Divonis Tumor Payudara, Pertolongan Tuhan Nyata Bagiku

Oleh Lidia, Jakarta

Pernahkah kamu menerima berita yang begitu mengejutkan dan itu sontak membuatmu sedih dan terpukul? Mungkin itu bisa berupa berita kehilangan orang yang kamu sayangi secara tiba-tiba, atau ketika kamu divonis memiliki penyakit yang tidak kamu sadari hingga kamu harus dioperasi.

Juli 2010, usiaku saat itu 20 tahun dan aku layaknya mahasiswa pada umumnya: pergi ke kampus, belajar, ujian, jalan-jalan dengan teman, juga mengerjakan skripsi. Hingga suatu hari, saat aku mandi, aku menyadari ada benjolan di dalam payudaraku. Benjolannya agak keras, tapi ukurannya kecil. Aku memberanikan diri menceritakan ini ke mamaku dan kakak perempuanku. Mamaku segera menyarankanku untuk cek ke dokter. Dalam hatiku, aku bingung dan sedih, mengapa aku harus mengalami ini? Pola hidupku cukup sehat, hampir tiap hari aku selalu makan makanan yang dimasak mamaku. Pun aku tidak pernah melakukan hal-hal yang mengancam kesehatanku. Air mataku menetes saat aku mendoakan hal ini pada Tuhan.

Kucoba mencari di Google, dokter tumor mana yang terkenal. Tapi kemudian aku mendapat rekomendasi seorang dokter rekan papaku. Dokter ini menyarankanku untuk dioperasi. Aku coba cari pendapat dokter lain dan sarannya tetap sama. Mamaku lalu mencari-cari informasi pengobatan lainnya. Ada satu rumah sakit di Tiongkok yang menggabungkan metode pengobatan ala Timur dan Barat. Rumah sakit ini punya kantor perwakilan di Jakarta dan kami pun mendatanginya. Dokter di sana lalu memegang benjolanku dan mengatakan hal yang sama: harus dioperasi. Sudah tiga dokter menyatakan operasi. Sejujurnya aku sangat takut karena aku belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

Aku pernah mendengar rumor kurang baik tentang operasi di Indonesia. Orang yang memiliki rezeki lebih mungkin akan memilih ke luar negeri. Mamaku ingin membawaku ke Tiongkok, tapi dana kami terbatas. Belum lagi saat itu aku masih kuliah, pergi berobat ke luar negeri hanya akan menyusahkan papa mamaku.

Aku pun kalut dan sedih. Aku berdoa, belajar percaya dan memohon hikmat bahwa di mana pun aku harus menjalani operasi, tangan Tuhanlah yang menjadi hal utama dan tangan dokter adalah yang kedua. Aku memutuskan untuk dioperasi di Jakarta dan mencari-cari rumah sakit di mana aku bisa menggunakan fasilitas asuransi.

Puji Tuhan, operasi berjalan lancar dan hasilnya adalah jinak. Meski jumlahnya ada sekitar 5 tumor dan di hari kedua pasca operasi aku masih mengalami pendarahan, Tuhan menolongku melewatinya. Saat ini aku masih hidup untuk terus belajar menyelami kebaikan Tuhan dalam hidupku.

Mungkin ada teman-teman yang membaca kesaksian ini dan mengalami pergumulan yang sama, atau sedang bergumul dengan penyakit lain. Belajarlah untuk percaya dan lebih mengandalkan Tuhan dalam hal apapun, termasuk menghadapi operasi. Di mana pun kita menjalani operasi, baik di dalam atau luar negeri, aku percaya keputusan akhir tetap ada dalam tangan Tuhan. Doa dan kekuatan dari Tuhan jauh lebih menguatkan daripada mengandalkan dokter manusia yang paling hebat dan terkenal sekalipun. Jika kamu adalah seorang wanita, aku mendorongmu untuk menerapkan pola hidup sehat dan berinisiatiflah untuk melakukan pengecekan terhadap organ-organ vital tubuhmu. Mendeteksi penyakit sejak dini jauh lebih baik daripada mendapatinya sudah terlanjur akut.

Dan, dari pengalaman ini, aku belajar kalau hidup manusia sejatinya adalah sementara. “Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yakobus 4:14).

Dalam susah ataupun senang, sehat ataupun sakit, aku harus terus mengandalkan Tuhan dan dalam perkenanan-Nya, aku ingin terus dipakai untuk memuliakan nama-Nya.

Baca Juga:

Belajar dari Perbedaan Suku: Kasih Mengalahkan Prasangka

Aku pernah menghindar dan beranggapan buruk terhadap suku tertentu. Hingga suatu ketika, Tuhan mempertemukanku dengan seorang teman dari suku tersebut, yang darinya aku belajar tentang menjadi Indonesia sesungguhnya.

Bagikan Konten Ini
4 replies
  1. Erika Nogo Kumanireng
    Erika Nogo Kumanireng says:

    aku juga sakit sperti itu ada benjolan di payudarahku sebelah kiri tapi masalah dan masalah slalu menghampiri hidupku 😭 saya merasa sudah hancur tak bisa berbuat apa”lagi 😭

  2. Rafaela
    Rafaela says:

    Tumor itu bukan hanya dari makanan. Banyak pemicunya, trauma pada kulit pun bisa jadi pemicu tumor. Keturunan, mutasi gen, asap rokok, minuman, termasuk pemakaian BH yg salah. Tumor itu daging tumbuh yg jinak, jadi tidak terlalu menyeramkan. Kamu tergolong beruntung bisa berobat keluar negeri, tapi banyak yg nasibnya sama atau lebih parah untuk berobat saja tidak bisa. Kamu percaya tumor kamu itu sebenarnya bisa sembuh tanpa di operasi? kalau saya percaya, karena yg lumpuh saja bisa dibuat berlari lagi apalagi hanya tumor. Tapi masalahnya, manusia sudah lupa cara mengetuk pintu mujizat dari Tuhan, manusia lebih percaya dokter dari luar negeri.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *