Ke Mana Matamu Tertuju?

Hari ke-17 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini

Baca: Filipi 3:12-14

3:12 Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.

3:13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,

3:14 dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

“Ingin jadi apa kamu ketika dewasa nanti?”

Pertanyaan itu selalu mengusikku selama ini. Semasa remaja, aku terus menantikan saatnya menjadi “orang dewasa”. Namun, ternyata jalanku masih panjang.

Sampai sekarang, aku belum menjadi wanita sempurna seperti yang kuangankan. Aku belum “sampai di sana”, bahkan masih jauh. Aku masih terluka, rapuh, berdosa, dan sangat memerlukan anugerah. Hingga saat ini, aku tengah dalam perjalanan ke sana.

Namun, Paulus pun tidak menganggap dirinya sudah memenuhi standar Kristen yang ideal, mencapai kedewasaan. Dari situ aku mendapat penghiburan. Sebaliknya, Paulus mengajak kita untuk “melupakan apa yang telah di belakangku” (ayat 13) dan mengarahkan mata kepada tujuan yang Allah taruh di hadapan kita—kekekalan yang mulia bersama dengan Yesus.

Barangkali kita penuh dengan goresan luka-luka akibat kesalahan masa lalu, terbeban oleh tuntutan masa kini, dan khawatir memikirkan masa depan yang masih misteri. Namun, nasihat Paulus menantang kita untuk memperluas pandangan dan menerapkan pola pikir surgawi.

Dua tahun lalu, aku kehilangan pekerjaan. Pengalaman itu membuyarkan gambaran idealku tentang “kesuksesan” hidup orang dewasa. Lewat peristiwa pahit itu, aku sadar bahwa identitasku terletak pada apa yang kuperbuat, bukan siapa diriku.

Paulus tentu juga merasakan kegalauan manusiawi kita. Namun, ia tahu bahwa pertumbuhan sejati hanya bisa diraih dengan meninggalkan masa lalu dan melangkah menuju masa depan. Sesungguhnya, yang dapat memberi kita kebebasan untuk meninggalkan masa lalu dan bertumbuh dewasa sebagai warga Kerajaan Surga (ayat 20) adalah mengenal Yesus—serta berkat-Nya dalam kehidupan ini sekaligus kehidupan yang akan datang.

Aku tidak tahu rintangan apa yang kamu hadapi sepanjang perlombaan imanmu menuju garis akhir. Mungkin kamu pernah mengambil keputusan keliru dalam berpacaran; atau sepertiku, barangkali pekerjaan impianmu tak berjalan sesuai rencana; barangkali kamu juga mencari “tempat yang tepat” bagi jati dirimu di tengah kehidupan yang serba online saat ini.

Namun, satu hal yang pasti: apapun kesalahan masa lalu atau kecemasan kita masa kini, Allah mengasihi kita. Dia ingin kita mengenal-Nya. Allah tak selalu menyingkirkan pergumulan kita, sebab mengenal Kristus berarti juga turut mengambil bagian dalam penderitaan, kematian, dan kuasa kebangkitan-Nya (Filipi 3:10-11). Jadi, kita harus bergumul dan mengalami kesukaran. Namun, semua itu membantu kita bertumbuh menjadi yang Allah kehendaki.

Bila kamu rindu mengenal Kristus seperti halnya Paulus, berpalinglah dari pergumulan yang sementara, dan arahkanlah matamu kepada Dia yang telah menang atas segala perkara. Pada akhir pergumulan kita nanti, kekekalan yang indah sudah menanti. Di sana, kita akan bersama-sama dengan Allah yang mengenal dan mengasihi kita lebih dari siapapun. Kiranya fakta ini menguatkan kita. Kejarlah tujuan itu.

Saat melihat kembali perjalanan imanku, ada banyak kekecewaan dan hambatan yang mengintai, tetapi ternyata rencana Allah bagi hidupku jauh lebih baik daripada rencanaku sendiri. Yang perlu kulakukan hanyalah percaya kepada-Nya. Mari kita bertekun dengan cara memusatkan pandangan kepada Yesus dan upah besar di surga, bukan pada diri sendiri dan kesulitan kita.—Rachel Moreland, Amerika Serikat

Handlettering oleh Christa Brilian

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Mengetahui bahwa kita tidak akan mencapai kesempurnaan dalam kehidupan yang sekarang, apakah kamu merasa terhibur atau justru putus asa? Mengapa?

2. Masa lalu apa yang perlu kamu tinggalkan? Dengan mengarahkan pandangan pada upah yang kekal dari Allah, bagaimana pengaruhnya?

3. Adakah hambatan yang perlu kamu doakan saat ini?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Rachel Moreland, Amerika Serikat | Ketika Rachel tidak sedang menulis, kamu bisa mendapatinya menikmati secangkir kopi di kafe yang nyaman, merencanakan perjalanannya, dan menikmati hidup dengan suaminya, James.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Bagikan Konten Ini
8 replies
  1. adylaw
    adylaw says:

    ketika saya berpikir untuk mencapai kesempurnaan disitu juga godaan dan tantangan akan semakin kencang kita hadapi. dan seperti itu juga emas di uji keasliannya.
    tetap berpegang teguh lah kepada tuhan ketika jatuh jangan lupa untuk bangkit lagi. kiranya tuhan selalu menyertai kita dan membimbing kita dalam setiap pemikiran, perkataan dan perilaku kita. tuhan memberkati.

  2. Marta
    Marta says:

    Fokus kepada Yesus dan bukan pandangan sendiri. Karna Dia adlh Allah Pengasih yg tak pernah meluputkan kita dr pandanganNya. Dia Tuhan yang tak pernah gagal. Percaya dan tinggallah di dlm Dia. Amin.

  3. Adeliya
    Adeliya says:

    1. Sangat merasa terhibur, karena semua itu terjadi ketika kita tidak bisa melepaskan segala hal dimasa lalu tetapi ketika kita menyerahkan masa lalu kita ke dalam Tuhan, kita akan bertumbuh dan mencapai kehidupan yang sekarang bersama Kristus.
    2. Pilihan-pilihan dimasa lalu yang tidak berkenan bagi Tuhan. kita akan menerima kekekalan, anugrah yang tidak bisa diberikan oleh dunia selain Yesus Kristus.
    3. Ada

  4. Evi Yuni Sintia Sinaga
    Evi Yuni Sintia Sinaga says:

    Menurutku dewasa itu sama halnya dengan lahir kembali. Yang mana bukan hanya karakter kita tapi juga iman percaya. Dan belajar menjadi pribadi yg dewasa sulit memang tapi akhirnya kita tahu bahwa tugas akhir yang dipercayakan pada kita itu adalah tugas mulia yang membawa penyembuhan rohani untuk kita sendiri dan semua umat Tuhan🤍

Trackbacks & Pingbacks

  1. […] Sumber›Ke Mana Matamu Tertuju? […]

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *