Anugerah Menderita Bagi Kristus

Hari ke-6 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi
Baca Konteks Historis Kitab Filipi di sini

Baca: Filipi 1:29-30

1:29 Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,

1:30 dalam pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang sekarang kamu dengar tentang aku.

Kisah Romo Damien selalu menjadi inspirasiku. Beliau berumur 24 tahun ketika berlayar dari kampung halamannya di Belgia untuk melayani orang-orang Hawaii.

Beberapa tahun kemudian di tahun 1873, ada sebuah panggilan bagi sukarelawan untuk melayani penderita kusta di Kalowao. Daerah itu lokasinya terpencil, tiap penduduk asli Hawaii yang menderita kusta akan dikirim ke sana, menghabiskan waktu, hingga akhirnya meninggal.

Tentunya tempat tersebut bukanlah tempat yang nyaman. Romo Damien akan selalu dikelilingi penyakit, dan juga oleh kesedihan dari orang-orang yang keluarganya telah direnggut dari mereka. Singkatnya, ia akan dikelilingi oleh penderitaan.

Meski demikian Romo Damien berkomitmen untuk melayani penduduk Kalowao hingga pada akhirnya, ia pun mengidap penyakit kusta dan meninggal di Hawaii pada usia 49 tahun.

Pelayanan Romo Damien untuk Tuhan di tengah penderitaan yang harus ia tanggung adalah contoh jelas bagi kita mengenai apa artinya menjadi seorang Kristen, dan mengarahkan orang-orang pada sang Juruselamat yang telah menderita bagi kita.

Seperti Romo Damien, kehidupan Rasul Paulus pun tidak asing dengan penderitaan. Ia telah menerima 39 cambukan lima kali, didera tiga kali, dilempari batu, mengalami karam kapal, dan mengalami begitu banyak bahaya dalam perjalanannya, terkadang bahkan dari sesama orang Yahudi (2 Korintus 11:24-29).

Namun tetap saja ia tidak pernah terlihat mengeluh. Bahkan, dalam surat Paulus untuk jemaat Filipi, ia berkata bahwa kita seharusnya menerima kenyataan bahwa setiap kita yang percaya pada Yesus juga akan menderita bagi-Nya—dan kita seharusnya menganggap itu sebuah “anugerah” (ayat 29, BIS). Paulus melanjutkan perkataannya untuk menunjukkan bahwa penderitaannya belum berakhir (ayat 30).

Pada awalnya, perkataan Paulus tidak terlihat menguatkan bagi jemaat Filipi maupun setiap kita yang sedang berada dalam penderitaan.

Ada baiknya bagi kita untuk berhenti sejenak dan menanyakan diri kita pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa gunanya menderita? Mengapa percaya pada Kristus dan penderitaan sangat berkaitan erat?

Pada ayat 30, Paulus berempati dengan penderitaan jemaat Filipi dengan mengingatkan mereka bahwa ia pun menjalani hal yang serupa. Di tengah segala penderitaan yang dialami Paulus, ia mencontohkan pada jemaat Filipi—dan juga pada kita hari ini—kebaikan Allah di tengah semua itu.

Jemaat Filipi mengetahui penderitaan Paulus, dan dapat melihat bagaimana Tuhan memeliharanya di tengah segala pencobaan dan masa-masa sulit yang ia lewati (ayat 19). Mereka juga mengetahui bahwa Paulus menemukan kekuatan untuk menanggung penderitaannya karena ia melihatnya sebagai sebuah cara untuk berpartisipasi dalam penderitaan Yesus dan menjadi semakin serupa dengan-Nya (Filipi 3:10-11). Lalu mereka dapat memperoleh penghiburan bahwa Tuhan akan menopang mereka juga, dan pada akhirnya kesaksian mereka akan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan.

Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa pada suatu saat kita akan menderita. Bagaimana kita akan merespons penderitaan itu ketika saatnya tiba? Mungkin beberapa orang di antara kita telah mengalami penderitaan dalam bentuk tertentu—bagaimana ayat-ayat ini dapat menguatkan kita hari ini?

Harapanku adalah agar seperti Paulus, kita dapat menganggap penderitaan demi Kristus sebagai suatu anugerah. Mari kita menatap pada sumber kekuatan surgawi yang telah menopang Paulus dan jemaat Filipi—Bapa kita di surga. Seperti Paulus dan jemaat Filipi, mari kita berjuang bersama-sama untuk iman dan Injil, melanjutkan pekerjaan warisan kita untuk menuntun orang pada Yesus bahkan di tengah penderitaan.—Caleb Young, Selandia Baru

Handlettering oleh Marcella Leticia Salim

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Apakah kamu sedang mengalami penderitaan? Bagaimana pesan dari bacaan ini dapat menguatkan kamu?

2. Apakah kamu mengenal orang-orang yang pernah atau sedang menderita bagi Kristus? Bagaimana ketekunan mereka menguatkanmu untuk melakukan hal yang sama?

3. Apakah kamu mengenal orang yang sedang mengalami penderitaan? Bagaimana saat teduh hari ini mendorongmu untuk ikut masuk ke dalam penderitaan mereka dan menguatkan mereka?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Caleb Young, Selandia Baru | Caleb adalah penyuka film, makanan, hiburan, dan juga keluarga. Dia ingin semakin menjadi serupa dengan Kristus, dan bersyukur memiliki Juruselamat yang mengasihinya meskipun dia punya banyak kekurangan.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Filipi

Bagikan Konten Ini
4 replies
  1. Suwarto
    Suwarto says:

    Kita harus tetap bersyukur karena dalam keadaan apapun Tuhan Yesus tetap ada untuk kita. Kesulitan dan penderitaan adalah cambuk untuk kita dalam menjalani hidup.

  2. Asnita nababan
    Asnita nababan says:

    Sangat senang rasanya ketika kita boleh berbagi semangat buat teman kita yg sedang mengalani penderitaan. Kadang mereka tak butuh nasehat yg banyak namun butuh di dengarkan dan diberi kata diakhir yaitu semangat mari sama sama percaya bahwa Tuhan akan sellau Sergai kita 😇😇

  3. Julianto jr
    Julianto jr says:

    Iya, itulah yang saya rasakan saat ini.
    Harapanku adalah agar seperti Paulus, kita dapat menganggap penderitaan demi Kristus sebagai suatu anugerah. Mari kita menatap pada sumber kekuatan surgawi yang telah menopang Paulus dan jemaat Filipi—Bapa kita di surga.
    God bless you all 😇🙏🙏

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *