Bertahan dalam Kesesakan
Sabtu, 6 April 2019
Baca: Kejadian 16:7-16
16:7 Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur.
16:8 Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” Jawabnya: “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.”
16:9 Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.”
16:10 Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.”
16:11 Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.
16:12 Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.”
16:13 Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: “Engkaulah El-Roi.” Sebab katanya: “Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?”
16:14 Sebab itu sumur tadi disebutkan orang: sumur Lahai-Roi; letaknya antara Kadesh dan Bered.
16:15 Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael.
16:16 Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Kemudian Hagar menamakan Tuhan yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: “Engkaulah El-Roi.” Sebab katanya: “Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku”. —Kejadian 16:13
The Experience Project adalah salah satu komunitas dunia maya terbesar pada abad ke-21, tempat puluhan juta orang pernah berbagi pengalaman paling menyakitkan dalam kehidupan mereka. Ketika membaca kisah-kisah memilukan di dalamnya, saya merenung betapa kita amat merindukan adanya seseorang yang dapat melihat—menyelami—penderitaan kita.
Dalam kitab Kejadian, ada kisah tentang seorang hamba perempuan yang menunjukkan betapa berharganya kepedulian tersebut. Hagar adalah budak perempuan yang kemungkinan diberikan Firaun Mesir kepada Abram (baca Kej. 12:16; 16:1). Ketika Sarai, istri Abram, tidak dapat memberikan keturunan, ia meminta Abram memperolehnya dari Hagar—suatu praktek yang meragukan tetapi lazim pada waktu itu. Namun, ketika Hagar hamil, terjadi perselisihan yang mendesaknya lari ke padang gurun untuk menghindari penindasan Sarai (16:1-6).
Namun, kesusahan yang dialami Hagar, hamil dan sendirian di padang gurun yang gersang, tidaklah luput dari pandangan Tuhan. Seorang malaikat Tuhan memberi penguatan kepadanya (ay.7-12) dan Hagar berkata, “Engkaulah El-Roi” (Mahamelihat) (ay.13). Hagar memuji Allah yang melihat lebih dari yang kasatmata. Allah yang sama telah dinyatakan dalam Yesus, yang ketika “melihat orang banyak itu, tergeraklah hati-[Nya] oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar” (Mat. 9:36). Hagar bertemu dengan Allah yang menyelami penderitaannya.
Pribadi yang melihat dan menyelami penderitaan Hagar juga melihat penderitaan kita (Ibr. 4:15-16). Menerima empati ilahi dapat meringankan beban kita di tengah kesesakan yang amat menekan. —Jeff Olson
WAWASAN
Situasi yang digambarkan dalam Kejadian 16 yakni seorang istri yang mandul memberikan hambanya kepada sang suami untuk menghasilkan keturunan bukanlah hal yang asing dalam sejarah Timur Dekat Kuno. “Budak atau hamba perempuan diperhitungkan sebagai hak milik dan perpanjangan tangan nyonya mereka yang sah secara hukum. Karena itu, Sarai bisa meminta Hagar melakukan berbagai urusan rumah tangga, termasuk meminjam rahimnya untuk menggantikan rahim Sarai sendiri yang mandul” (IVP Bible Background Commentary: Old Testament). Dengan adat istiadat itu pulalah Rahel dan Lea memberikan hamba perempuan mereka untuk melahirkan keturunan dari Yakub (Kejadian 30:1-24). —Arthur Jackson
Bagaimana Anda dikuatkan dengan mengetahui bahwa Allah memahami tantangan-tantangan yang Anda hadapi? Bagaimana Anda dapat menjadi saluran empati dan belas kasihan Tuhan terhadap sesama?
Tuhan menyelami penderitaan kita seakan-akan Dia mengalaminya sendiri.
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 4–6; Lukas 9:1-17
Background photo oleh: Saw Nicholas
Amin
Amin,, terpujilah Tuhan yg sungguh mau menyelami penderitaan kita,, sehingga tantangan yg kita hadapi dapat terselesaikan. God Bless..
amin.
Puji Tuhan…Terima kasih Allahku..Amin
Terpujilah Engkau Tuhan, yang mengenal dan menyelami penderitaan kami, lebih dari yang kami tahu..
Tuhanku keselamatanku.
Bersyukur hari ini Tuhan mengingatkan saya kembali bahwa dalam setiap apapun yang saya alami, semua masih ada dalam kontrol Tuhan. Allah turut bekerja dalam setiap apa pun yang saya alami untuk mendatangkan kebaikan bagi saya (Roma 8 : 28).
Saat saya menjadi saluran empati atau saluran kasih Tuhan bagi sesama, saya biasanya sharing dengan mereka. Di saat ada beberapa teman yang memang hanya butuh untuk di dengar ceritanya, saya akan menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Dengan begitu saya menjadi empati pada mereka dan mulai membawa pergumulan mereka dalam doa.
Saya masih belum paham
Amen.
Tuhan tak akan pernah meninggalkan kita dalam situasi apapun. Praise God
Terpujilah nama Tuhan skarang dan sampai selamaNya. Amin
Kuatkanlah kami ya Tuhan atas penderitaan yang kami alami.
Amin.