Sahabat Sejati

Rabu, 13 November 2019

Sahabat Sejati

Baca: 1 Samuel 18:1-4; 19:1-6

18:1 Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.

18:2 Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya.

18:3 Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri.

18:4 Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.

19:1 Saul mengatakan kepada Yonatan, anaknya, dan kepada semua pegawainya, bahwa Daud harus dibunuh. Tetapi Yonatan, anak Saul, sangat suka kepada Daud,

19:2 sehingga Yonatan memberitahukan kepada Daud: “Ayahku Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana.

19:3 Aku akan keluar dan berdiri di sisi ayahku di padang tempatmu itu. Maka aku akan berbicara dengan ayahku perihalmu; aku akan melihat bagaimana keadaannya, lalu memberitahukannya kepadamu.”

19:4 Lalu Yonatan mengatakan yang baik tentang Daud kepada Saul, ayahnya, katanya: “Janganlah raja berbuat dosa terhadap Daud, hambanya, sebab ia tidak berbuat dosa terhadapmu; bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu!

19:5 Ia telah mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu, dan TUHAN telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel. Engkau sudah melihatnya dan bersukacita karenanya. Mengapa engkau hendak berbuat dosa terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membunuh Daud tanpa alasan?”

19:6 Saul mendengarkan perkataan Yonatan dan Saul bersumpah: “Demi TUHAN yang hidup, ia tidak akan dibunuh.”

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu. —Amsal 17:17

Sahabat Sejati

Saat duduk di bangku SMA, saya punya seorang teman yang “kadang-kadang berteman.” Kami “berteman baik” di gereja dan beberapa kali menikmati waktu bersama di luar sekolah. Namun, di sekolah, lain lagi ceritanya. Kalau kebetulan bertemu saya saat ia sedang sendirian, ia akan menyapa; tetapi hanya ketika tidak ada orang lain di sekitarnya. Menyadari hal itu, saya jarang berusaha menarik perhatiannya saat berada di lingkungan sekolah. Saya mengerti batas pertemanan kami.

Kita mungkin pernah mengalami sakitnya dikecewakan oleh hubungan pertemanan yang bertepuk sebelah tangan dan tidak seimbang. Namun, ada jenis persahabatan lain yang jauh melampaui segala batasan. Itulah persahabatan dengan mereka yang sehati dan sejiwa dengan kita, yang mau berkomitmen berbagi hidup dengan kita.

Daud dan Yonatan adalah sahabat seperti itu. Jiwa Yonatan “berpadu” dengan jiwa Daud dan ia mengasihinya “seperti dirinya sendiri” (1Sam. 18:1-3). Meskipun Yonatan adalah pewaris takhta kerajaan setelah ayahnya, Saul, ia tetap setia kepada Daud, pengganti yang dipilih Allah. Yonatan bahkan menolong Daud mengelak dari dua rencana Saul untuk membunuhnya (19:1-6; 20:1-42).

Di hadapan berbagai tantangan, Yonatan dan Daud tetap bersahabat—seperti kebenaran yang terdapat dalam Amsal 17:17, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu.” Persahabatan sejati mereka memberikan gambaran sekilas tentang hubungan yang penuh kasih antara Allah dan kita (Yoh. 3:16; 15:15). Melalui persahabatan yang mereka miliki, kita pun semakin memahami kasih Allah. —Alyson Kieda

WAWASAN
Daud dan Yonatan menjalin persahabatan yang luar biasa. Dua kali dalam nas hari ini dikatakan bahwa Yonatan “mengasihi dia [Daud] seperti jiwanya sendiri” (1 Samuel 18:1,3). Yonatan mengasihi Daud walaupun Raja Saul, ayahnya sendiri, membenci Daud. Yonatan mengutamakan kepentingan Daud meskipun hal itu membahayakan kesatuan keluarga dan kemungkinan ia sendiri bisa celaka. Hubungan ini tampak dalam Perjanjian Baru lewat perintah untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri (Matius 19:19). —J.R. Hudberg

Siapa yang kamu anggap sebagai sahabat sejati? Mengapa? Bagaimana mengetahui bahwa Allah adalah sahabat kita yang sejati membuatmu merasa terhibur?

Bapa Surgawi, kami rindu memiliki sahabat yang baik. Kiranya Engkau membukakan kesempatan bagi kami untuk menjalin persahabatan yang sejati, abadi, dan berpusat pada Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: Ratapan 1-2; Ibrani 10:1-18

Bagikan Konten Ini
17 replies
  1. Erlin Walangara
    Erlin Walangara says:

    saya ingin bertanya …bagaimana bila kita sering punya banyak teman….bisa bergaul…tapi sampai sekarang blum mnemukan yg namanya ahabat seperti daud dan Yonatan??

  2. christine magdalena
    christine magdalena says:

    selamat pagi.. renungan ini mengingatkan tentang persahabatan aku dan sahabat dari umur 5 th bernama ersa.. kita saling menyayangi seperti Daud dan Yonathan.. terimakasih Warung Sate Kamu 😇

  3. Thomas
    Thomas says:

    Kebanyakkan teman bisa menjadi sahabat ketika dalam suasana senang & saling menguntungkan, namun ketika di saat susah, jangankan menjadi sahabat, teman pun menjauh.

    Jadi janganlah bergantung pada manusia, melainkan bergantungan pada Allah.

    Karena Allah tidak pernah mengecewakan, dan yang dapat mengubahkan hati seseorang adalah Roh Kudus, biarkan kuasa Allah bekerja pada diri kita dan sesama.

    Ketika sedang susah dan sahabat maupun teman menjauh, berdoalah & percayalah, Allah akan membuat hatimu menjadi tenang, tentram dan damai dalam menghadapi kesulitanmu.

  4. Gatot Kusumo Wijoyo
    Gatot Kusumo Wijoyo says:

    justru Tuhan sediakan sahabat sejati bukan yg seiman…, saya belum menemukan yg seiman seperti yonatan.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *