Berserah dalam Damai Sejahtera Allah
Hari ke-24 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini
Baca: Filipi 4:7
4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Baru-baru ini di gereja kami, seorang wanita memberikan kesaksian tentang pekerjaan Allah dalam kehidupan keluarganya. Ia bercerita mengenai suaminya yang baru saja kehilangan pekerjaannya setelah 11 tahun bekerja di sana. Tentu saja, berita ini sama sekali tidak disangka-sangka oleh keluarganya.
Ia kemudian membacakan Ulangan 2:1-3, yang sempat ia baca pada buku renungannya saat pagi hari sebelum menerima berita tersebut. Dalam bacaan ini, bangsa Israel telah berkelana cukup lama di padang gurun pada saat Allah memerintahkan mereka untuk “berbelok ke utara” (ayat 3). Meskipun ayat ini secara khusus mengisahkan situasi bangsa Israel pada saat itu, ayat ini juga meyakinkan keluarganya bahwa Allah akan menuntun mereka, sebagaimana Ia menuntun bangsa Israel. Mungkin ini adalah saat bagi suaminya untuk “berbelok ke utara”, atau memulai lembaran baru dalam hidupnya setelah bertahun-tahun bekerja di perusahaan yang sama. Dalam situasi yang membuat kebanyakan orang merasa panik, stres, dan khawatir, mereka justru dapat merasakan damai sejahtera.
Kesaksian dari keluarga ini sangat menegur aku. Banyak di antara kita yang percaya bahwa Allah memegang kendali atas hidup kita. Namun kali ini, aku melihat bukti nyata dari sebuah keluarga yang benar-benar menunjukkan aksi nyata akan iman percaya mereka. Berita tersebut seharusnya dapat membuat kepercayaan diri, iman, dan kesabaran mereka goyah. Sebaliknya, hal itu malah membawa mereka pada janji penyertaan Allah! Aku sangat terinspirasi oleh mereka yang tidak larut dalam kekhawatiran dan kecemasan. Mereka memilih untuk tetap tenang dengan bersandar pada Allah yang Maha Menyediakan.
Paulus menuliskan tentang damai sejahtera dalam suratnya kepada Filipi. Ia berkata bahwa damai sejahtera Allah melampaui segala akal (Filipi 4:7). Kita dapat merasakan damai sejahtera bahkan saat terasa mustahil.
Damai sejahtera yang dibicarakan oleh dunia sifatnya bergantung pada situasi yang dihadapi seseorang. Keadaan terbebas dari konflik dan kekerasan, itulah yang disebut dunia sebagai damai sejahtera.
Akan tetapi, damai sejahtera Allah menopang kita dalam segala keadaan. Bahasa Yunani yang digunakan untuk “damai sejahtera” dalam Filipi 4:7, “Eirene”, dapat diartikan sebagai ketenangan pikiran yang muncul dari perdamaian kita dengan Allah. Hal ini membuat aku berpikir bagaimana aku, sebagai anak Allah, diperdamaikan dengan Allah Bapa. Karena hal itulah, aku dapat berdoa dan meminta kepada-Nya. Saat aku melakukannya dengan penuh ucapan syukur, damai sejahtera Allah menuntun hati dan pikiranku (ayat 6-7). Kedekatan dengan Allah inilah yang memperbolehkan aku mengalami damai sejahtera yang sejati dan mendalam, baik dalam keadaan nyaman maupun tidak.
Inilah kebenaran yang aku pegang. Setelah sekian dekade mengalami masalah keluarga yang menguras emosiku, dengan pelayanan gerejaku yang berfokus pada kesatuan dalam Kristus, dan dengan suasana politik di negaraku yang kian hari kian memanas, aku mengingatkan diriku untuk senantiasa berfokus pada Tuhan dan kesetiaan-Nya, bukan pada kondisi di sekitarku.
Sebab aku tahu bahwa satu-satunya cara untuk menghadapi dan melewati rintangan-rintangan hidup adalah dengan bersandar pada damai sejahtera Allah yang akan menuntun hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus (ayat 7). Damai sejahtera Allah meghindarkan kita dari kelumpuhan karena rintangan-rintangan hidup. Bukan berarti kita tidak lagi mengalami kesulitan, akan tetapi damai sejahtera Allah akan membantu kita untuk memfokuskan pandangan kita pada Allah. Ia akan memberikan kita pengharapan dan kesanggupan.
Allah tahu sedari awal kesulitan-kesulitan yang akan kita hadapi, dan Ia telah mempersiapkan kita untuk itu semua. Allah memelihara kita. Ia melindungi dan menjaga kita. Ia mencintai kita. Bahkan di saat kita tergoda untuk meragukan-Nya, kita dapat melihat kesetiaan-Nya pada umat-Nya melalui firman-Nya. Dari sanalah kita dapat mengetahui bahwa Ia sedang bekerja di balik layar. Kita dapat menantikan Tuhan dengan percaya diri dan dalam damai, karena waktu Tuhan selalu yang terbaik.—Quinlyn Jackson, Amerika Serikat
Handlettering oleh Agnes Paulina
Pertanyaan untuk direnungkan
1. Pikirkanlah saat di mana kamu merasa kewalahan dengan perkara hidup akhir-akhir ini. Apakah kamu dapat mereka ulang bagaimana Allah menuntunmu dalam hal itu? Bagaimana hal ini dapat memberanikanmu saat menghadapi kemungkinan pencobaan di masa mendatang?
2. Apakah arti damai sejahtera yang “menuntun hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus”?
3. Pikirkanlah temanmu atau kerabatmu yang sedang mengalami kesusahan. Bagaimana caramu mengenalkan kepadanya kesempurnaan damai sejahtera yang Allah berikan?
Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.
Tentang Penulis:
Quinlyn Jackson, Amerika Serikat | Waktu-waktu Quinlyn dipenuhi oleh makanan enak, teman-teman terkasih, dan suami yang amat dicintainya. Dia menulis untuk menjadikan firman Tuhan lebih mudah dibaca; terkadang dia menemukan jawaban, terkadang dia malah jadi belajar untuk mempercayai Tuhan lewat tulisan-tulisannya.
Amin
😇
Amen
Amin.