah melewatkan kesempatan untuk bernyanyi.” Sepanjang hidupnya, ibunda Stegner selalu bernyanyi, dalam ungkapan syukur atas berkat-berkat besar maupun kecil yang diterimanya.
Pemazmur juga tidak pernah melewatkan kesempatan untuk bernyanyi. Ia bernyanyi tidak hanya ketika keadaan baik-baik saja, tetapi juga dalam keadaan yang sulit. Nyanyiannya tidak dipaksakan, melainkan mengalir begitu saja sebagai respons alami kepada Pribadi “yang menjadikan langit dan bumi” (146:6), saat melihat bagaimana Dia “memberi roti kepada orang-orang yang lapar” (ay.7) dan “membuka mata orang-orang buta” (ay.8) dan menegakkan kembali “anak yatim dan janda” (ay.9). Inilah yang dinamakan gaya hidup yang senantiasa penuh pujian, yang dari hari ke hari semakin dikuatkan oleh kepercayaan kepada “Allah Yakub” yang “tetap setia untuk selama-lamanya” (ay.5-6).
Yang menjadi soal bukanlah suara kita bagus atau tidak, tetapi bagaimana kita merespons kebaikan Allah yang tak berkesudahan dengan memiliki gaya hidup yang senantiasa penuh pujian, seperti yang diungkapkan sebuah himne, “Ada kidung dalam hatiku!”—John Blase
WAWASAN
Mazmur 146 tidak memiliki superskrip, artinya kita tidak memiliki informasi mengenai identitas sang penulis maupun keadaan yang mempengaruhi penulisan lagu tersebut. Namun, kita mengetahui bagaimana komunitas keagamaan memandang Mazmur 146. Banyak ahli percaya bahwa Mazmur 1 sengaja ditulis untuk membuka kitab Mazmur, sementara Mazmur 145-150 adalah lagu-lagu pujian yang dipilih untuk menutup buku nyanyian pujian Ibrani tersebut. Puji-pujian yang terkandung dalam bagian penutup ini disebut sebagai “haleluya yang tiada akhir” oleh seorang penulis. The Bible Knowledge Commentary setuju dengan pandangan ini, dengan menyatakan bahwa lagu-lagu ini adalah “doksologi agung bagi keseluruhan koleksi mazmur, karena puji-pujian memainkan peran yang lebih besar dalam Mazmur 145-150 dibandingkan dalam kebanyakan mazmur yang lain. Kata ‘praise’ (diterjemahkan oleh LAI sebagai ‘pujilah’/’haleluya’) muncul sebanyak 46 kali dalam keenam mazmur ini.” —Bill Crowder
Bagaimana kamu bisa menjadikan puji-pujian kepada Allah sebagai bagian yang tetap dalam hidupmu sehari-hari?
Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, bila kurenungkan, alangkah luar biasanya pemeliharaan dan perlindungan-Mu atasku. Kiranya hidupku menjadi lagu pujian yang terus mengalun untuk-Mu seumur hidupku.
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 29-30; Matius 9:1-17
Handlettering oleh Catherine Tedjasaputra
.AmiN.
Amin
Amien. AQ mau memuji Mu Yesus. di Setiap hari ku
Amin
Tuhan Yesus memberkati kita semua
amin
amin
Amin
Amin…Tuhan memberkati!
Amin
amin
Ajar kami ya Tuhan. Terpujilah nama Tuhan skarang dan sampai slamaNya. Amin
amin
Aminn😇
amin
Amin..
Amin…
aminnnnn.. halleluya puji tuhan
Haleluya. Puji Tuhan
Senantiasa berada dalam hadirat Tuhan doa secara pribadi mau pun bersama-sama saudara seiman didalam persekutuan doa dan kebaktian. 🙏😘😇😇😇🛐
karena di dalam Tuhan kita akan terus bernyanyi dan bersukacita apapun keadaan kita…Hallaluya Terpujilah Engkau Tuhan