Ikut Siapa?

Hari ke-18 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini

Baca: Filipi 3:15-19

3:15 Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu.

3:16 Tetapi baiklah tingkat pengertian yang telah kita capai kita lanjutkan menurut jalan yang telah kita tempuh.

3:17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.

3:18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.

3:19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.

Semasa kuliah, aku beruntung sekali bisa mengenal Paul, seorang senior berusia 40-an di gerejaku. Ia sangat ringan tangan, selalu mau memberi tumpangan, menawarkan tempat untuk menginap, atau melakukan pekerjaan-pekerjaan sepele di gereja, sembari menceritakan Kabar Baik secara halus. Bila dihitung-hitung, ada sembilan orang yang tinggal di rumah tiga kamar miliknya. . . Aku pernah berpikir, “Kalau sudah tua nanti, aku mau hidup seperti Paul.”

Dalam Filipi 3:10-15, Rasul Paulus juga mengajarkan bahwa Yesus tidak ingin kita berpuas diri. Kita harus berjuang untuk mengenal Dia lebih dalam lagi. Lagipula, bila kita tidak tahu seberapa banyak kita perlu bertumbuh, berarti kita belum menjadi orang Kristen yang dewasa. Namun, jangan khawatir. Paulus meyakinkan bahwa hal-hal yang belum jelas “akan dinyatakan Allah juga kepadamu” (ayat 15).

Oleh sebab itu, karena kemurahan Allah, Dia mengirimkan Injil dalam rupa manusia. Dengan firman yang terwujud dalam sosok manusia yang nyata dan hidup, penerapan iman Kristen dapat ditunjukkan sepenuhnya. Demikian juga halnya bagi jemaat Filipi. Mereka telah melihat cara hidup Paulus sekaligus mendengar ajarannya, dan sekarang ia menulis surat yang menasihatkan, “Perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami,” serta meneladaninya.

Banyak orang mengikuti teladan Paulus. Ada Timotius (Filipi 2:19-24) dan Epafroditus (Filipi 2:25-30) misalnya. Kunci pertumbuhan gereja ialah mengikuti teladan orang-orang percaya yang dewasa dan berjuang bagi Yesus.

Tampaknya, semakin kita mengikuti teladan iman seperti mereka, kita pun akan semakin menjadi teladan bagi orang lain! Ibarat siklus yang terus berputar, Injil disampaikan dari generasi ke generasi lewat teladan hidup kita. Paulus meneladani Kristus, jemaat Filipi menyaksikan dan meneladani Paulus, dan kita meneladani mereka hingga menjadi makin serupa Dia.

Alasan yang dikemukakan Paulus mungkin cukup mengejutkan. Kita harus mengikuti teladan yang baik sebab banyak orang di sekitar kita akan menjadi musuh Kristus. Peringatannya sangat menempelak, “Banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus” (ayat 18). Sebagian besar orang di sekitar kita bukan teladan yang baik untuk diikuti, justru sebaliknya. Orang yang dewasa tahu contoh mana yang harus ditiru dan mana yang tidak.

Tidakkah sebutan “seteru salib Kristus” itu terlalu keras? Tampaknya tidak. Karena orang-orang itu mengarahkan pikirannya pada perkara duniawi (ayat 19), mereka sepenuhnya berfokus pada apa yang ada di sini, saat ini. Tujuan hidup mereka semata-mata untuk memuaskan keinginan badani dan bermegah dalam kesenangan yang fana. Mereka tidak memikirkan adanya kekekalan setelah hidup ini berakhir (ayat 19). Bila tidak ada kehidupan lain, maka pengorbanan dan kasih Kristus yang rela mati demi memberikan masa depan kekal sia-sia belaka.

Namun, bagi orang Kristen, tiada yang lebih mulia daripada salib! Tiada yang lebih indah daripada merenungkan betapa Dia telah menjamin kemuliaan kekal bagi kita, dan kita hidup untuk “berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah” (Filipi 3:14).

Syukur kepada Allah, Dia memberi kita banyak teladan yang baik untuk diikuti—orang-orang yang hidup dengan mempertahankan iman. Syukur kepada Allah atas kesempatan untuk menjadi teladan bagi sesama, sebab orang-orang percaya yang lebih muda mengamati cara hidup kita. Allah tidak akan pernah membiarkan gereja-Nya tersesat tanpa teladan, hingga Dia membawa kita pulang ke rumah-Nya.—James Bunyan, Inggris

Handlettering oleh Elizabeth Rachel Soetopo

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Siapa saja teladan iman yang sudah Yesus tempatkan dalam hidupmu? Sampaikanlah terima kasih kepada mereka.

2. Mengetahui bahwa orang Kristen lain melihat cara hidupmu, bagaimana kamu mengevaluasi diri?

3. Perkara duniawi apa yang begitu menarik perhatianmu? Apa yang membuat pikiranmu tidak fokus?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

James Bunyan, Inggris | James tinggal dan bekerja di London, menolong para mahasiswa berjumpa dengan Yesus lewat pembacaan Alkitab. Itu bukanlah pekerjaan yang sulit, sebab Alkitab memang buku yang luar biasa!

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Bagikan Konten Ini
4 replies
  1. Nn
    Nn says:

    Sangat banyak perkara duniawi yg selalu aku fikirkan, aku selalu berpikir apa yg akan terjadi pada ku di masa depan ? Apakah aku akan menjadi seorang teladan bagi orng lain? Atau malah menjadi beban bagi mereka? Aku selalu menuntut banyak pada Tuhan sementara aku tidak berbuat apa apa, aku hanya mengeluh pada apa yg ada pada diriku, dan selalu iri dengan apa yg orang lain dapatkan, tanpa berpikir bahwa berkat Tuhan selalu melimpah bagi ku, aku menyadari bahwa rencana ku dan rencana-Nya tidaklah sama, dan seberapa keras pun aku berpikir aku tak bisa menebaknya, mungkin mulai sekarang aku harus lebih bersyukur dan membuka mataku , bahwa ada rancangan indah yg Tuhan berikan bagi ku

  2. kevin
    kevin says:

    semetiasa kita harus mengucapkan syukur pada tuhan di mulai kita bangun tidur pagi beraktivitas sampai tidur malam hari tetap ucapkan syukur
    mari teman 2 seiman dengar lagu
    ku ada karena anugrah mu
    im here

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *