Hadir dalam Badai

Kamis, 20 Juni 2019

Hadir dalam Badai

Baca: Mazmur 46

46:1 Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Alamot. Nyanyian.46:2 Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.

46:3 Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;

46:4 sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Sela

46:5 Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai.

46:6 Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi.

46:7 Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur.

46:8 TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela

46:9 Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi,

46:10 yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api!

46:11 “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!”

46:12 TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela

Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. —Mazmur 46:8

Hadir dalam Badai

Api melahap habis rumah sebuah keluarga yang beranggotakan enam orang jemaat gereja kami. Walaupun ayah dan anak laki-lakinya selamat, sang ayah masih dirawat di rumah sakit ketika istri, ibu, dan dua anaknya yang masih kecil dimakamkan. Sayangnya, peristiwa-peristiwa memilukan hati seperti itu masih terus terjadi, lagi dan lagi. Ketika hal seperti itu terjadi, muncul pula pertanyaan yang terus-menerus ditanyakan manusia: Mengapa hal-hal buruk terjadi kepada orang-orang baik? Kita pun tidak lagi heran saat mendapati bahwa jawaban atas pertanyaan itu tidak selalu memuaskan.

Namun, kebenaran yang dinyatakan oleh pemazmur di Mazmur 46 juga sudah disampaikan, dinyanyikan, dan diyakini berulang kali. “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti” (ay.2). Kondisi-kondisi yang digambarkan di ayat 3-4 merupakan bencana-bencana besar—bumi dan gunung berguncang serta air laut mengamuk. Kita bergidik saat membayangkan berada di tengah badai yang digambarkan dalam mazmur ini. Namun, terkadang kita memang terhisap dalam pusaran kesulitan—diguncang oleh penyakit mematikan, babak belur dihajar krisis keuangan, atau tenggelam dalam rasa duka yang mendalam karena kepergian orang yang dicintai.

Mungkin kita sempat berpikir bahwa masalah yang datang bertubi-tubi menjadi bukti Allah tidak hadir. Namun, kebenaran Alkitab menyanggah pemikiran itu. “Tuhan semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub” (ay.8,12). Dia hadir pada saat kita tidak lagi sanggup menanggung beban yang ada, dan penghiburan pun kita terima dengan mempercayai sifat-sifat-Nya, yakni bahwa Dia sungguh baik, penuh kasih, dan dapat dipercaya. —Arthur Jackson

WAWASAN
Mazmur 46 berbicara tentang keamanan dan keteguhan yang disediakan Allah di tengah masa sulit. Bencana alam (ay.3-4) dan konflik peperangan (ay.7-8) akan selalu ada di dunia ini. Gempa, badai, taifun, dan konflik militer telah menyebabkan kehancuran dan kerusakan yang tak terperi. Namun, betapa pun ngerinya, orang yang menjadikan Allah sebagai “tempat perlindungan dan kekuatan” (ay.1) “tidak akan takut” (ay.3). Dasar dari keyakinan ini diutarakan dalam ayat 8 dan 12: “TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.” Berdasarkan mazmur ini, Martin Luther sang reformator menulis salah satu himnenya yang paling terkenal: “Allah Bentengku yang Teguh.” Seperti sang pemazmur yang tinggal di dunia yang penuh ketidakpastian dan berbahaya, kita pun diajak untuk berdiam tenang dan mengetahui bahwa Dialah Allah (ay.11). Dengan kepercayaan teguh, kita menghayati kata-kata Luther, “Allah bentengku yang teguh, perisai dan pelindungku.” —K.T. Sim
[referensi: KPPK 387 Allah Bentengku yang Teguh]

Kapan tantangan dalam hidup ini membuat kamu mempertanyakan kehadiran Allah? Apa yang telah menolongmu berbalik dari situasi tersebut?

Bapa, tolonglah aku untuk mempercayai kebenaran firman-Mu di saat aku sulit merasakan pemeliharaan dan kehadiran-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Ester 1-2; Kisah Para Rasul 5:1-21

Handlettering oleh Julio Mesak Nangkoda

Bagikan Konten Ini
23 replies
  1. iin tifanni s
    iin tifanni s says:

    semoga tulisan yg sudah ku share ke sahabat ku ini dpt juga membuka mata hati dan pikirannya. amin

  2. Aren Siahaan
    Aren Siahaan says:

    Amin,, Tuhan adalah kota benteng ku sehingga kita tidak perlu takut akan hal apapun.. God Bless..

  3. Nover Hiskhia
    Nover Hiskhia says:

    Tuhan, ingatkanlah kami agar selalu setia dan percaya kepada-Mu setiap saat meskipun kami menghadapi masa-masa sulit dalam hidup ini.
    Amin

  4. Sulinda Manik
    Sulinda Manik says:

    Allah selalu memegang Tangan kita ,,,menuntun kita ,,,hanya ,,kita selalu meronta ,,sehingga kadang lepas dari genggamanNya dan bertindak semau kita , dan tergelincir atau sesat ,Semoga kita tetap mau dituntunNya , God Bless Us ,,!

  5. Yoyada Sitorus
    Yoyada Sitorus says:

    Bapa, terima kasih atas firmanMu yang menjawab keraguanku juga kekuatiranku selama ini.
    Di saat aku merenung tentang peristiwa-peristiwa dalam hidupku,
    peristiwa-peristiwa yang tanpa kusadari membuatku mengelus dada jika aku mengingatnya.
    Peristiwa-peristiwa yang memunculkan pertanyaan dalam kepalaku: “Mengapa itu terjadi padaku? Mengapa Kau biarkan itu terjadi padaku?”
    Sekarang aku tersadar, bahwa aku adalah orang yang mementingkan diriku sendiri.
    Segalanya merujuk pada kata “aku”.
    Aku lupa bahwa Engkau adalah Otoritas Tertinggi dalam hidupku, yang berhak penuh atas segala sesuatu boleh terjadi atas hidupku.
    “Engkau yang memberi, Engkau pula yang mengambil”. Seharusnya seperti perkataan Ayub itulah aku bisa berpikir tentangMu.
    Dan, tidak untuk seterusnya Engkau membiarkan aku dalam kesusahan.
    Bahkan dalam kesedihanku Engkau memberi penghiburanMu.
    Bahkan di saat aku masih menyimpan kepahitan dalam menjalani hidup, aku masih bisa untuk tersenyum.
    Itu pun tak kusadari bahwa ternyata RohMu sedang bekerja dalam menghiburku.

    Terima kasih Tuhan sudah membantuku dalam melewati masa-masa sulit dalam hidupku.
    Aku menjadi lebih yakin lagi dalam pemeliharaanMu atas hidupku.
    Amin.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *