Segala Sesuatu Ada Masanya, Gagal Hari Ini Bukan Berarti Gagal Seterusnya

Oleh Pebri Sitorus, Bogor

Aku lahir di keluarga yang menuntutku untuk memperoleh nilai akademis yang tinggi. Sejak kecil aku selalu berusaha mempertahankan nilai-nilaiku dengan baik. Semua berjalan lancar, hingga tibalah waktu untukku melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Orang tuaku menginginkanku untuk masuk ke SMA Negeri, agar nantinya aku punya kesempatan lebih besar untuk masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri). Selain biaya kuliah yang lebih murah, menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka melihat anaknya menjadi mahasiswa di PTN.

Namun, harapan tidak sejalan dengan kenyataan. Aku gagal masuk SMA Negeri.

Aku sedih dan kecewa, terlebih lagi orang tuaku. Pilihan kedua saat itu adalah mendaftar ke SMA swasta Kristen, tetapi pendaftaran sudah tertutup. Pilihan akhirnya adalah masuk ke SMA swasta umum. Tidak pernah terpikir sebelumnya olehku untuk mendaftar ke SMA itu. “Daripada tidak sekolah”, pikirku. Singkat cerita, aku pun masuk ke sekolah tersebut.

Aku menjalani masa SMA selayaknya murid biasa yang menaati peraturan-peraturan sekolah. Aku bukan si kutu buku, tapi bukan juga seorang yang malas. Kata orang-orang, masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan. Tetapi, aku tidak merasakan itu—aku malah ingin segera melewatinya.

Tahun terakhir pun datang. Murid kelas 12 mulai sibuk dengan ujian-ujian kelulusan yang akan dihadapi, begitu juga dengan rencana kuliah. Aku dan orangtuaku masih berharap untuk bisa berkuliah di PTN, sehingga mereka menawariku untuk mengikuti les persiapan ujian masuk PTN. Namun, aku menolak. Bukan karena aku merasa bisa, tetapi aku punya pertimbangan lain. Bagaimana jika aku sudah mengeluarkan uang yang besar untuk ikut les, tetapi aku tetap tidak berhasil masuk ke PTN? Mengikuti les tidak menjamin seseorang untuk lolos ke PTN, bukan? Aku pun memutuskan untuk mempersiapkan diri tanpa mengikuti les.

Kegagalan kedua

Aku mengikuti seleksi SNMPTN (Seleksi Nilai Masuk Perguruan Tinggi Negeri), alias jalur rapor (tanpa tes). Puji Tuhan, aku memenuhi syarat untuk mendaftar. Namun, aku lagi-lagi gagal. Sudah pasti aku sedih, tetapi aku tidak mau terlalu lama meratap. Masih banyak jalur lain yang bisa kutempuh, salah satunya jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) atau jalur tes.

Aku pun mengikuti tes SBMPTN dan rentang waktu menuju pengumuman cukup lama. Selama menunggu pengumuman hasil tes SBMPTN, aku mengikuti jalur mandiri di 4 PTN. Aku cukup deg-degan sembari terus berdoa kepada Tuhan agar dapat diterima di salah satu perguruan tinggi yang aku daftarkan.

Saat membuka pengumuman hasil tes, aku tidak diterima di satu universitas pun. Sedih, kecewa, dan marah bercampur aduk. Dalam kondisi seperti itu, orang tuaku mulai membandingkanku dengan orang lain yang berhasil lolos ke PTN.

“Si A masuk PTN itu. Si B masuk PTN itu. Kenapa kamu gak bisa kayak mereka?”

Aku paham bahwa mereka juga sedih dan kecewa. Mereka banting tulang untukku, tetapi aku tidak berhasil membanggakan mereka. Namun, membandingkanku dengan anak-anak lain hanya membuatku semakin jatuh. Belum lagi, orang tuaku juga melihat kesibukanku pelayanan di gereja sebagai salah satu faktor yang membuatku kurang fokus belajar.

Aku mengungkapkan kesedihanku pada Tuhan. “Kenapa Tuhan? Kenapa aku gagal? Aku lelah dibanding-bandingkan dengan orang lain.”

Gagal bukan berarti akhir

Dengan berat hati, aku pun mendaftarkan diri ke universitas swasta. Aku sudah menyerahkan berkas-berkas yang diminta dan hendak melakukan pembayaran uang kuliah.

Suatu hari, aku membuka kembali pengumuman salah satu PTN yang aku daftarkan waktu itu. Ternyata, mereka sedang membuka pendaftaran untuk jalur D3. Aku diam-diam mendaftar, dengan pikiran hanya untuk coba-coba. Aku juga tidak berharap banyak.

Tiba-tiba, aku menerima pengumuman bahwa aku diterima. Aku sangat kaget. Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara menyampaikan hal ini kepada orang tuaku.

Orang pertama yang kuberitahu adalah kakakku. Ia menyarankanku untuk mengikuti kata hatiku. Aku pun menyampaikan hal ini kepada orang tuaku dan yakin bahwa mereka akan menyetujui keputusanku. Nyatanya, mereka tidak memberi dukungan karena jurusan yang kupilih—Keperawatan. Mereka lebih memilih aku untuk masuk ke universitas swasta dan mengambil jurusan Teknik Industri. Mereka menganggap bekerja sebagai perawat tidak akan senyaman kerja di kantor, seperti lulusan teknik. Mendengar jawaban mereka yang tidak sesuai ekspektasi, aku kembali bersedih. Aku pun berdoa kepada Tuhan, “Tuhan aku merasa Tuhan yang tunjukkan jalan ini untukku. Jika ini memang rencana-Mu, biarlah terjadi. Bimbing aku terus sampai akhir, ya Bapa.”

Setelah dibantu oleh kakakku untuk meyakinkan kedua orang tua tentang jurusan Keperawatan, puji Tuhan aku diperbolehkan untuk masuk D3 jurusan tersebut dengan satu syarat: aku tidak boleh mengeluh. Aku harus bertanggung jawab atas semua resiko dari hasil keputusanku sendiri.

Memasuki dunia perkuliahan, aku mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Aku sempat merasa minder karena merasa sama sekali tidak mengerti dunia keperawatan, ketika teman-teman lainnya adalah lulusan SMK dari jurusan yang sama. Di tengah-tengah ketidaksanggupan itu, aku meminta kekuatan dari Tuhan. Aku percaya, ketika Tuhan sudah membukakan jalan, Tuhan juga yang akan menyertaiku sampai garis akhir.

Perjalanan kuliahku tidak semudah yang kupikirkan. Aku harus berjuang menyesuaikan diri dengan berbagai metode pembelajaran dan tugas-tugas yang ada, menjalani lika-liku pertemanan, serta sering kelelahan karena harus pulang pergi dari rumah dan kampusku yang jauh setiap harinya. Tetapi aku tidak mau cepat mengeluh, apalagi menyerah begitu saja. Aku sudah berkomitmen kepada Tuhan dan orang tuaku sejak awal. Aku mau menyerahkan segala kekuatiran dan keluh kesahku kepada Tuhan. Aku dikuatkan oleh firman-Nya dalam Matius 11:28 “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

Kiranya pengalamanku juga bisa membantu teman-teman yang pernah ataupun sedang mengalami pergumulan yang sama. Aku bisa melewati ini semua hanya karena kebaikan Tuhan semata. Setiap kali aku terpuruk dan merasa kesulitan, Tuhan selalu punya cara untuk membuatku bangkit kembali.

Aku percaya, kesuksesan tidak datang dengan mudah. Pengkhotbah 3:11 menuliskan “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya”. Jangan pernah menyerah, libatkan Tuhan dalam perjalanan hidup kita—suka maupun duka. Mari tumbuh bersama di dalam Tuhan! Tuhan Yesus memberkati kita.

Baca Juga:

Kepada Temanku yang Berpikir untuk Menyerah

Temanku, aku terkejut dan tak menyangka ketika kamu berkata bahwa kamu ingin “menyerah”. Tapi, temanku, meskipun hari ini mungkin kamu mengeraskan hatimu, ada satu hal yang aku ingin kamu tahu.

Bagikan Konten Ini
20 replies
  1. Indry Maretania
    Indry Maretania says:

    Haii! Terimakasih sudah mengirimkan artikel yg sangat memberkati ini yaah:) Artikel ini seperti alat yg dipakai Tuhan untuk mengingatkan saya untuk terus berjuang dan berserah. Saya sedang mengalami pergumulan itu. Sejak kecil Tuhan selalu izinin saya untuk selalu menjadi ranking 1 di kelas. Di SMA saya memang tidak rank 1, tapi Tuhan memberi kesempatan untuk saya bersekolah di salah satu SMA terbaik di Jakarta dan memenuhi syarat pendaftaran SNMPTN. Singkat cerita, saya tidak lolos SNMPTN dan SBMPTN tahun pertama. Orang tua saya tidak mengizinkan saya berkuliah di swasta. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil gap year. Dan yaa, sekarang saya berada di gap year yg kedua karna SBMPTN gap year pertama saya gagal juga. Kebayang gak sih anak yg dulunya selama bertahun tahun dianggap paling pintar, sekarang hidupnya seperti ini?Sejujurnya, saya ingin sekali bercerita disini tentang semua keluh kesah saya selama 3 tahun ini. Tapi sepertinya akan sangat panjang. Jadi, untuk kalian yg sedang membaca komen ini, kalo boleh, saya ingin minta didoakan:( Tolong doakan saya supaya berhasil di kesempatan SBMPTN saya yang terakhir ini yaaa:( Terimakasih banyak semuaa, Tuhan Yesus memberkatiii❤

  2. Davin Donovan
    Davin Donovan says:

    hampir mirip pengalamannya denganku. beda nya, aku sudah kuliah di ptn tapi masih ga sesuai keinginan, trus dapet ptn baru lagi tapi tetap susah beradaptasi. mungkin aku harus banyak bersyukur atas anugrah Tuhan

  3. Andre Mahardhika
    Andre Mahardhika says:

    Sharing yg bagus. Kiranya Tuhan kita memberkatimu dengan berkat yg tak pernah terpikirkan, tak pernah didengar dan juga tak pernah dilihat.

  4. Dessy
    Dessy says:

    Pengkhotbah 3:11 (TB) Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

    sorry, mau revisi dikit ya. Isi dr pengkhotbah 3:11 , bukan indah pada waktu-Nya. tapi indah pada waktunya.

  5. rotua situmorang
    rotua situmorang says:

    sama seperti yang saya rasakan
    but kamu lebih beruntung dikasi kesempatan kuliah swasta lain dengan saya
    dan setelah 2 tahun saya tamat,tahun ini orang tua saya mendukung saya kuliah

    saya hanya berharap semoga kali ini saya tidak mengecewakan mereka lagi

    sekian
    God bless you

  6. Megha
    Megha says:

    Terima kasih teman, untuk pengalaman yg luar biasa ini, ketika membaca ini, mengingatkan ku kembali tentang pengalamanku ketika aku mencari pekerjaan. Dulu telah banyak lamaran yang kutulis, kukirim bahwa bisa dibilang hampir 4 tahun kujalani dengan menulis lamaran, mengirim berkas dan semuanya hanyalah berujung dengan tanpa berita ataupun selesai hanya dengan menunggu panggilan. Tapi puji Tuhan, walaupun aku seringkali gagal akhirnya dengan Ijin Tuhanlah kini aku mendapat pekerjaan, semua berkat terbuka satu persatu. Jangan pernah berhenti dan menyerah. Ingatlah kita punya Tuhan yang Luar Biasa yang akan selalu ada buat kita.

  7. Dian Marvi
    Dian Marvi says:

    Shalom. Terimakasih untuk sharingnya. Kebetulan saya juga seorang perawat. tetap semangat sampai akhir yaa, Memang berat kuliahnya. Tapi percayalah rencana Tuhan pasti jauh lebih baik dari rencana kita. Semangat lulus ya, selamat bergabung dalam pelayanan GBU

  8. nova
    nova says:

    Dear Pebri Sitorus,

    boleh sedikit memberi saran..?
    ikutin kata orang tua selagi tidak melawan perintah Tuhan.. 🙂
    Dr yg aku tangkap membaca tulisan kamu.. ada bbrp kali sbnrnya tidak ikut mau org tua..
    spt tidak ikut bimbel, “Bagaimana jika aku sudah mengeluarkan uang yang besar untuk ikut les, tetapi aku tetap tidak berhasil masuk ke PTN? Mengikuti les tidak menjamin seseorang untuk lolos ke PTN, bukan?”.. trus gmn klo seandainya lolos krn ikut les? belajar sendiri dgn ikut les itu beda lho.. jgn lgsg pesimis bgitu utk hal yg belum kita coba..

    begitu pula ttg pelayanan.. “Belum lagi, orang tuaku juga melihat kesibukanku pelayanan di gereja sebagai salah satu faktor yang membuatku kurang fokus belajar.” nah.. ini coba lihat jg dr sudut pandang org tua kamu. Saya gak tau pelayanan apa yg kamu lakukan, dan brp lama kamu melakukannya dlm seminggu.. tp ketika org tua pun ‘komplain’ dlm hal ini.. pasti ada sesuatu.. Saya tidak mengatakan hrs menutup semua pelayananmu.. tp coba liat2 lgi waktumu.. fokus bljrmu pun bisa jd pelayanan sbnrnya.. 🙂

    trus ttg D3 keperawatan.. saya tidak tau apa pertimbanganmu ‘maksa’ dgn itu.. apa kamu pasti ykn keperawatan tujuan hidupmu yg diberikan Tuhan? tp dengar jg pertimbangan org tuamu kenapa melarangmu.. tidak mgkn org tua memberi saran yg buruk.. krn klo saya rasa, saya paham sudut pandang org tuamu mengapa tidak setuju dgn ini..

    cuman sedikit sharing.. 2 thn lalu saya lulus beasiswa S2 di ITB dr tempat saya bekerja, tp akhirnya tidak saya ambil krn org tua saya tidak mengijinkan.. alasannya ‘gak banget’ sbnrnya.. tp jujur saja, saya tidak bisa mengambil suatu keputusan penting jika org tua sudah melarang.. saya ykn jika memang keputusan itu adalah pintu yg dibukakan Tuhan utk saya.. Tuhan pun akan membuka pintu hati org tua saya dgn mengijinkannya tanpa hrs saya paksa dan membuat org tua saya di posisi sulit..

    kadang apa yg menurut kita baik.. bisa jd sbnrnya tidak baik dan bukan jalan Tuhan utk kita, dan org tua lah yg dijadikan Tuhan utk menutup pintumu yg seharusnya tidak kamu dobrak..

  9. Tita donuata
    Tita donuata says:

    Terima kasih untuk artikel ini, saya merasa dikuatkan karena sering gagal baik itu ujian maupun pekerjaan. Tetapi menambah semangat bg saya untuk tetap berjuang, tdk mudah menyerah.

    Tuhan berkati.

  10. eko
    eko says:

    ahh… emang ya. kyknya org tua pada gitu semua. sering ngbanding2in. dari SMA aku nurutin kata mereka, akhirnya skrg aku jd org yg gak bisa ambil keputusan. ambil keputusan pun harus mikir org lain bkn mikir gimana akunya yg ngjalanin. 7 thun belakang kyk lewat lembah kekelaman.

  11. Naomi Bato' Lapik
    Naomi Bato' Lapik says:

    Terimakasih atas artikelnya sungguh ini yg selalu aku rasakan dlm hdpku,,,tp q percaya Tuhan punya rencana yg terbaik buatku…Dia ingin q lebih dekat bagiNya..krn apa yg kita inginkan rencanakan klok Tuhan punya rencana yg lain pd kita ya kt harus terima ..terimakasih terimakasih Tuhan atas semuanya.

  12. Shellin Foeh
    Shellin Foeh says:

    Puji Tuhan, kesaksiannya membuat saya bangkit dari rasa takutku karena ini sangat persis sama apa yang saya alam . Makasih kak
    Syalom

  13. Kerfin Schumacher
    Kerfin Schumacher says:

    ya ampun. sama loh kaya saya. saya lagi Skripsi skrng. masalah dtng terus dan hampir mau nyerah serta anggap udh gagal.
    tapi setelah sekilas membaca artikelmu saya jd tersadar bahwa saya harus tetap berjuang. Terima kasih ya. Tuhan memberikatimu

  14. Maxentia Septrierly Sitompul
    Maxentia Septrierly Sitompul says:

    Terimakasih artikelnya kak. Saya juga ngalamin hal yang sama jika harus selalu dibanding”kan oleh orangtua. Semoga tahun besok saya bisa membanggakan orangtua lewat saya bisa masuk PTN.

  15. ruth
    ruth says:

    Kisahnya hampir mirip dengan kisahku
    Waktu dari SD sampai SMA masuk sekolah negri dan berharap bisa kuliah di PTN juga tapi gagal SBMPTN
    Waktu itu cuma sekali tes dan gagal, tidak ikut tes lagi karna pertimbangan khawatir memberatkan orangtua dengan biaya tes masuknya dan akhirnya coba tes perawat di akademi swasta.. dulu ga pernah tau kalau perawat adalah profesi tapi ketika Tuhan menempatkan diposisi saat ini, saya bersyukur bisa bekerja dan melayani.. bisa melihat kekuasaan Tuhan untuk menyembuhkan, mengobati bahkan mengambil hidup seseorang.. bisa melihat kekuatan dan perjuangan untuk sembuh dalam kelemahan fisik.. berbahagia untuk setiap ucapan terimakasih.. PujiTuhan, jalan yang dipilihkan Tuhan membantu proses kehidupan saya menjadi lebih baik melalui peristiwa orang lain
    Tetap semangat bekerja, Tuhan Yesus memberkati

  16. nuel bubut
    nuel bubut says:

    Dear Indry Maretania,
    ikut mendoakanmu Dek.. semoga kamu dapat yang kamu inginkan ya..
    aku pribadi dlu lulus sma 2008, gila kedokteran, cb sana sini dan banyak gagal..
    rentang waktu dari 2008-2010, aku cb ikut seleksi sampai 10 x, um ugm, umb, simak ui, snmptn, ada yg berulang aku cb, ya semua milih kedokteran, dan gagal semua, pada tes yg ke 10 kesempatan terakhirku, aku wktu itu milih fk undip dan teknik sipil unsri..
    Puji Tuhan di kesempatan terakhirku yg sbnrnya sudah putus asa (karena seminggu sebelum ujian, pengumuman um ugm 2010 dan lagi2 aku gagal) tp saat kondisi seperti itu yg aku pikirkan, baiklah Tuhan aku coba yg terakhir, mau gagal ataupun tidak, Tuhan yang menentukan jalan hidupku..
    dan pas pengumuman Puji Tuhan aku lulus..
    selama kamu masih punya kesempatan kejar, dan krn aku sudah melewati masa itu, km hrus punya plan a, plan b, dan plan c jg, jaga2 misal g lulus, km hrus buat keputusan mau lanjut kuliah dimana..

    buat teman2 yg lainnya, tetep semangat buat semua yang kalian kerjakan, selalu andalkan Tuhan dalam segala hal, doa + usaha pasti ada hasilnya kok..
    Salam Damai Kristus.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *