3 To-Do-List Saat Kita Melakukan Penginjilan

Oleh Yosheph Yang, Korea Selatan

Saat ini aku bertumbuh di salah satu gereja lokal di Korea Selatan. Melihat kehidupan saudara-saudari di gereja di sini, aku banyak belajar tentang apakah dasar yang tepat buat penginjilan dan bagaimana semestinya penginjilan dilakukan. Terlepas dari kesibukan pekerjaan masing-masing, mereka tetap bergiat melakukan penginjilan di universitas-universitas buat mahasiswa yang masih belum mengenal Kristus.

Melalui apa yang kulihat dan kupelajari dari kehidupan mereka dan pengajaran di gereja, ada tiga hal tentang penginjilan yang harus kita tanamkan dalam kehidupan sehari-hari:

1. MENUMBUHKAN kasih buat orang lain, terutama berkaitan dengan keselamatan

Tuhan menginginkan semua orang tidak binasa dan memperoleh keselamatan yang kekal melalui Kristus Yesus (1 Timotius 2:4). Pertanyaannya, apakah kita juga memiliki kerinduan yang sama seperti hati Tuhan? Sebelum kita mengabarkan kabar baik-Nya, tugas kita adalah membuat isi hati kita selaras dengan isi hati Tuhan. Sama seperti pertumbuhan rohani kita, proses ini tidak dapat berlangsung dengan instan. Ini membutuhkan latihan dan komitmen dalam kehidupan kita.

Kita dapat melihat contohnya dalam kehidupan Musa. Sebelum dipakai Tuhan untuk menyelamatkan orang Israel keluar dari Mesir, Musa berpikir biar orang lain saja yang melakukannya. Musa selalu melihat kekurangan di dalam dirinya (Keluaran 4:1-17). Tetapi pada akhirnya, Musalah yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.

Salah satu hal yang kukagumi dari Musa adalah walaupun bangsa Israel sering bersungut-sungut atas penyertaan Tuhan dan memberontak, Musa tetap berdoa buat keselamatan mereka. “Ampunilah kiranya kesalahan bangsa-Mu, seperti Engkau telah mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir sampai ke mari” (Bilangan 14:19), seru Musa kepada Tuhan. Di ayat selanjutnya, kita mengetahui bahwa Tuhan mengabulkan doa Musa dan mengampuni bangsa Israel.

Di Bilangan 14:13-19, Musa mengungkapkan argumennya ketika Tuhan hendak menghukum bangsa Israel. Jika kamu membaca nats tersebut, kira-kira bagaimanakah Musa dapat mengatakan itu semua? Jawabannya adalah: Musa tahu isi hati Tuhan. Musa memiliki hubungan pribadi yang erat dengan Tuhan. Melalui kehidupan Musa, kita juga bisa menumbuhkan hati kita buat orang lain melalui hubungan yang akrab bersama Tuhan, caranya dengan saat teduh dan berdoa.

“Dan Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya” (Keluaran 33:11a).

2. MEMPERSIAPKAN diri untuk memberitakan Injil

Langkah selanjutnya yang dapat kita lakukan adalah mempersiapkan diri kita. 1 Petrus 3:15 memberikan kita gambaran bagaimana kita dapat melakukannya:

“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.”

Mempersiapkan diri berlangsung pada segala waktu untuk menjelaskan pengharapan yang ada dalam kehidupan kita. Sebagai contohnya, kita bisa mempersiapkan diri kita dengan menghafal beberapa ayat yang berkaitan dengan keselamatan melalui Yesus Kristus untuk memudahkan kita bercerita kepada orang di sekitar kita. Atau, kita juga dapat menulis kesaksian kita tentang keadaan kita sebelum dan sesudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Di tengah dunia yang penuh tantangan dan penderitaan, memiliki pengharapan yang teguh adalah kebutuhan. Sebagai orang Kristen, kita memiliki pengharapan tersebut di dalam Kristus, yang memampukan kita untuk bersukacita, mengampuni, memberi, dan melakukan teladan-teladan Kristus lainnya yang secara manusia sulit untuk dilakukan. Ketika kita menghidupi pengharapan tersebut, orang-orang lain akan tertarik dengan kehidupan kita. Kita dapat mengarahkan mereka kepada Pengharapan sejati yang memampukan kita untuk hidup seperti itu.

Setelah kita mempersiapkan ini semua, berdoalah kepada Tuhan agar kita diberi kesempatan memberitakan Injil kepada orang-orang di sekitar kita.

3. MENGINGAT terus makna kasih karunia dalam kehidupan kita

Poin ketiga berkaitan dengan bagaimana kita harus tetap memandang kasih karunia Tuhan sebagai alasan kita untuk melakukan penginjilan. Kita diselamatkan karena kasih karunia Yesus dan kita juga harus hidup berdasarkan kasih karunia. Penginjilan tidak boleh melupakan kebenaran ini.. Ketika kita lupa bahwa keselamatan adalah kasih karunia Allah, kita akan lebih berfokus pada perbuatan atau hal-hal yang tidak esensial dalam penginjilan. Kita lebih mementingkan hasil dibanding dengan proses ketika kita menginjili. Kita bisa menjadi kecewa ketika penginjilan gagal, sekaligus kita juga bisa jatuh dalam dosa kesombongan ketika penginjilan kita berhasil. Terlepas dari hasil yang kita peroleh, kita harus tetap mengingat bahwa semua karena kasih karunia-Nya ketika kita dipakai Tuhan buat melakukan penginjilan.

“Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia” (Roma 11:6).

Aku berharap melalui tiga poin di atas, kita semua bisa bertumbuh dalam penginjilan kepada orang-orang di sekitar kita. Selamat menginjili!

Baca Juga:

Kasih-Nya Merobohkan dan Membangun

Kasih Kristus mampu merobohkan tembok-tembok dosa dalam hidup kita dan menggantinya dengan anugerah yang mengubahkan kehidupan. Sudahkah kamu mengalaminya?

Bagikan Konten Ini
2 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *