Masihkah Ada Harapan?

Minggu, 1 Desember 2019

Masihkah Ada Harapan?

Baca: Roma 8:31-39

8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?

8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?

8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?

8:36 Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.”

8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,

8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? —Roma 8:31

Masihkah Ada Harapan?

Edward Payson (1783-1827) pernah menjalani hidup yang sangat sulit. Kematian adik laki-lakinya membuatnya sangat terguncang. Ia bergumul dengan gangguan bipolar dan kerap didera sakit kepala migren yang parah selama berhari-hari. Tidak hanya itu, ia pernah jatuh dari kuda dan melumpuhkan tangannya, serta hampir mati karena tuberkulosa! Yang mengherankan, semua itu tidak membuatnya putus asa atau patah semangat. Teman-temannya mengatakan bahwa sebelum Edward meninggal dunia, sukacitanya justru begitu besar. Bagaimana mungkin?

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menyatakan kepercayaannya yang penuh kepada kebenaran kasih Allah yang tidak tergantung pada situasi. Dengan berani ia bertanya, “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (Rm. 8:31). Jika Allah telah memberikan Yesus, Anak-Nya yang tunggal, untuk menyelamatkan kita, maka Dia pasti akan menyediakan segala yang kita butuhkan untuk menyelesaikan hidup ini dengan baik. Paulus mencantumkan tujuh situasi berat yang dialaminya sendiri: penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, dan pedang (ay.35). Ia tidak bermaksud mengatakan bahwa kasih Kristus akan mencegah terjadinya hal-hal buruk. Namun, Paulus berkata bahwa “dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita” (ay.37).

Di dalam dunia yang serba tak menentu ini, Allah dapat sepenuhnya dipercaya, karena kita tahu bahwa sama sekali tidak ada yang “dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (ay.39).—Estera Pirosca Escobar

WAWASAN
Dalam Roma 8, ada tiga hal penting yang memberikan kepastian dan pengharapan kepada anak-anak Allah. Ayat 1-4 mengingatkan kita bahwa “sekarang tidak ada penghukuman” bagi orang yang percaya kepada Kristus. Penegasan ini memberi kita keyakinan bahwa di dalam Kristus kita telah dibawa ke dalam hubungan yang benar dengan Allah dan aman dari penghakiman karena dosa-dosa kita. Sebagian besar isi pasal ini (ay.5-27) menegaskan peran Roh Kudus dalam memberdayakan kita untuk mengamalkan iman kita. Bagian terakhirnya (ay.28-39) meyakinkan kita bahwa kasih Allah kepada kita takkan pernah mati atau berkurang. Setelah tujuh pasal yang membicarakan kegagalan-kegagalan kita dan kebutuhan kita akan seorang Juruselamat, pasal 8 merekomendasikan keyakinan rohani kepada Kristus. Perlindungan-Nya, Roh-Nya, dan kasih-Nya telah datang kepada kita lewat salib, mengingatkan kita bahwa kita dikasihi dan dipelihara oleh Bapa. —Bill Crowder

Saat menghadapi situasi yang membuat putus asa, bagaimana biasanya respons kamu? Janji Allah apa yang bisa kamu pegang karena tahu Dia akan memenuhinya?

Bapa surgawi yang setia, terima kasih untuk kasih-Mu kepadaku. Terima kasih untuk pengorbanan Anak-Mu yang memberikanku hidup kekal. Terima kasih karena aku bisa mempercayai janji-janji-Mu sekalipun saat ini hidup mungkin terasa suram.

Bacaan Alkitab Setahun: Bacaan alkitab setahunYehezkiel 40-41; 2 Petrus 3

Handlettering oleh Marcella Liem

Bagikan Konten Ini
17 replies
  1. heningchia
    heningchia says:

    hidup sebagai mahasiswa tahun akhir sungguh melelahkan, terkadang jenuh dengan TA yg tak kunjung selesai. putus asa? pasti. namun kembali diingatkan bahwa Allah selalu besertaku dalam situasi apapun. terimakasih utk penguatannya

  2. Kristin S Silaban
    Kristin S Silaban says:

    Walau sepuluh ribu rebah di kananku takkan ku goyah sbab Yesus sertaku. Tidak ada keputusasaan jika hidup di dalam Dia.

  3. Ega_Silvani
    Ega_Silvani says:

    amin, saya percaya lawatan Tuhan dalam hidup saya tidak akan pernah terlambat. ketika hidup saya diposisi paling terbawah dan terhancur sekalipun. Tuhan akan selalu beserta saya dan akan selalu berjalan bersama saya. 😇😇

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *