Strategi Terbaik untuk Hidup Ini

Kamis, 9 Mei 2019

Strategi Terbaik untuk Hidup Ini

Baca: Pengkhotbah 4:1-12

4:1 Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang menghibur mereka, karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan.

4:2 Oleh sebab itu aku menganggap orang-orang mati, yang sudah lama meninggal, lebih bahagia dari pada orang-orang hidup, yang sekarang masih hidup.

4:3 Tetapi yang lebih bahagia dari pada kedua-duanya itu kuanggap orang yang belum ada, yang belum melihat perbuatan jahat, yang terjadi di bawah matahari.

4:4 Dan aku melihat bahwa segala jerih payah dan segala kecakapan dalam pekerjaan adalah iri hati seseorang terhadap yang lain. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.

4:5 Orang yang bodoh melipat tangannya dan memakan dagingnya sendiri.

4:6 Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin.

4:7 Aku melihat lagi kesia-siaan di bawah matahari:

4:8 ada seorang sendirian, ia tidak mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki, dan tidak henti-hentinya ia berlelah-lelah, matanyapun tidak puas dengan kekayaan; —untuk siapa aku berlelah-lelah dan menolak kesenangan? —Inipun kesia-siaan dan hal yang menyusahkan.

4:9 Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.

4:10 Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!

4:11 Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas?

4:12 Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.

Bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. —Pengkhotbah 4:12

Strategi Terbaik untuk Hidup Ini

Saat menyaksikan pertandingan basket regu anak perempuan saya dari bangku penonton, saya mendengar pelatih meneriakkan kata “dobel” kepada regunya yang sedang bermain di lapangan. Saat itu juga, strategi pertahanan mereka bergeser dari satu-lawan-satu menjadi dua pemain bertugas menjaga anggota tim lawan dengan postur tubuh yang paling tinggi. Mereka sukses menghalang-halangi usaha pemain itu untuk menembak dan mencetak skor, hingga berhasil merebut bola dan mencetak angka bagi tim mereka sendiri.

Ketika Salomo, penulis kitab Pengkhotbah, bergumul dengan rasa frustrasi dan jerih payah di dunia ini, ia juga mengakui bahwa mempunyai seorang rekan dalam pekerjaan kita akan menghasilkan “upah yang baik” (pkh. 4:9). Ketika orang yang berjuang sendirian “dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan” (ay.12). Ketika kita jatuh, seorang sahabat dapat mengangkat kita kembali (ay.10).

Perkataan Salomo mendorong kita untuk berbagi perjalanan hidup kita kepada orang lain sehingga kita tidak akan menghadapi berbagai cobaan hidup sendirian. Sebagian dari kita perlu bersikap lebih terbuka dan itu mungkin akan membuat kita sedikit tidak nyaman. Namun ada juga yang justru merindukan kedekatan tetapi menemui kesulitan mendapatkan teman untuk berbagi. Apa pun kondisinya, kita tidak boleh putus asa dalam berusaha.

Salomo dan si pelatih basket tadi sepakat: bahwa memiliki rekan di sekitar kita yang bisa diajak bekerja sama merupakan strategi terbaik untuk menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang kita, baik di lapangan pertandingan maupun dalam kehidupan nyata. Terima kasih, Tuhan, atas orang-orang yang Kau hadirkan dalam hidup kami untuk mendorong dan menguatkan kami. —Kirsten Holmberg

WAWASAN

Setelah mengamati kehidupan di dunia ini, penulis kitab Pengkhotbah menyimpulkan, “Kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia” (1:2). Sia-sia diterjemahkan dari kata Ibrani hebel (38 kali dipakai dalam kitab ini) yang secara harfiah berarti “uap” dan secara tersirat mengandung arti hal-hal yang sementara, cepat pudar, tanpa tujuan. Meski demikian, tulisannya tidak berakhir tanpa harapan. Salomo mengingatkan kita akan makna dan kepuasan yang bisa ditemukan dalam persekutuan dengan sesama (4:4-12). —Arthur Jackson

Siapa yang pernah membantu Anda melewati masa-masa sulit? Siapa yang dapat Anda dukung dan kuatkan? Bagaimana cara Anda menolong mereka?

Allah memberikan para sahabat untuk menolong kita menghadapi pergumulan hidup.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-raja 7–9; Yohanes 1:1-28

Handlettering oleh Oei Kristina